{"title":"MENINJAU ULANG KEJADIAN 22:1-19: BENARKAH ALLAH MENGIZINKAN KEKERASAN PADA ANAK?","authors":"C. Siburian","doi":"10.46558/bonafide.v4i2.151","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Gambaran yang berbeda antara Allah dalam Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru telah lama diteliti. Kondisi ini mengakibatkan penekanan perbedaan, bahwa Allah Perjanjian Lama menyenangi kejahatan, genosida, pembunuhan, dan lain sebagainya, sedangkan Allah dalam Perjanjian Baru (yang dalam rupa Yesus) adalah Allah yang maha pengasih dan pengampun. Artikel ini hadir bertujuan untuk menunjukkan bahwa pada dasarnya Allah tidak mengizinkan kekerasan terhadap [ciptaan], dalam hal ini pada anak, meskipun banyak sekali teks-teks dalam Perjanjian Lama (salah satunya pengurbanan Ishak) yang berkonotasi demikian. Temuan artikel ini juga beragam, mulai dari temuan bahwa adanya kemungkinan kisah pengurbanan Ishak tidak terjadi secara historis hingga pada kepercayaan Abraham bahwa Ishak akan tetap menjadi anak yang dijanjikan Allah kepadanya, sehingga ia tidak ragu untuk mengurbankan Ishak. Beberapa temuan [lanjutan] juga dihadirkan dalam artikel ini, seperti temuan adanya tendensi Allah menghindar dari Abraham dan Ishak ketika menyerahkan korban sembelihan, adanya kemungkinan bahwa Allah salah menggunakan otoritasnya, hingga terbukanya pembahasan selanjutnya tentang bagaimana hubungan Abraham dan Ishak setelah mereka pulang. Seluruh hal ini dihadirkan untuk menunjukkan bahwa pembacaan atas satu teks saja, lalu menyimpulkan bahwa Allah adalah Allah yang jahat, merupakan pendekatan pembacaan yang keliru. Melalui artikel ini, akan dibangun sebuah konstruksi berpikir bahwa Allah memiliki makna di balik setiap tindakan dan perintah-ecara khusus kepada anak.","PeriodicalId":325759,"journal":{"name":"BONAFIDE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen","volume":"20 80","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-12-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"BONAFIDE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.46558/bonafide.v4i2.151","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Gambaran yang berbeda antara Allah dalam Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru telah lama diteliti. Kondisi ini mengakibatkan penekanan perbedaan, bahwa Allah Perjanjian Lama menyenangi kejahatan, genosida, pembunuhan, dan lain sebagainya, sedangkan Allah dalam Perjanjian Baru (yang dalam rupa Yesus) adalah Allah yang maha pengasih dan pengampun. Artikel ini hadir bertujuan untuk menunjukkan bahwa pada dasarnya Allah tidak mengizinkan kekerasan terhadap [ciptaan], dalam hal ini pada anak, meskipun banyak sekali teks-teks dalam Perjanjian Lama (salah satunya pengurbanan Ishak) yang berkonotasi demikian. Temuan artikel ini juga beragam, mulai dari temuan bahwa adanya kemungkinan kisah pengurbanan Ishak tidak terjadi secara historis hingga pada kepercayaan Abraham bahwa Ishak akan tetap menjadi anak yang dijanjikan Allah kepadanya, sehingga ia tidak ragu untuk mengurbankan Ishak. Beberapa temuan [lanjutan] juga dihadirkan dalam artikel ini, seperti temuan adanya tendensi Allah menghindar dari Abraham dan Ishak ketika menyerahkan korban sembelihan, adanya kemungkinan bahwa Allah salah menggunakan otoritasnya, hingga terbukanya pembahasan selanjutnya tentang bagaimana hubungan Abraham dan Ishak setelah mereka pulang. Seluruh hal ini dihadirkan untuk menunjukkan bahwa pembacaan atas satu teks saja, lalu menyimpulkan bahwa Allah adalah Allah yang jahat, merupakan pendekatan pembacaan yang keliru. Melalui artikel ini, akan dibangun sebuah konstruksi berpikir bahwa Allah memiliki makna di balik setiap tindakan dan perintah-ecara khusus kepada anak.