{"title":"Peran Roh Kudus yang Kurang Dikenali: Studi Kasus Dua Narasi dalam Kisah Para Rasul 8","authors":"R. Chandra","doi":"10.46929/graciadeo.v4i1.103","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":" Many studies on the Book of Acts chapter 8 focus on two kinds of baptism, or the Samaritans as the receivers of the Gospel. Further, some works even point out that the text is a part of oral tradition concerning the role of the Apostle Philips. This study explores the message of Acts 8 mainly through the relation between the two narratives in it, and with the whole message of the Book of Acts mainly chapter 1, 2, and 10. By using narrative analysis, the result shows that Act 8 actually teaches that, the role of the Holy Spirit to reconcile and unite the believers who have different identities although they have been mentally separated for centuries. The fact that, 300 years later, the residu of the conflict have resurrected and many Samaritans were killed shows that there is an unfinished task in Christianity, that is to be more sensitive to the Holy Spirit’s role and intention to make them experiencing conflict resolution and new social relation.AbstrakBerbagai penafsir umumnya meneliti Kisah Rasul 8 dengan menyoroti adanya dua jenis baptisan, atau kekhasan orang Samaria sebagai penerima Injil dan orang yang dibaptis, bahkan, ada yang menunjukkan teks ini sebagai bagian tradisi lisan mengenai peran Filipus. Tulisan ini menelusuri pesan Kisah Rasul 8 dengan mengkaji hubungan antara dua narasi di dalamnya, juga hubungannya dengan bagian lain dari Kisah Rasul khususnya, pasal 1, 2, dan 10. Hasilnya menunjukkan bahwa, bila dilihat dari kaitan dengan keseluruhan pesan Kisah Rasul, maka inti Kisah Rasul 8 sebenarnya mengajarkan peran Roh Kudus untuk menolong orang-orang percaya yang berbeda identitas dalam menjalani penyatuan dan rekonsiliasi walau secara mental mereka sudah terpisah selama beberapa generasi. Bahwa, 300 tahun kemudian residu konflik tersebut muncul kembali dalam kekristenan sehingga antara lain membuat orang Samaria ditumpas menunjukkan adanya pekerjaan rumah yang belum selesai di dalam hidup Kekristenan yaitu, perlunya peningkatan pemahaman dan kepekaan akan peran Roh Kudus sebagai pendamai dan pembentuk relasi sosial yang baru dalam situasi pemisahan dan konflik antar orang-orang percaya. ","PeriodicalId":113383,"journal":{"name":"JURNAL TEOLOGI GRACIA DEO","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-01-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"JURNAL TEOLOGI GRACIA DEO","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.46929/graciadeo.v4i1.103","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Many studies on the Book of Acts chapter 8 focus on two kinds of baptism, or the Samaritans as the receivers of the Gospel. Further, some works even point out that the text is a part of oral tradition concerning the role of the Apostle Philips. This study explores the message of Acts 8 mainly through the relation between the two narratives in it, and with the whole message of the Book of Acts mainly chapter 1, 2, and 10. By using narrative analysis, the result shows that Act 8 actually teaches that, the role of the Holy Spirit to reconcile and unite the believers who have different identities although they have been mentally separated for centuries. The fact that, 300 years later, the residu of the conflict have resurrected and many Samaritans were killed shows that there is an unfinished task in Christianity, that is to be more sensitive to the Holy Spirit’s role and intention to make them experiencing conflict resolution and new social relation.AbstrakBerbagai penafsir umumnya meneliti Kisah Rasul 8 dengan menyoroti adanya dua jenis baptisan, atau kekhasan orang Samaria sebagai penerima Injil dan orang yang dibaptis, bahkan, ada yang menunjukkan teks ini sebagai bagian tradisi lisan mengenai peran Filipus. Tulisan ini menelusuri pesan Kisah Rasul 8 dengan mengkaji hubungan antara dua narasi di dalamnya, juga hubungannya dengan bagian lain dari Kisah Rasul khususnya, pasal 1, 2, dan 10. Hasilnya menunjukkan bahwa, bila dilihat dari kaitan dengan keseluruhan pesan Kisah Rasul, maka inti Kisah Rasul 8 sebenarnya mengajarkan peran Roh Kudus untuk menolong orang-orang percaya yang berbeda identitas dalam menjalani penyatuan dan rekonsiliasi walau secara mental mereka sudah terpisah selama beberapa generasi. Bahwa, 300 tahun kemudian residu konflik tersebut muncul kembali dalam kekristenan sehingga antara lain membuat orang Samaria ditumpas menunjukkan adanya pekerjaan rumah yang belum selesai di dalam hidup Kekristenan yaitu, perlunya peningkatan pemahaman dan kepekaan akan peran Roh Kudus sebagai pendamai dan pembentuk relasi sosial yang baru dalam situasi pemisahan dan konflik antar orang-orang percaya.
许多关于使徒行传第8章的研究集中在两种洗礼,或者撒玛利亚人作为福音的接受者。此外,一些作品甚至指出,文本是口头传统的一部分,关于使徒飞利浦的作用。本研究主要通过使徒行传第8章中两个叙述的关系,以及使徒行传第1、2和10章的整体信息来探讨使徒行传的信息。通过叙事分析,结果表明使徒行传第八章实际上是在教导,圣灵的作用是调和和团结具有不同身份的信徒,尽管他们在精神上已经分离了几个世纪。300年后,冲突的残余又复活了,许多撒玛利亚人被杀,这表明基督教还有一项未完成的任务,那就是对圣灵的作用和意图更加敏感,让他们经历冲突的解决和新的社会关系。[摘要]柏柏吉penafsir umumnya menmeniti Kisah Rasul 8 dengan menyoroti adanya dua jenis baptisan, atau kekhasan orangan Samaria sebagai penerima Injil dan orang yang dibaptis, bahkan, ada yang menunjukkan teks ini sebagai bagian tradisi lisan mengenai peran Filipus。tusisan ini menelusuri pesan Kisah Rasul 8 dengan mengkaji hubungan antara dua narasi di dalamnya, juga hubungannya dengan bagian lain dari Kisah Rasul khususnya, pasal 1,2, dan 10。这句话的意思是:“我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿。”Bahwa, 300 tahun kemudian residu konflik teresbut muncul kembali dalam kekristan sehinga antarang成员orang Samaria ditumpas menunjukkan adanya pekerjaan rumah yang belum selesai di dalam hidup kekristan akan peran, perlunya peningkatan pemahaman dan kepekaan akan peran, Kudus sebagai pendamai dan pembentuk relasi社会yang baru dalam sitasi pesmahan dan konflik antar orangang peraya。