Moch Nur Ilhamsyah, Dicki Nizar Zulfika, Achmad Rijanto
{"title":"ANALISI LAJU KOROSI CRACKING AISI 430 DENGAN VARIASI WAKTU PADA MEDIA HCL 0,80","authors":"Moch Nur Ilhamsyah, Dicki Nizar Zulfika, Achmad Rijanto","doi":"10.36815/semastek.v2i1.107","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Stress corrosion cracking [SCC] adalah istilah yang diberikan untuk peretakan intergranular atau transgranular pada logam akibat kegiatan gabungan antara tegangan dan lingkungan khusus. Bentuk korosi ini lazim sekali dijumpai di lingkungan industri seperti : industri perkapalan, perminyakan, dan industri – industri kontruksi logam. Dalam tugas akhir ini dimaksudkan untuk memahami fenomena Stress Corrosion Cracking secara teoritis dalam material dan mengkaji pengaruh variasi pembebanan terhadap Stress Corrosion Cracking Stainless Steel AISI 430 sehingga dapat mengetahui pengaruh media korosi terhadap pertambahan panjang, lamanya waktu patah dan jenis retak yang terjadi pada benda. Kondisi korosif dapat dihasilkan dari bak yang diisi dengan larutan sesuai dengan rencana pengujian yang dilakukan. Hasil pengujian kekerasan menunjukan peningkatan nilai kekerasan spesimen setelah dilakukan pembebanan dari kekerasan awal 163 naik menjadi 165,5 Pada beban 3 kgN, 181,3 pada beban 4 kgN dan 189,1 pada beban 5 kgN. Kehilangan berat dan laju korosi dipengaruhi besarnya beban dan lamanya waktu perendaman. Kehilangan berat dan laju korosi terbesar terjadi pada spesimen dengan beban 5 kgN dan waktu perendaman 72 Jam dan yang terkecil terjadi pada beban 3 kgN dan perendaman 24 jam. Spesimen yang memiliki area retak terbesar terjadi pada spesimen dengan beban 5 kgN dengan waktu perendaman 72 jam dan spesimen yang memiliki area retak terkecil ialah spesimen dengan beban 3 kgN pada waktu perendaman 24 jam. Penelitian ini menunjukan bahwa beban yang diberikan sebaiknya maksimal hanya sebesar 4 kgN, karena peningkatan beban di atas nilai tersebut menyebabkan laju korosi meningkat tajam.","PeriodicalId":428291,"journal":{"name":"SEMINAR NASIONAL FAKULTAS TEKNIK","volume":"23 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-09-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"SEMINAR NASIONAL FAKULTAS TEKNIK","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.36815/semastek.v2i1.107","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Stress corrosion cracking [SCC] adalah istilah yang diberikan untuk peretakan intergranular atau transgranular pada logam akibat kegiatan gabungan antara tegangan dan lingkungan khusus. Bentuk korosi ini lazim sekali dijumpai di lingkungan industri seperti : industri perkapalan, perminyakan, dan industri – industri kontruksi logam. Dalam tugas akhir ini dimaksudkan untuk memahami fenomena Stress Corrosion Cracking secara teoritis dalam material dan mengkaji pengaruh variasi pembebanan terhadap Stress Corrosion Cracking Stainless Steel AISI 430 sehingga dapat mengetahui pengaruh media korosi terhadap pertambahan panjang, lamanya waktu patah dan jenis retak yang terjadi pada benda. Kondisi korosif dapat dihasilkan dari bak yang diisi dengan larutan sesuai dengan rencana pengujian yang dilakukan. Hasil pengujian kekerasan menunjukan peningkatan nilai kekerasan spesimen setelah dilakukan pembebanan dari kekerasan awal 163 naik menjadi 165,5 Pada beban 3 kgN, 181,3 pada beban 4 kgN dan 189,1 pada beban 5 kgN. Kehilangan berat dan laju korosi dipengaruhi besarnya beban dan lamanya waktu perendaman. Kehilangan berat dan laju korosi terbesar terjadi pada spesimen dengan beban 5 kgN dan waktu perendaman 72 Jam dan yang terkecil terjadi pada beban 3 kgN dan perendaman 24 jam. Spesimen yang memiliki area retak terbesar terjadi pada spesimen dengan beban 5 kgN dengan waktu perendaman 72 jam dan spesimen yang memiliki area retak terkecil ialah spesimen dengan beban 3 kgN pada waktu perendaman 24 jam. Penelitian ini menunjukan bahwa beban yang diberikan sebaiknya maksimal hanya sebesar 4 kgN, karena peningkatan beban di atas nilai tersebut menyebabkan laju korosi meningkat tajam.