Audit Dana Adat Upacara Rambu Solo

Owner Pub Date : 2024-01-01 DOI:10.33395/owner.v8i1.2156
Muslim Muslim
{"title":"Audit Dana Adat Upacara Rambu Solo","authors":"Muslim Muslim","doi":"10.33395/owner.v8i1.2156","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Pelaksanaan upacara adat rambu solo' (upacara pemakaman) di Tana Toraja dianggap sebagai sarana untuk melestarikan budaya leluhur. Pelaksanaannya membutuhkan niat yang tulus untuk menjunjung tinggi prinsip-prinsip sakral dari upacara tersebut. Namun, upacara adat rambu solo kini tidak hanya dianggap sebagai cara untuk melestarikan budaya leluhur, tetapi juga sebagai sarana untuk menunjukkan status sosial seseorang. Fenomena yang ada adalah tantangan untuk menilai akuntabilitas upacara tradisional karena meningkatnya jumlah anggota kelas menengah ke atas. Individu, dalam upaya untuk menunjukkan status sosial modern mereka, dapat melampaui batas-batas yang ditentukan dari stratifikasi sosial mereka ketika menyelenggarakan upacara tersebut. Pelanggaran ini merusak kesucian upacara tradisional dan mengganggu tatanan sosial yang sudah mapan. Oleh karena itu, patut dipertanyakan apakah pelaksanaan upacara adat masih menjunjung tinggi nilai-nilai budaya leluhur atau justru menjadi ajang pamer hedonisme sosial. Dalam peradaban Tana Toraja, terdapat empat kelas sosial yang berbeda: kelas bangsawan tinggi (tana' bulaan), kelas bangsawan menengah (tana bassi), kelas orang merdeka (tana karurung), dan kelas budak (tana' kua-kua). Penelitian ini menggunakan metode penelitian fenomenologi untuk menilai keselarasan antara dana yang dialokasikan dan peraturan yang mengatur pelaksanaan upacara adat dengan hirarki sosial adat yang ada. Proses penelitian ini melibatkan beberapa tahapan, termasuk identifikasi, pemeriksaan, perbandingan, penyesuaian, deskripsi, dan kesimpulan dari tingkat akuntabilitas yang ditunjukkan oleh individu-individu yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan upacara adat terhadap nilai-nilai budaya tradisional yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Tana Toraja. Penelitian ini menyelidiki proses pelaksanaan audit dana adat untuk menentukan apakah terdapat kesesuaian atau penyimpangan antara dana yang dikeluarkan oleh individu atau organisasi dalam merencanakan sebuah acara adat dengan nilai-nilai budaya adat masyarakat Tana Toraja.","PeriodicalId":124624,"journal":{"name":"Owner","volume":"48 5","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2024-01-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Owner","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.33395/owner.v8i1.2156","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

Abstract

Pelaksanaan upacara adat rambu solo' (upacara pemakaman) di Tana Toraja dianggap sebagai sarana untuk melestarikan budaya leluhur. Pelaksanaannya membutuhkan niat yang tulus untuk menjunjung tinggi prinsip-prinsip sakral dari upacara tersebut. Namun, upacara adat rambu solo kini tidak hanya dianggap sebagai cara untuk melestarikan budaya leluhur, tetapi juga sebagai sarana untuk menunjukkan status sosial seseorang. Fenomena yang ada adalah tantangan untuk menilai akuntabilitas upacara tradisional karena meningkatnya jumlah anggota kelas menengah ke atas. Individu, dalam upaya untuk menunjukkan status sosial modern mereka, dapat melampaui batas-batas yang ditentukan dari stratifikasi sosial mereka ketika menyelenggarakan upacara tersebut. Pelanggaran ini merusak kesucian upacara tradisional dan mengganggu tatanan sosial yang sudah mapan. Oleh karena itu, patut dipertanyakan apakah pelaksanaan upacara adat masih menjunjung tinggi nilai-nilai budaya leluhur atau justru menjadi ajang pamer hedonisme sosial. Dalam peradaban Tana Toraja, terdapat empat kelas sosial yang berbeda: kelas bangsawan tinggi (tana' bulaan), kelas bangsawan menengah (tana bassi), kelas orang merdeka (tana karurung), dan kelas budak (tana' kua-kua). Penelitian ini menggunakan metode penelitian fenomenologi untuk menilai keselarasan antara dana yang dialokasikan dan peraturan yang mengatur pelaksanaan upacara adat dengan hirarki sosial adat yang ada. Proses penelitian ini melibatkan beberapa tahapan, termasuk identifikasi, pemeriksaan, perbandingan, penyesuaian, deskripsi, dan kesimpulan dari tingkat akuntabilitas yang ditunjukkan oleh individu-individu yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan upacara adat terhadap nilai-nilai budaya tradisional yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Tana Toraja. Penelitian ini menyelidiki proses pelaksanaan audit dana adat untuk menentukan apakah terdapat kesesuaian atau penyimpangan antara dana yang dikeluarkan oleh individu atau organisasi dalam merencanakan sebuah acara adat dengan nilai-nilai budaya adat masyarakat Tana Toraja.
对兰布梭罗仪式习惯基金的审计
在塔纳托拉贾(Tana Toraja),举行 "rambu solo"(葬礼仪式)被认为是保护祖先文化的一种手段。执行该仪式需要有维护仪式神圣原则的诚意。然而,"喃布独奏 "仪式现在不仅被视为传承祖先文化的一种方式,还被视为展示个人社会地位的一种手段。目前的现象是,由于中产阶级和中上层阶级的人数不断增加,在评估传统仪式的责任方面面临挑战。个人为了展示其现代社会地位,在组织此类仪式时可能会超越其社会阶层的规定界限。这些越轨行为破坏了传统仪式的神圣性,扰乱了既定的社会秩序。因此,传统仪式的表演是仍然坚持祖先的文化价值观,还是已经成为社会享乐主义的展示平台,这一点值得商榷。在塔纳托拉贾文明中,存在着四个不同的社会阶层:高级贵族阶层(tana' bulaan)、中级贵族阶层(tana bassi)、自由阶层(tana karurung)和奴隶阶层(tana' kua-kua)。本研究采用现象学研究方法,评估阿达特仪式的资金分配和实施条例与现有阿达特社会等级制度之间的一致性。研究过程分为几个阶段,包括识别、检查、比较、调整、描述和总结负责组织传统仪式的个人对塔纳托拉贾人所坚持的传统文化价值观的负责程度。本研究调查了进行习俗资金审计的过程,以确定个人或组织在策划习俗活动时花费的资金与塔纳托拉贾人的传统文化价值观之间是否匹配或偏离。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 求助全文
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信