Benyamin Belawa Liwun, Melkisedek N. B. C. Neolaka, Theny I. B. Kurniati Pah
{"title":"Peran Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Dalam Upaya Penanggulangan Human Immunodeficiency Virus And Acquired Immunodeficiency Syndrome","authors":"Benyamin Belawa Liwun, Melkisedek N. B. C. Neolaka, Theny I. B. Kurniati Pah","doi":"10.52434/jp.v17i01.189","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tren kasus HIV/AIDS di Kabupaten Flora Timur yang cenderung fluktuatif dari tahun 2016 hingga 2021, dan penyebab utama kasus HIV/AIDS berasal dari eks imigran. Jenis penelitian ini adalah studi kasus dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Hasil kajian menunjukkan bahwa Komisi Penanggulangan AIDS Flores Timur (KPAK Flores Timur) memenuhi tiga peran dalam penanggulangan HIV/AIDS, yaitu peran koordinasi dan sinergi dalam penanggulangan HIV/AIDS dengan membangun kerjasama antar lembaga/instansi dalam penanggulangan HIV/AIDS, perannya sebagai pusat informasi HIV/AIDS adalah untuk menginformasikan tentang HIV/AIDS di semua lapisan masyarakat dan tugasnya adalah menyusun rencana strategis KPA. Pelaksanaan penanggulangan HIV/AIDS yaitu memanfaatkan strategi KPAK Flores Timur dalam penanggulangan HIV/AIDS, yakni kampanye pencegahan HIV /AIDS, membangun lingkungan kondusif, perawatan, pengobatan dan dukungan bagi orang yang hidup dengan HIV (ODHA) dan melaksanakan kegiatan yang berkelanjutan/berkesinambungan. Hasil dari penelitian ini adalah adanya koordinasi dan sinergi penanggulangan HIV/AIDS tingkat lanjut yang tercermin dalam keanggotaan KPA dalam SK nomor 95 tahun 2013 yang dikeluarkan oleh Bupati Flores Timur sebagai bentuk kerjasama lintas sektoral yang sesuai, namun masih terdapat beberapa kendala seperti keterbatasan sumber daya, kondisi ekonomi, sosial budaya dan geografis. Perannya sebagai pusat informasi HIV/AIDS kurang optimal karena distribusi informasi ke seluruh masyarakat kurang optimal.","PeriodicalId":32684,"journal":{"name":"Jurnal Administrasi Publik Public Administration Journal","volume":"270 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-06-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Administrasi Publik Public Administration Journal","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.52434/jp.v17i01.189","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tren kasus HIV/AIDS di Kabupaten Flora Timur yang cenderung fluktuatif dari tahun 2016 hingga 2021, dan penyebab utama kasus HIV/AIDS berasal dari eks imigran. Jenis penelitian ini adalah studi kasus dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Hasil kajian menunjukkan bahwa Komisi Penanggulangan AIDS Flores Timur (KPAK Flores Timur) memenuhi tiga peran dalam penanggulangan HIV/AIDS, yaitu peran koordinasi dan sinergi dalam penanggulangan HIV/AIDS dengan membangun kerjasama antar lembaga/instansi dalam penanggulangan HIV/AIDS, perannya sebagai pusat informasi HIV/AIDS adalah untuk menginformasikan tentang HIV/AIDS di semua lapisan masyarakat dan tugasnya adalah menyusun rencana strategis KPA. Pelaksanaan penanggulangan HIV/AIDS yaitu memanfaatkan strategi KPAK Flores Timur dalam penanggulangan HIV/AIDS, yakni kampanye pencegahan HIV /AIDS, membangun lingkungan kondusif, perawatan, pengobatan dan dukungan bagi orang yang hidup dengan HIV (ODHA) dan melaksanakan kegiatan yang berkelanjutan/berkesinambungan. Hasil dari penelitian ini adalah adanya koordinasi dan sinergi penanggulangan HIV/AIDS tingkat lanjut yang tercermin dalam keanggotaan KPA dalam SK nomor 95 tahun 2013 yang dikeluarkan oleh Bupati Flores Timur sebagai bentuk kerjasama lintas sektoral yang sesuai, namun masih terdapat beberapa kendala seperti keterbatasan sumber daya, kondisi ekonomi, sosial budaya dan geografis. Perannya sebagai pusat informasi HIV/AIDS kurang optimal karena distribusi informasi ke seluruh masyarakat kurang optimal.