{"title":"Fenomena K-Pop di Arab Saudi","authors":"Ani Mariani","doi":"10.35748/jurnalicmes.v5i1.98","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Arab Saudi sering dipandang sebagai negara yang sangat konservatif karena kuatnya pengaruh ideologi Wahabisme dalam pemerintahan, sebuah ideologi yang cenderung dipersepsikan sebagai paham yang anti modernitas. Peran ulama juga selama ini dinilai sangat kuat dalam menentukan kebijakan negara. Akan tetapi, sejak tahun 2016, terjadi perubahan sosial yang besar berupa kebebasan dan kelonggaran yang diberikan negara di berbagai sektor, terutama di sektor sosial, di antaranya: perempuan diperbolehkan memasuki stadion olahraga, menyetir, bepergian tanpa wali. Perubahan ini termasuk pula memberi kelonggaran hiburan seperti konser musik, termasuk yang cukup mengejutkan adalah masuknya fenomena K-Pop di Saudi. Kebijakan ini menciptakan perdebatan di antara berbagai kelompok, terutama di kalangan para ulama Wahhabi. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis dampak yang muncul dari proses reformasi sosial di Arab Saudi terhadap otoritas keagamaan di negara tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan melakukan studi literatur. Teori yang digunakan untuk menganalisis adalah teori otoritas keagamaan dan kaitannya dengan komunikasi digital yang dikemukakan oleh Cheong (2011). Hasil penelitian menunjukkan bahwa reformasi sosial di Arab Saudi memengaruhi dinamika otoritas keagamaan dan terjadi pergeseran otoritas dari otoritas tradisional, seperti ulama, menjadi otoritas sipil.","PeriodicalId":383581,"journal":{"name":"Jurnal ICMES","volume":"46 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal ICMES","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.35748/jurnalicmes.v5i1.98","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Arab Saudi sering dipandang sebagai negara yang sangat konservatif karena kuatnya pengaruh ideologi Wahabisme dalam pemerintahan, sebuah ideologi yang cenderung dipersepsikan sebagai paham yang anti modernitas. Peran ulama juga selama ini dinilai sangat kuat dalam menentukan kebijakan negara. Akan tetapi, sejak tahun 2016, terjadi perubahan sosial yang besar berupa kebebasan dan kelonggaran yang diberikan negara di berbagai sektor, terutama di sektor sosial, di antaranya: perempuan diperbolehkan memasuki stadion olahraga, menyetir, bepergian tanpa wali. Perubahan ini termasuk pula memberi kelonggaran hiburan seperti konser musik, termasuk yang cukup mengejutkan adalah masuknya fenomena K-Pop di Saudi. Kebijakan ini menciptakan perdebatan di antara berbagai kelompok, terutama di kalangan para ulama Wahhabi. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis dampak yang muncul dari proses reformasi sosial di Arab Saudi terhadap otoritas keagamaan di negara tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan melakukan studi literatur. Teori yang digunakan untuk menganalisis adalah teori otoritas keagamaan dan kaitannya dengan komunikasi digital yang dikemukakan oleh Cheong (2011). Hasil penelitian menunjukkan bahwa reformasi sosial di Arab Saudi memengaruhi dinamika otoritas keagamaan dan terjadi pergeseran otoritas dari otoritas tradisional, seperti ulama, menjadi otoritas sipil.