{"title":"ANALISIS RISIKO RANTAI PASOK MENGGUNAKAN METODE SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) DAN HOUSE OF RISK (HOR) PADA PT INDO PUSAKA BERAU","authors":"Fahriza Fawwas Asrory","doi":"10.46984/sebatik.v27i2.2415","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"PT Indo Pusaka Berau adalah perusahaan yang bergerak di bidang ketenagalistrikan, dimiliki oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Berau (49,48%), PT Indonesia Power (46,53%), dan PT Jasin Effrin Jaya (3,99%). PT IPB (PLTU Lati) berdiri pada tanggal 12 Januari 2005, mengelola pengoperasian dan pemeliharaan PLTU berkapasitas 3 x 7 MW di Kabupaten Berau-Kalimantan Timur. Kontinuitas produksi yang tinggi, kebutuhan akan parts yang spesifik pada unit-unit pembangkit, membuat perusahaan rentan terhadap risiko yang mungkin terjadi di sepanjang aktivitas rantai pasok. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis risiko yang terjadi dalam aktivitas rantai pasok PT Indo Pusaka Berau serta memberikan rekomendasi mitigasi terhadap sumber risiko prioritas untuk mengurangi potensi terjadinya risiko tersebut. Penelitian ini menggunakan metode Supply Chain Operation Reference (SCOR) dan House of Risk (HOR) untuk mengetahui risiko yang terjadi serta menentukan mitigasi risiko melalui tahapan HOR fase 1 dan HOR fase 2. Berdasarkan HOR fase 1, teridentifikasi 24 risk event dan 30 risk agent pada aktivitas rantai pasok perusahaan. Dengan menggunakan diagram pareto melalui prinsip 80/20, ditetapkan 2 risk agent prioritas dengan peringkat tertinggi, yaitu kerusakan peralatan pembangkit yang berakibat mengurangi ketersediaan daya (A1), serta kelangkaan parts (A11). Berdasarkan HOR fase 2 melalui perhitungan nilai ETD, didapatkan urutan rekomendasi mitigasi yaitu: optimalisasi tata kelola pembangkit (Work, Planning, & Control) (PA1), perencanaan kebutuhan parts (Rendalhar) dari user sejak dini (PA5), pemetaan critical parts (PA6), optimalisasi Reliability Centered Maintenance (RCM) (PA2), pembuatan kontrak payung dengan supplier (PA7), implementasi ISO 55001: 2014 (manajemen aset) (PA4), dan optimalisasi display dashboard CMMS fix profesional (EDMS) (PA3).","PeriodicalId":493984,"journal":{"name":"Sebatik","volume":"120 16","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-12-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Sebatik","FirstCategoryId":"0","ListUrlMain":"https://doi.org/10.46984/sebatik.v27i2.2415","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
PT Indo Pusaka Berau adalah perusahaan yang bergerak di bidang ketenagalistrikan, dimiliki oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Berau (49,48%), PT Indonesia Power (46,53%), dan PT Jasin Effrin Jaya (3,99%). PT IPB (PLTU Lati) berdiri pada tanggal 12 Januari 2005, mengelola pengoperasian dan pemeliharaan PLTU berkapasitas 3 x 7 MW di Kabupaten Berau-Kalimantan Timur. Kontinuitas produksi yang tinggi, kebutuhan akan parts yang spesifik pada unit-unit pembangkit, membuat perusahaan rentan terhadap risiko yang mungkin terjadi di sepanjang aktivitas rantai pasok. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis risiko yang terjadi dalam aktivitas rantai pasok PT Indo Pusaka Berau serta memberikan rekomendasi mitigasi terhadap sumber risiko prioritas untuk mengurangi potensi terjadinya risiko tersebut. Penelitian ini menggunakan metode Supply Chain Operation Reference (SCOR) dan House of Risk (HOR) untuk mengetahui risiko yang terjadi serta menentukan mitigasi risiko melalui tahapan HOR fase 1 dan HOR fase 2. Berdasarkan HOR fase 1, teridentifikasi 24 risk event dan 30 risk agent pada aktivitas rantai pasok perusahaan. Dengan menggunakan diagram pareto melalui prinsip 80/20, ditetapkan 2 risk agent prioritas dengan peringkat tertinggi, yaitu kerusakan peralatan pembangkit yang berakibat mengurangi ketersediaan daya (A1), serta kelangkaan parts (A11). Berdasarkan HOR fase 2 melalui perhitungan nilai ETD, didapatkan urutan rekomendasi mitigasi yaitu: optimalisasi tata kelola pembangkit (Work, Planning, & Control) (PA1), perencanaan kebutuhan parts (Rendalhar) dari user sejak dini (PA5), pemetaan critical parts (PA6), optimalisasi Reliability Centered Maintenance (RCM) (PA2), pembuatan kontrak payung dengan supplier (PA7), implementasi ISO 55001: 2014 (manajemen aset) (PA4), dan optimalisasi display dashboard CMMS fix profesional (EDMS) (PA3).