{"title":"Pemberdayaan Posyandu Lansia sebagai Sarana Skrining Sindrom Metabolik pada Lansia di Dusun Iroyudan, Kapanewon Pajangan, Bantul, DIY","authors":"Teguh Ariyanto, Mayang Rachma Aninstya, Arief Budiarto","doi":"10.22146/parikesit.v1i2.9616","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Penyakit utama pada kelompok dewasa di Indonesia adalah penyakit tulang dan sendi, kardiovaskular, infeksi saluran pernapasan, serta gangguan metabolisme. Sindrom metabolik merupakan kumpulan dari beberapa gangguan metabolisme seperti obesitas sentral, hipertensi, intoleransi glukosa, dan dislipidemia yang dapat berpotensi menimbulkan berbagai penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular, stroke dan diabetes melitus tipe 2. Sindrom metabolik di Indonesia masih menempati peringkat tertinggi dalam beban pembiayaan negara dengan angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi. Salah satu langkah yang umum digunakan untuk diagnosis awal dan skrining sindrom metabolik adalah melalui sarana Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Penelitian terapan mengenai pemberdayaan posyandu lansia ini menyajikan data deskriptif mengenai prevalensi sindrom metabolik di Dusun Iroyudan, memberikan evaluasi berbagai faktor risiko terkait sindrom metabolik, khususnya pada populasi lansia Dusun Iroyudan, serta memberikan intervensi dan memberikan dampak guna meningkatkan daya skrining pada posyandu lansia di Dusun Iroyudan. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan data demografis lansia Dusun Iroyudan terkait beberapa indikator skrining sindrom metabolik, yaitu indikator lingkar perut (obesitas sentral) total sebanyak 31,25% pada populasi lansia dengan perincian lansia wanita sebesar 45,45% (n=15) dan 0% pada lansia pria (n=0); indikator tekanan darah (hipertensi) total sebanyak 68,75% pada populasi lansia dengan perincian lansia wanita sebesar 63,64% (n=21) dan 80% pada lansia pria (n=12); serta indikator gula darah sewaktu di atas 200mg/dL total sebanyak 16,67% pada populasi lansia dengan perincian lansia wanita sebesar 18,18 %(n=6) dan 13,33% pada lansia pria (n=2). Adapun total prevalensi sindrom metabolik pada populasi lansia Dusun Iroyudan sebesar 8,33% (n=4). Berdasarkan data tersebut, diperlukan peningkatan skrining dan deteksi dini sindrom metabolik melalui pemberdayaan posyandu lansia dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader kesehatan, menjamin kuantitas dan kualitas alat pemeriksaan kesehatan, serta peningkatan jumlah kader kesehatan yang disesuaikan dengan populasi total.","PeriodicalId":509173,"journal":{"name":"Jurnal Pengabdian, Riset, Kreativitas, Inovasi, dan Teknologi Tepat Guna","volume":"64 8","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-12-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Pengabdian, Riset, Kreativitas, Inovasi, dan Teknologi Tepat Guna","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.22146/parikesit.v1i2.9616","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Penyakit utama pada kelompok dewasa di Indonesia adalah penyakit tulang dan sendi, kardiovaskular, infeksi saluran pernapasan, serta gangguan metabolisme. Sindrom metabolik merupakan kumpulan dari beberapa gangguan metabolisme seperti obesitas sentral, hipertensi, intoleransi glukosa, dan dislipidemia yang dapat berpotensi menimbulkan berbagai penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular, stroke dan diabetes melitus tipe 2. Sindrom metabolik di Indonesia masih menempati peringkat tertinggi dalam beban pembiayaan negara dengan angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi. Salah satu langkah yang umum digunakan untuk diagnosis awal dan skrining sindrom metabolik adalah melalui sarana Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Penelitian terapan mengenai pemberdayaan posyandu lansia ini menyajikan data deskriptif mengenai prevalensi sindrom metabolik di Dusun Iroyudan, memberikan evaluasi berbagai faktor risiko terkait sindrom metabolik, khususnya pada populasi lansia Dusun Iroyudan, serta memberikan intervensi dan memberikan dampak guna meningkatkan daya skrining pada posyandu lansia di Dusun Iroyudan. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan data demografis lansia Dusun Iroyudan terkait beberapa indikator skrining sindrom metabolik, yaitu indikator lingkar perut (obesitas sentral) total sebanyak 31,25% pada populasi lansia dengan perincian lansia wanita sebesar 45,45% (n=15) dan 0% pada lansia pria (n=0); indikator tekanan darah (hipertensi) total sebanyak 68,75% pada populasi lansia dengan perincian lansia wanita sebesar 63,64% (n=21) dan 80% pada lansia pria (n=12); serta indikator gula darah sewaktu di atas 200mg/dL total sebanyak 16,67% pada populasi lansia dengan perincian lansia wanita sebesar 18,18 %(n=6) dan 13,33% pada lansia pria (n=2). Adapun total prevalensi sindrom metabolik pada populasi lansia Dusun Iroyudan sebesar 8,33% (n=4). Berdasarkan data tersebut, diperlukan peningkatan skrining dan deteksi dini sindrom metabolik melalui pemberdayaan posyandu lansia dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader kesehatan, menjamin kuantitas dan kualitas alat pemeriksaan kesehatan, serta peningkatan jumlah kader kesehatan yang disesuaikan dengan populasi total.