{"title":"Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Covid-19 Berbasis Web Menggunakan Metode Certainty Factor (STUDI KASUS :UPTD Puskesmas selajambe Kuningan jawa barat)","authors":"Muhammad Irfan Kusumawardhana","doi":"10.47233/jsit.v3i2.684","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Masalah didalam dunia medis atau kedokteran tak terkecuali di UPTD Puskesmas DPT Selajambe adalah adanya \n \nketidakseimbangan antara pasien dan dokter. Selain itu, sebagian besar dari masyarakat tidak terlatih secara medis sehingga apabila mengalami gejala penyakit yang diderita belum tentu dapat memahami cara-cara penanggulangannya. Sehingga sangat disayangkan apabila gejala-gejala yang sebenarnya dapat ditangani lebih awal menjadi penyakit yang lebih serius akibat kurangnya pengetahuan. Sistem pakar diagnosa Covid-19, dibuat agar orang awam mampu mendeteksi adanya penyakit aplikasi seperti halnya konsultasi ke dokter. Dengan demikian, orang awam dapat mendeteksi penyakit beserta solusi pengobatannya sejak dini sehingga bisa dilakukan penanganan segera, bahkan dapat dilakukan upaya pencegahan terhadap penyakit tertentu \nFaktor kepastian (certainty factor) diperkenalkan untuk mengakomadasi ketidakpastian pemikiran (inexact reasoning) seorang pakar. Teori ini berkembang bersamaan dengan pembuatan sistem pakar MYCIN. Team pengembang MYCIN mencatat bahwa dokter sering kali menganalisa informasi yang ada dengan ungkapan seperti misalnya: mungkin, kemungkinan besar, hampir pasti. Untuk mengakomodasi hal ini tim MYCIN menggunakan certainty factor (CF) guna menggambarkan tingkat keyakinan pakar terhadap permasalahan yang sedang dihadapi. \nPengujian sistem diagnose penyakit Covid-19 menggunakan metode certainty factor dibandingkan dengan data yang diperoleh dari pakar menunjukkan bagwa sistem memiliki unjuk kerja mencapai 95% dari 40 data peeriksaan (38 data sesuai dan 2 data tidak sesuai).","PeriodicalId":302680,"journal":{"name":"Jurnal Sains dan Teknologi (JSIT)","volume":"51 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-05-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Sains dan Teknologi (JSIT)","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.47233/jsit.v3i2.684","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Masalah didalam dunia medis atau kedokteran tak terkecuali di UPTD Puskesmas DPT Selajambe adalah adanya
ketidakseimbangan antara pasien dan dokter. Selain itu, sebagian besar dari masyarakat tidak terlatih secara medis sehingga apabila mengalami gejala penyakit yang diderita belum tentu dapat memahami cara-cara penanggulangannya. Sehingga sangat disayangkan apabila gejala-gejala yang sebenarnya dapat ditangani lebih awal menjadi penyakit yang lebih serius akibat kurangnya pengetahuan. Sistem pakar diagnosa Covid-19, dibuat agar orang awam mampu mendeteksi adanya penyakit aplikasi seperti halnya konsultasi ke dokter. Dengan demikian, orang awam dapat mendeteksi penyakit beserta solusi pengobatannya sejak dini sehingga bisa dilakukan penanganan segera, bahkan dapat dilakukan upaya pencegahan terhadap penyakit tertentu
Faktor kepastian (certainty factor) diperkenalkan untuk mengakomadasi ketidakpastian pemikiran (inexact reasoning) seorang pakar. Teori ini berkembang bersamaan dengan pembuatan sistem pakar MYCIN. Team pengembang MYCIN mencatat bahwa dokter sering kali menganalisa informasi yang ada dengan ungkapan seperti misalnya: mungkin, kemungkinan besar, hampir pasti. Untuk mengakomodasi hal ini tim MYCIN menggunakan certainty factor (CF) guna menggambarkan tingkat keyakinan pakar terhadap permasalahan yang sedang dihadapi.
Pengujian sistem diagnose penyakit Covid-19 menggunakan metode certainty factor dibandingkan dengan data yang diperoleh dari pakar menunjukkan bagwa sistem memiliki unjuk kerja mencapai 95% dari 40 data peeriksaan (38 data sesuai dan 2 data tidak sesuai).