{"title":"Merengkuh Spiritualitas Persahabatan Ekumenis: Sebuah Refleksi Paradigma Misi Gereja Posmodern","authors":"Fredy Simanjuntak, Jammes Juneidy Takaliuang, Budin Nurung","doi":"10.46929/graciadeo.v4i2.101","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"The narrative about God's Mission always manifests in the space of friendship with the world even after the fall until today's Postmodern era. In today's world, the world is largely globalized and urbanized. The church no longer lives in a closed community with limited interaction. Cultural Networks are interconnected into a system. Yet most churches still grapple with theologically and dogmatically fragmented paradigms. The church needs a friendly spiritual restoration as the body of Christ to meet God's mission with ecumenical energy. This study aims to adapt the relevant mission paradigm through the spirituality of ecumenical friendship in postmodern reality. This study uses a descriptive method with critical and socio-theological discourse analysis. It is hoped that through this research the Church can make more serious observations and position itself as an integralist to become a bridge of friendship in carrying out God's mission in a relevant way.Narasi mengenai Misi Allah senantiasa mewujud dalam ruang persahabatan dengan dunia sekalipun pasca kejatuhan hingga di masa Postmodern sekarang ini. Di masa kini dunia sebagian besar terglobalisasi dan terurbanisasi. Gereja tidak lagi hidup dalam komunitas tertutup dengan interaksi terbatas. Jaringan Budaya saling berhubungan ke dalam suatu system. Namun sebagian besar gereja-gereja masih bergulat dalam paradigma yang terfragmentasi secara teologis dan dogmatis. Gereja memerlukan restorasi spiritual yang bersahabat sebagai tubuh Kristus untuk menyongsong misi Allah dengan energi ekumenis. Penelitian ini bertujuan untuk mengadaptasikan paradigma misi yang relevan melalui spiritualitas persahabatan ekumenis dalam realitas postmodern.Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan analisis wacana kritis dan sosio-teologis. Diharapkan melalui penelitian ini Gereja dapat melakukan pengamatan yang lebih serius serta menempatkan dirinya sebagai integralis untuk menjadi jembatan persahabatan dalam mengemban misi Allah secara relevan.","PeriodicalId":113383,"journal":{"name":"JURNAL TEOLOGI GRACIA DEO","volume":"2 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-01-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"JURNAL TEOLOGI GRACIA DEO","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.46929/graciadeo.v4i2.101","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
The narrative about God's Mission always manifests in the space of friendship with the world even after the fall until today's Postmodern era. In today's world, the world is largely globalized and urbanized. The church no longer lives in a closed community with limited interaction. Cultural Networks are interconnected into a system. Yet most churches still grapple with theologically and dogmatically fragmented paradigms. The church needs a friendly spiritual restoration as the body of Christ to meet God's mission with ecumenical energy. This study aims to adapt the relevant mission paradigm through the spirituality of ecumenical friendship in postmodern reality. This study uses a descriptive method with critical and socio-theological discourse analysis. It is hoped that through this research the Church can make more serious observations and position itself as an integralist to become a bridge of friendship in carrying out God's mission in a relevant way.Narasi mengenai Misi Allah senantiasa mewujud dalam ruang persahabatan dengan dunia sekalipun pasca kejatuhan hingga di masa Postmodern sekarang ini. Di masa kini dunia sebagian besar terglobalisasi dan terurbanisasi. Gereja tidak lagi hidup dalam komunitas tertutup dengan interaksi terbatas. Jaringan Budaya saling berhubungan ke dalam suatu system. Namun sebagian besar gereja-gereja masih bergulat dalam paradigma yang terfragmentasi secara teologis dan dogmatis. Gereja memerlukan restorasi spiritual yang bersahabat sebagai tubuh Kristus untuk menyongsong misi Allah dengan energi ekumenis. Penelitian ini bertujuan untuk mengadaptasikan paradigma misi yang relevan melalui spiritualitas persahabatan ekumenis dalam realitas postmodern.Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan analisis wacana kritis dan sosio-teologis. Diharapkan melalui penelitian ini Gereja dapat melakukan pengamatan yang lebih serius serta menempatkan dirinya sebagai integralis untuk menjadi jembatan persahabatan dalam mengemban misi Allah secara relevan.
即使在堕落之后,直到今天的后现代时代,关于上帝使命的叙述总是体现在与世界的友谊空间中。当今世界,世界在很大程度上是全球化和城市化的。教会不再生活在一个封闭的社区,互动有限。文化网络相互连接成一个系统。然而,大多数教会仍在与神学和教义上支离破碎的范例作斗争。教会需要一个友好的属灵恢复,作为基督的身体,以大公合一的能量来满足神的使命。本研究旨在透过普世友谊的灵性,在后现代现实中调整相关的使命范式。本研究采用描述性方法,结合批判和社会神学话语分析。希望透过这项研究,教会能作出更认真的观察,并将自己定位为一个整合者,成为友谊的桥梁,以相关的方式执行天主的使命。Narasi mengenai Misi Allah senantiasa mewujud dalam ruang pershabatan dengan dunia sekalipun pasca kejatuhan hinga di masa后现代sekarang ini。Di masa kini dunia sebagian besar terglobalisasi和terurbanisasi。Gereja tidak lagi hidup dalam komunitas tertutuup dengan interaksi terbatas。Jaringan Budaya销售berhubungan和dalam suatu系统。Namun sebagian besar gereja-gereja masih bergulat dalam范式yang terfragmentassecara技术和教条。Gereja memerlukan restorasi spiritual yang bersahabat sebagai tubuh Kristus untuk menyongsong misi Allah dengan energi ekumenis。Penelitian ini bertujuan untuk mengadaptasikan范式misi yang相关的,多元的精神的,在此基础上的,在此基础上的现实主义后现代。Penelitian, mongunakan,方法描述,登格分析,与社会科学有关。这句话的意思是说:“我的祖国,我的祖国,我的祖国,我的祖国,我的祖国,我的祖国,我的祖国,我的祖国。”