{"title":"Diplomasi, Konflik, Dan Kemerdekaan: Pembebasan Irian Barat (1949-1962)","authors":"Wanda Marshanda","doi":"10.47134/pssh.v1i4.134","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Pembebasan Irian Barat adalah rangkaian peristiwa sejarah yang mencakup upaya diplomatik, politik, dan militer Indonesia untuk mendapatkan kendali penuh atas wilayah yang sebelumnya berada di bawah administrasi Belanda. Tulisan ni bertujuan untuk mengetahui strategi diplomasi, konfrontasi militer dan peran perjanjian New York serta Pepera yang dilakukan oleh Indonesia dalam pembebeasan irian Barat. Metode penelitian yang digunakan dalam artikel ini adalah metode penelitian sejarah, yang terdiri dari pemilihan topik, heuristik atau pengumpulan sumber, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian ini adalah Selama periode Demokrasi Liberal sejumlah kabinet yang berkuasa di Indonesia terlibat dalam upaya diplomasi untuk mencapai tujuan pembebasan Irian Barat. Selain itu terdapat pula konfrontasi militer yang disebut dengan Trikora (Tri Komando Rakyat) yang mulai digaungkan pada tahun 1961. Meskipun sengketa tersebut melibatkan konfrontasi militer, pemerintah Indonesia juga menjalankan diplomasi melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), menghasilkan perjanjian New York pada 1962 dan Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) pada 1969. Hasil Pepera menunjukkan mayoritas penduduk Irian Barat mendukung bergabung dengan Indonesia. Secara simbolis, pemberian kedaulatan penuh Irian Barat kepada Indonesia terjadi pada tahun 1963 melalui pembentukan United Nations Temporary Executive Authority (UNTEA). Namun, langkah signifikan berikutnya menuju konsensus internasional terjadi pada tahun 1969, ketika PBB secara resmi mengakui hasil Pepera yang menegaskan bahwa Irian Barat akan tetap menjadi bagian integral dari Indonesia.","PeriodicalId":500077,"journal":{"name":"Pubmedia Social Sciences and Humanities","volume":"71 7","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-11-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Pubmedia Social Sciences and Humanities","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.47134/pssh.v1i4.134","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Pembebasan Irian Barat adalah rangkaian peristiwa sejarah yang mencakup upaya diplomatik, politik, dan militer Indonesia untuk mendapatkan kendali penuh atas wilayah yang sebelumnya berada di bawah administrasi Belanda. Tulisan ni bertujuan untuk mengetahui strategi diplomasi, konfrontasi militer dan peran perjanjian New York serta Pepera yang dilakukan oleh Indonesia dalam pembebeasan irian Barat. Metode penelitian yang digunakan dalam artikel ini adalah metode penelitian sejarah, yang terdiri dari pemilihan topik, heuristik atau pengumpulan sumber, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian ini adalah Selama periode Demokrasi Liberal sejumlah kabinet yang berkuasa di Indonesia terlibat dalam upaya diplomasi untuk mencapai tujuan pembebasan Irian Barat. Selain itu terdapat pula konfrontasi militer yang disebut dengan Trikora (Tri Komando Rakyat) yang mulai digaungkan pada tahun 1961. Meskipun sengketa tersebut melibatkan konfrontasi militer, pemerintah Indonesia juga menjalankan diplomasi melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), menghasilkan perjanjian New York pada 1962 dan Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) pada 1969. Hasil Pepera menunjukkan mayoritas penduduk Irian Barat mendukung bergabung dengan Indonesia. Secara simbolis, pemberian kedaulatan penuh Irian Barat kepada Indonesia terjadi pada tahun 1963 melalui pembentukan United Nations Temporary Executive Authority (UNTEA). Namun, langkah signifikan berikutnya menuju konsensus internasional terjadi pada tahun 1969, ketika PBB secara resmi mengakui hasil Pepera yang menegaskan bahwa Irian Barat akan tetap menjadi bagian integral dari Indonesia.