Sindrom Wellens Tipe B dengan Penyumbatan pada Satu Pembuluh Darah Koroner: Laporan Kasus

Abstract

Abstract: Wellens syndrome describes a pattern of electrocardiographic (ECG) changes, especially typical T waves, that threaten the patient's safety if further examination and management are delayed. We reported a 52-year-old male with a history of previous heart attacks. The patient had a history of hypertension, hypercholestrolemia, and active smoker. Vital signs indicated stable hemodynamics. On ECG examination, a deep inversion T wave was obtained in the V2-V6 leads. In echocardio-graphy, normal heart chamber dimensions, concentric LVH, with grade I diastolic dysfunction, LV EF 52% (SIMPSONS BP), apical to mid-anterior hypokinetics, other normokinetic segments, MR Mild, with normal RV contractility. Patient was carried out elective percutaneous coronary intervention (PCI) with the results of one kulprit lesion found in LAD, 50-60% proximal-mid stenosis, 80% distal tubular stenosis, discrete stenosis 50-60% D2, and Promus Premiere 2.5x20 mm stent installation in the distal LAD. The result of TIMI flow 3 angiography evaluation was no dissection or residual stenosis that concluded CAD 1VD post DCA-PCI with 1 Stent in LAD. After the PCI, complaint of chest pain was absent, vital sign examination and physical examinations were within normal limits. The therapy provided consisted of 0.9% NaCl infusion 500cc/24 hours intravenously for hydration after PCI, and dual antiplatelets After day-3 treatment there was no increase in urea and creatinine; therefore, outpatient treatment was carried out followed by phase 2 cardiac rehabilitation. Keywords: Wellens’ syndrome; typical T wave; stenosis; left anterior descending artery    Abstrak: Sindrom Wellens menggambarkan pola perubahan elektrokardiografi (EKG), terutama gelombang T tipikal yang mengancam keselamatan pasien bila terlambat dilakukan pemeriksaan dan penatalaksanaan lebih lanjut. Kami melaporkan seorang laki-laki beruria 52 tahun dengan riwayat serangan jantung sebelumnya. Pasien memiliki riwayat hipertensi, riwayat hiperkolestrolemia, dan perokok aktif. Tanda vital menunjukkan hemodinamik stabil. Pada pemeriksaan EKG  didapatkan gelombang T inversi dalam pada sadapan V2-V6. Pada ekokardiografi didapatkan dimensi ruang jantung normal, LVH konsentrik, dengan disfungsi diastolik grade I, LV EF 52% (SIMPSONS BP), hipokinetik apikal hingga mid anterior, segmen lain normokinetik, MR Mild , dengan kontraktilitas RV normal. Pasien dilakukan intervensi koroner perkutan elektif dengan hasil satu lesi kulprit terdapat pada LAD, stenosis 50-60% proksimal-mid, stenosis tubular 80% distal, stenosis diskret 50-60% D2, dan dilakukan pemasangan stent Promus Premiere 2,5x20mm di distal LAD. Hasil evaluasi angiografi TIMI flow 3, tidak terdapat diseksi, ataupun stenosis residual yang menyimpulkan CAD 1VD post DCA-PCI dengan 1 Stent di LAD. Pasca tindakan, keluhan nyeri dada tidak ada, pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan fisik dalam batas normal. Terapi yang diberikan terdiri dari infus NaCl 0,9% 500cc/24jam intravena untuk hidrasi setelah IKP dan dual antiplatelet. Setelah perawatan hari ke 3 tidak didapatkan peningkatan ureum dan kreatinin, dilakukan rawat jalan yang dilanjutkan dengan rehabilitasi jantung fase 2. Kata kunci: sindrom Wellens; gelombang T tipikal; stenosis; left anterior descending artery