AKAL DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

Sultani Abi Husni
{"title":"AKAL DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN","authors":"Sultani Abi Husni","doi":"10.30821/ansiru.v6i2.13698","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Menurut Al-Qur'an, manusia terdiri dari dua unsur, yaitu unsur material dan immaterial. Tubuh manusia bersifat material dan berasal dari sari pati tanah, sedangkan ruh manusia berasal dari substansi inmateri di alam gaib. Roh yang bersifat inmateri itu memiliki dua daya. Pertama, daya pikir yang disebut “aql” terkonsentrasi di otak (kepala). Kedua, daya rasa yang disebut hati, yang terpusat di dada. Jadi, daya pikir (‘aql) dan daya rasa (qalbu) keduanya bersifat immaterial karena merupakan substansi dari roh kemanusiaan. Aql bekerja dengan cara yang rumit melalui proses yang disebut berpikir. Pada saat yang sama, qalbu (hati) bekerja secara singkat dan langsung ketika sesuatu diputuskan/ditentukan. Islam mengakui bahwa akal merupakan alat atau sarana yang sangat penting bagi manusia. Tidak hanya sebagai alat untuk mengembangkan ilmu yang dibutuhkan manusia dalam kehidupan, akal juga merupakan salah satu prasyarat mutlak adanya taklif atau agama. Bahkan diakui bahwa akal merupakan sumber hukum Islam ketiga setelah al-Qur'an dan al-Hadits. Namun akal tidak dapat dijadikan sebagai faktor penentu, juga tidak dapat dilepaskan untuk menegakkan kebenaran tanpa tuntunan unsur-unsur lain yang juga diberikan kepada manusia, seperti rasa, iman (keyakinan) dan syariah (wahyu). Hal ini karena akal itu sendiri bersifat nisbi, sehingga pengamatan dan keputusannya tidak mutlak (relatif), dan ruang lingkupnya juga terbatas. Oleh karena itu akal harus selalu dibimbing/dikendalikan oleh qalbu sedemikian rupa agar tidak terperosok ke dalam jurang kesesatan. Karena yang bisa menentukan “baik dan buruk” hanyalah qalbu (hati)","PeriodicalId":126913,"journal":{"name":"ANSIRU PAI : Pengembangan Profesi Guru Pendidikan Agama Islam","volume":"147 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-12-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"ANSIRU PAI : Pengembangan Profesi Guru Pendidikan Agama Islam","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.30821/ansiru.v6i2.13698","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

Abstract

Menurut Al-Qur'an, manusia terdiri dari dua unsur, yaitu unsur material dan immaterial. Tubuh manusia bersifat material dan berasal dari sari pati tanah, sedangkan ruh manusia berasal dari substansi inmateri di alam gaib. Roh yang bersifat inmateri itu memiliki dua daya. Pertama, daya pikir yang disebut “aql” terkonsentrasi di otak (kepala). Kedua, daya rasa yang disebut hati, yang terpusat di dada. Jadi, daya pikir (‘aql) dan daya rasa (qalbu) keduanya bersifat immaterial karena merupakan substansi dari roh kemanusiaan. Aql bekerja dengan cara yang rumit melalui proses yang disebut berpikir. Pada saat yang sama, qalbu (hati) bekerja secara singkat dan langsung ketika sesuatu diputuskan/ditentukan. Islam mengakui bahwa akal merupakan alat atau sarana yang sangat penting bagi manusia. Tidak hanya sebagai alat untuk mengembangkan ilmu yang dibutuhkan manusia dalam kehidupan, akal juga merupakan salah satu prasyarat mutlak adanya taklif atau agama. Bahkan diakui bahwa akal merupakan sumber hukum Islam ketiga setelah al-Qur'an dan al-Hadits. Namun akal tidak dapat dijadikan sebagai faktor penentu, juga tidak dapat dilepaskan untuk menegakkan kebenaran tanpa tuntunan unsur-unsur lain yang juga diberikan kepada manusia, seperti rasa, iman (keyakinan) dan syariah (wahyu). Hal ini karena akal itu sendiri bersifat nisbi, sehingga pengamatan dan keputusannya tidak mutlak (relatif), dan ruang lingkupnya juga terbatas. Oleh karena itu akal harus selalu dibimbing/dikendalikan oleh qalbu sedemikian rupa agar tidak terperosok ke dalam jurang kesesatan. Karena yang bisa menentukan “baik dan buruk” hanyalah qalbu (hati)
从古兰经的观点来看
根据古兰经,人类由两种元素组成,即物质和非物质元素。人的身体是物质的,起源于土壤的精华,而灵魂则来自冥界的物质物质。这种物质的精神有两种力量。首先,所谓的“aql”的思维力量集中在大脑中。第二,一种叫做心脏的味觉,集中在胸部。因此,思想(aql)和味觉(qalbu)都是不重要的,因为它是人类精神的物质。Aql在一个叫做思考的过程中以一种复杂的方式工作。与此同时,当某件事被决定时,qalbu(心脏)的工作时间短而直接。伊斯兰教承认理性是人类最重要的工具或手段。智力不仅是发展人类生活所需的科学的工具,也是绝技或宗教的先决条件之一。甚至有人认为理性是伊斯兰教第三定律的来源,仅次于古兰经和圣训。但是,如果没有对人类的品味、信仰和伊斯兰教法(启示)等其他元素的指导,理性既不能作为决定因素,也不能被释放来建立真理。这是因为理性本身是日立的,所以他的观察和决定不是绝对的(相对的),他的范围也是有限的。因此,理性必须永远被qalbu引导/控制,以免陷入邪恶的深渊。因为唯一能决定“好与坏”的是心灵。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 求助全文
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信