{"title":"Dakwah: Priyayi dan Santrinisasi","authors":"Sungaidi Sungaidi","doi":"10.15408/dakwah.v22i2.12064","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Aset budaya keraton mulai dari naskah kuno, benda-benda pusaka, karya-karya arsitektur sampai karya seni dijaga dan dirawat dengan baik. Banyak negara di sektor pariwisatanya berkembang pesat dengan mengangkat kekayaan tradisi, narasi atau cerita yang menarik tentang daerah itu. Aset budaya dan karya-karya adiluhung harus diapresiasi dan dilindungi, dijaga, dirawat, dan bahkan dikembangkan.1 Kekayaan budaya keraton Nusantara harus dilihat sebagai bekal dan modal untuk meraih kemajuan sebagai melangkah maju.Sebagai modal penyemangat persaingan global yang semakin varitif, sengit dan kompetitif. Dalam berbagai bidang ekonomi/ sosial, budaya, pendidikan, militer dan teknologi. Tulisan ini melacak penerapan nilai-nilai Islam, budaya dan demokrasi di keraton Kasultanan Yogyakarta pada saat kepemimpinan dipegang HB IX. Menjelang wafat, HB IX tidak meniru para pendahulunya dalam menentukan siapa yang menjadi penerus takhta Kasultanan2 dan proses demokratisasi dengan meleburkan tata kesultanan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Rahasia Yogyakarta bertahan itu karena proses sejarah dan sosiologi masyarakat yang berbeda dengan tiga bekas kesultanan lain (Surakarta, Deli, dan Bone).","PeriodicalId":170068,"journal":{"name":"Dakwah: Jurnal Kajian Dakwah dan Kemasyarakatan","volume":"75 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2019-10-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Dakwah: Jurnal Kajian Dakwah dan Kemasyarakatan","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.15408/dakwah.v22i2.12064","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Aset budaya keraton mulai dari naskah kuno, benda-benda pusaka, karya-karya arsitektur sampai karya seni dijaga dan dirawat dengan baik. Banyak negara di sektor pariwisatanya berkembang pesat dengan mengangkat kekayaan tradisi, narasi atau cerita yang menarik tentang daerah itu. Aset budaya dan karya-karya adiluhung harus diapresiasi dan dilindungi, dijaga, dirawat, dan bahkan dikembangkan.1 Kekayaan budaya keraton Nusantara harus dilihat sebagai bekal dan modal untuk meraih kemajuan sebagai melangkah maju.Sebagai modal penyemangat persaingan global yang semakin varitif, sengit dan kompetitif. Dalam berbagai bidang ekonomi/ sosial, budaya, pendidikan, militer dan teknologi. Tulisan ini melacak penerapan nilai-nilai Islam, budaya dan demokrasi di keraton Kasultanan Yogyakarta pada saat kepemimpinan dipegang HB IX. Menjelang wafat, HB IX tidak meniru para pendahulunya dalam menentukan siapa yang menjadi penerus takhta Kasultanan2 dan proses demokratisasi dengan meleburkan tata kesultanan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Rahasia Yogyakarta bertahan itu karena proses sejarah dan sosiologi masyarakat yang berbeda dengan tiga bekas kesultanan lain (Surakarta, Deli, dan Bone).