{"title":"Tokoh-Tokoh Dalam Penjara Bahasa","authors":"Endin Saparudin, Ari Senjaya, Alfi Bahaviani","doi":"10.30656/jika.v2i1.4879","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Masalah: Dalam sebuah wawancara pada 2004, perempuan-penulis Linda Christanty mengaku telah menjadikan politik sebagai landasan awal-mula karier kepenulisannya. Selain itu, bagi Christanty, menulis (baik karya sastra maupun karya jurnalistik) bukan semata-mata untuk merayakan kesenangan, namun merupakan pilihan dan kesempatannya untuk bertindak. Hanya saja, dalam ketiga kumpulan cerpen Christanty yang telah terbit: Kuda Terbang Maria Pinto (2004), Rahasia Selma (2010), dan Seekor Anjing Mati di Bala Murghab (2012), tema politik ternyata tidak cukup dominan dan mengemuka secara eksplisit. Christanty seolah “hanya” menyodorkan tema politik sebagai sisipan adegan atau peristiwa, menyinggungnya sambil lalu, dan tampak lebih mengetengahkan kompleksitas hubungan antarmanusia (tokoh-tokoh di dalam cerpen-cerpennya itu). Bahkan, mayoritas tokoh utama dalam cerpen-cerpen Christanty tampak selalu berupaya mencapai suatu identitas yang berterima di dalam lingkungan masyarakatnya. \nTujuan: Makalah ini akan mencoba menggeledah hasrat tokoh-tokoh utama di dalam ketiga kumpulan cerpen tersebut dan menunjukkan bahwa mereka telah mengalami kekerasan-simbolik atau direpresi secara bahasa. \nMetodologi: Maka, dengan menggunakan pendekatan Psikoanalisis Lacanian, makalah ini akan mencoba menggeledah hasrat tokoh-tokoh utama di dalam ketiga kumpulan cerpen tersebut dan menunjukkan bahwa mereka telah mengalami kekerasan-simbolik atau direpresi secara bahasa. Efeknya, tokoh-tokoh utama dalam cerpen-cerpen Christanty selalu berada dalam tegangan antara yang-Simbolik (the Symbolic) dan yang-Real (the Real). \nTemuan/Hasil Penelitian: Dengan demikian, ini menunjukkan bahwa tokoh-tokoh utama tersebut selamanya berada dalam penjara bahasa yang membentuk rantai penandaan yang-Imajiner (the Imajinary). Tokoh-tokoh itu telah dikutuk untuk selamanya menghasrati penanda-penanda bahasa yang selalu tergelincir sebagaimana telah dijangkarkan oleh Hukum-Sang-Ayah (Nom du Pere) melalui tatanan sosial-kultural yang melingkupinya. \nJenis Penelitian: studi literatur \nKata kunci: cerita pendek, Linda Christanty, Psikoanalisis Lacanian, penjara bahasa \n ","PeriodicalId":373781,"journal":{"name":"Jurnal Inovasi dan Kreativitas (JIKa)","volume":"12 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-02-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Inovasi dan Kreativitas (JIKa)","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.30656/jika.v2i1.4879","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Masalah: Dalam sebuah wawancara pada 2004, perempuan-penulis Linda Christanty mengaku telah menjadikan politik sebagai landasan awal-mula karier kepenulisannya. Selain itu, bagi Christanty, menulis (baik karya sastra maupun karya jurnalistik) bukan semata-mata untuk merayakan kesenangan, namun merupakan pilihan dan kesempatannya untuk bertindak. Hanya saja, dalam ketiga kumpulan cerpen Christanty yang telah terbit: Kuda Terbang Maria Pinto (2004), Rahasia Selma (2010), dan Seekor Anjing Mati di Bala Murghab (2012), tema politik ternyata tidak cukup dominan dan mengemuka secara eksplisit. Christanty seolah “hanya” menyodorkan tema politik sebagai sisipan adegan atau peristiwa, menyinggungnya sambil lalu, dan tampak lebih mengetengahkan kompleksitas hubungan antarmanusia (tokoh-tokoh di dalam cerpen-cerpennya itu). Bahkan, mayoritas tokoh utama dalam cerpen-cerpen Christanty tampak selalu berupaya mencapai suatu identitas yang berterima di dalam lingkungan masyarakatnya.
Tujuan: Makalah ini akan mencoba menggeledah hasrat tokoh-tokoh utama di dalam ketiga kumpulan cerpen tersebut dan menunjukkan bahwa mereka telah mengalami kekerasan-simbolik atau direpresi secara bahasa.
Metodologi: Maka, dengan menggunakan pendekatan Psikoanalisis Lacanian, makalah ini akan mencoba menggeledah hasrat tokoh-tokoh utama di dalam ketiga kumpulan cerpen tersebut dan menunjukkan bahwa mereka telah mengalami kekerasan-simbolik atau direpresi secara bahasa. Efeknya, tokoh-tokoh utama dalam cerpen-cerpen Christanty selalu berada dalam tegangan antara yang-Simbolik (the Symbolic) dan yang-Real (the Real).
Temuan/Hasil Penelitian: Dengan demikian, ini menunjukkan bahwa tokoh-tokoh utama tersebut selamanya berada dalam penjara bahasa yang membentuk rantai penandaan yang-Imajiner (the Imajinary). Tokoh-tokoh itu telah dikutuk untuk selamanya menghasrati penanda-penanda bahasa yang selalu tergelincir sebagaimana telah dijangkarkan oleh Hukum-Sang-Ayah (Nom du Pere) melalui tatanan sosial-kultural yang melingkupinya.
Jenis Penelitian: studi literatur
Kata kunci: cerita pendek, Linda Christanty, Psikoanalisis Lacanian, penjara bahasa
问题:在2004年的一次采访中,女作家琳达·克里斯汀(Linda Christanty)承认,她把政治作为自己写作职业生涯的起点。此外,对克里斯汀来说,写作(无论是文学作品还是新闻作品)不仅仅是为了庆祝快乐,而是一种选择和行动的机会。然而,在出版的基督新教短篇小说《马琳达·平托》(2004)、塞尔玛秘密(2010)和一只死在Bala Murghab(2012)的政治主题被证明不够主导,无法明确地公开。克丽丝坦蒂仿佛“只是”把政治主题当作场景或事件的插入,只是简单地提到它们,似乎更能衬托出人际关系的复杂性(其中的人物)。事实上,基督新教的大多数主要人物似乎总是试图在他们的社区中获得一个可以接受的身份。目的:本文将试图在这三本短篇小说中搜索主要人物的欲望,并表明他们经历了象征性的暴力或语言表达。方法论:然后,利用拉卡尼亚人的精神分析方法,这篇论文将试图在这三部短篇小说中搜索主要人物的欲望,表明他们经历了象征性的暴力或语言表达。效果是,基督经书的主要人物总是处于象征意义的符号和真实的张力之间。发现/研究结果:这表明主要人物永远被关在一所语言监狱里,形成一串虚构的标记链。这些人物被诅咒永远希望那些被父亲的法律(Nom du Pere)所围绕的社会文化秩序所掩盖的语言标记脱落。类型研究:文学研究关键字:短篇小说,琳达·克里斯汀,拉坎精神分析,语言监狱