{"title":"Modifikasi Jembatan Kanor–Rengel dengan Menggunakan Cable-Stayed Asymmetrical Single Plane System","authors":"Rendra Juliansyah Putra, Hidajat Sugiharjo, Hidajat Sugiharjo","doi":"10.12962/j23373539.v12i2.123888","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Jembatan sebagai penghubung antara dua lokasi harus direncanakan dengan memperhatikan aspek-aspek meliputi kekuatan, stabilitas struktur, ekonomis, estetika, hingga dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan. Jembatan Kanor–Rengel sebagai penghubung Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro dan Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban yang memiliki panjang total hingga 310 meter dan lebar 9 meter dibangun dengan tipe konstruksi berupa slab on piles, gelagar, dan rangka baja serta struktur penopang berupa dua abutmen dan empat pilar. Penggunaan rangka baja tidaklah efisien untuk bentang tersebut karena dapat menyebabkan bertambahnya berat struktur jembatan dan penggunaan pilar pada jembatan. Penggunaan dua pilar juga akan mengurangi effective linear waterway sungai yang menyebabkan terjadinya gerusan lokal. Selain itu, rangka baja juga tidak memiliki nilai estetika. Melihat kondisi tersebut, muncul ide untuk memodifikasi jembatan menjadi jembatan cable-stayed asymmetrical single plane system. Perencanaan modifikasi ini dilakukan secara bertahap mulai dari studi literatur dan pengumpulan data, preliminary design, desain struktur sekunder, pemodelan dan analisis struktur, desain struktur utama, kontrol stabilitas aerodinamis, analisis staging, desain angkur dan perletakan, hingga penyusunan gambar kerja. Hasil dari perencanaan ini meliputi dimensi kabel, dek jembatan, pylon dan angkur. Beberapa peraturan yang digunakan sebagai acuan dalam melakukan perencanaan modifikasi ini meliputi Surat Edaran Menteri 08-SE-M-2015, SNI 1725-2016, SNI 2833-2016, dan AASHTO LRFD Bridge Design Spesification 9th Edition 2020. Berdasarkan hasil perencanaan, digunakan gelagar baja dengan lantai orthotropic berupa single trapezoidal box girder setinggi 2,5 m dan selebar 19,5 m; 14 buah kabel dengan diameter terbesar adalah 178,41 mm; pylon setinggi 56 m dengan penampang berongga dan tak-berongga berukuran 3 m × 6 m yang memiliki kemiringan 70° terhadap horizontal; angkur yang terdiri dari unit 6-73, 6-109, 6-151, dan 6-187; pot bearing berupa guided bearing dan free bearing; serta expansion joint pada jembatan. Seluruh elemen telah memenuhi kontrol terhadap persyaratan baik terhadap beban statik dan dinamik yang terjadi, maupun terhadap stabilitas aerodinamis.","PeriodicalId":17733,"journal":{"name":"Jurnal Teknik ITS","volume":"193 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-09-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Teknik ITS","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.12962/j23373539.v12i2.123888","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Jembatan sebagai penghubung antara dua lokasi harus direncanakan dengan memperhatikan aspek-aspek meliputi kekuatan, stabilitas struktur, ekonomis, estetika, hingga dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan. Jembatan Kanor–Rengel sebagai penghubung Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro dan Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban yang memiliki panjang total hingga 310 meter dan lebar 9 meter dibangun dengan tipe konstruksi berupa slab on piles, gelagar, dan rangka baja serta struktur penopang berupa dua abutmen dan empat pilar. Penggunaan rangka baja tidaklah efisien untuk bentang tersebut karena dapat menyebabkan bertambahnya berat struktur jembatan dan penggunaan pilar pada jembatan. Penggunaan dua pilar juga akan mengurangi effective linear waterway sungai yang menyebabkan terjadinya gerusan lokal. Selain itu, rangka baja juga tidak memiliki nilai estetika. Melihat kondisi tersebut, muncul ide untuk memodifikasi jembatan menjadi jembatan cable-stayed asymmetrical single plane system. Perencanaan modifikasi ini dilakukan secara bertahap mulai dari studi literatur dan pengumpulan data, preliminary design, desain struktur sekunder, pemodelan dan analisis struktur, desain struktur utama, kontrol stabilitas aerodinamis, analisis staging, desain angkur dan perletakan, hingga penyusunan gambar kerja. Hasil dari perencanaan ini meliputi dimensi kabel, dek jembatan, pylon dan angkur. Beberapa peraturan yang digunakan sebagai acuan dalam melakukan perencanaan modifikasi ini meliputi Surat Edaran Menteri 08-SE-M-2015, SNI 1725-2016, SNI 2833-2016, dan AASHTO LRFD Bridge Design Spesification 9th Edition 2020. Berdasarkan hasil perencanaan, digunakan gelagar baja dengan lantai orthotropic berupa single trapezoidal box girder setinggi 2,5 m dan selebar 19,5 m; 14 buah kabel dengan diameter terbesar adalah 178,41 mm; pylon setinggi 56 m dengan penampang berongga dan tak-berongga berukuran 3 m × 6 m yang memiliki kemiringan 70° terhadap horizontal; angkur yang terdiri dari unit 6-73, 6-109, 6-151, dan 6-187; pot bearing berupa guided bearing dan free bearing; serta expansion joint pada jembatan. Seluruh elemen telah memenuhi kontrol terhadap persyaratan baik terhadap beban statik dan dinamik yang terjadi, maupun terhadap stabilitas aerodinamis.