I. W. E. Sanjana, Ni Putu Kamaryati, I. G. E. Sagitha
{"title":"Deteksi Dini Penyakit Kronis pada Lansia Melalui Pemeriksaan Kesehatan Sederhana","authors":"I. W. E. Sanjana, Ni Putu Kamaryati, I. G. E. Sagitha","doi":"10.36049/genitri.v1i2.73","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Lansia didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki usia lebih dari 60 tahun. Adanya peningkatan dalam usia angka harapan hidup mengindikasikan adanya peningkatan jumlah lansia. Seseorang yang telah berada pada usia lansia dari survey memiliki lebih dari satu jenis penyakit kronis. Dua penyakit kronis yang ditemukan sering pada lansia yaitu diabetes melitus dan hipertensi. Lansia yang mengalami permasalahan penyakit kronis dan diperkirakan akan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dua penyakit teratas tersebut disebutkan angka kematian dan angka kesakitan yang tergolong tinggi di dunia, serta juga dikatakan sebagai penyakit dengan peringkat teratas di Indonesia. Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat memiliki tujuan untuk mendeteksi penyakit kronis pada lansia yaitu diabetes melitus dan hipertensi melalui pemeriksaan Berat Badan, tinggi badan, indeks masa tubuh, tekanan darah dan gula darah sewaktu. Metode dalam pengabdian masyarakat ini dilakukan melalui pemeriksaan kesehatan terbagi menjadi tiga proses kegiatan yaitu persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. Hasil analisis menunjukkan responden yang menjadi sasaran kegiatan pengabdian kepada masyarakat memiliki usia yang tergolong lanjut usia. Responden memiliki IMT pada katagori berat badan berlebih. Responden kegiatan mayoritas memiliki tekanan darah lebih dari 140 mmHg dan memiliki kadar gula darah sewaktu kurang dari 200 mg/dL dari pemeriksaan glukometer. Responden pada kegiatan ini belum dapat didiagnosis memiliki hipertensi ataupun diabetes melitus sehingga diperlukan pemeriksaan lanjutan yang lebih akurat.","PeriodicalId":143125,"journal":{"name":"Genitri Jurnal Pengabdian Masyarakat Bidang Kesehatan","volume":"84 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-12-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Genitri Jurnal Pengabdian Masyarakat Bidang Kesehatan","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.36049/genitri.v1i2.73","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Lansia didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki usia lebih dari 60 tahun. Adanya peningkatan dalam usia angka harapan hidup mengindikasikan adanya peningkatan jumlah lansia. Seseorang yang telah berada pada usia lansia dari survey memiliki lebih dari satu jenis penyakit kronis. Dua penyakit kronis yang ditemukan sering pada lansia yaitu diabetes melitus dan hipertensi. Lansia yang mengalami permasalahan penyakit kronis dan diperkirakan akan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dua penyakit teratas tersebut disebutkan angka kematian dan angka kesakitan yang tergolong tinggi di dunia, serta juga dikatakan sebagai penyakit dengan peringkat teratas di Indonesia. Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat memiliki tujuan untuk mendeteksi penyakit kronis pada lansia yaitu diabetes melitus dan hipertensi melalui pemeriksaan Berat Badan, tinggi badan, indeks masa tubuh, tekanan darah dan gula darah sewaktu. Metode dalam pengabdian masyarakat ini dilakukan melalui pemeriksaan kesehatan terbagi menjadi tiga proses kegiatan yaitu persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. Hasil analisis menunjukkan responden yang menjadi sasaran kegiatan pengabdian kepada masyarakat memiliki usia yang tergolong lanjut usia. Responden memiliki IMT pada katagori berat badan berlebih. Responden kegiatan mayoritas memiliki tekanan darah lebih dari 140 mmHg dan memiliki kadar gula darah sewaktu kurang dari 200 mg/dL dari pemeriksaan glukometer. Responden pada kegiatan ini belum dapat didiagnosis memiliki hipertensi ataupun diabetes melitus sehingga diperlukan pemeriksaan lanjutan yang lebih akurat.