PENGARUH PENGGUNAAN LARUTAN FORMALIN 10% DAN LARUTAN FORMALIN 10% + FENOL 2.5% SEBAGAI BAHAN PENGAWETAN ( EMBALMING) PADA DERAJAT PERUBAHAN POST MORTEM SECARA GROSS PADA KELINCI PUTIH RAS NEW ZEALAND (Orictolagus cuniculus) JANTAN
{"title":"PENGARUH PENGGUNAAN LARUTAN FORMALIN 10% DAN LARUTAN FORMALIN 10% + FENOL 2.5% SEBAGAI BAHAN PENGAWETAN ( EMBALMING) PADA DERAJAT PERUBAHAN POST MORTEM SECARA GROSS PADA KELINCI PUTIH RAS NEW ZEALAND (Orictolagus cuniculus) JANTAN","authors":"Nabil Nabil","doi":"10.30649/sbj.v1i3.34","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Dalam proses pembelajaran anatomi, dibutuhkan cadaver dengan perawatan cadaver berupa pengawetan yang baik dengan harapan mampu menjaga struktur dari organ – organ tersebut, mengurangi resiko pembusukan akibat jamur dan bakteri, mengurangi resiko toksisitas pada orang yang terpapar pada cadaver tersebut. Formalin 10% dan fenol 2,5% merupakan larutan yang dapat digunakan untuk pengawetan cadaver. Menggunakan sample sebanyak 18 ekor kelinci (oryctalagus cuniculus) ras New Zealand yang kemudian dibagi dengan metode randominasi menjadi 3 kelompok yaitukelompok hewan coba mati yang di masukaan dalam kotak khusus berisi aquadest sebanyak 10 liter, kelompok hewan coba mati yang di masukaan dalam kotak khusus berisi formalin 10%.sebanyak 10 liter dan kelompok hewan coba mati yang di masukaan dalam kotak khusus berisi campuran larutan formalin 10% sebanyak 9 liter dan fenol 2,5 % sebanyak 1 liter.Pada ketiga kelompok kelinci tersebut akan dilakukan pengamatan derajat perubahan postmortem menggunakan Skor Dekomposisi setiap 24 jam selama 3 hari. Hasil dari Uji Kruskas Wallis ada derajat perubahan postmortem secara gross menunjukkan signifikansi 0,00 (p<0,05) menunjukkan terdapat perbedaan pengaruh larutan aquadest, larutan formalin 10% dan campuran larutan formalin 10%+larutan fenol 2,5 % sebagai bahan embalming pada derajat perubahan post mortem secara gross kelinci putih (orictalagus cuniculs) selama 72 jam. Penelitian ini menunjukkan bahwa formalin 10% dan formalin 10% dengan fenol 2,5% dapat digunakan dapat digunakan sebagai cairan untuk mengawetkan namun tidak terdapat perbedaan pengaruh terhadap perubahan postmortem secara gross.","PeriodicalId":103705,"journal":{"name":"Surabaya Biomedical Journal","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Surabaya Biomedical Journal","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.30649/sbj.v1i3.34","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Dalam proses pembelajaran anatomi, dibutuhkan cadaver dengan perawatan cadaver berupa pengawetan yang baik dengan harapan mampu menjaga struktur dari organ – organ tersebut, mengurangi resiko pembusukan akibat jamur dan bakteri, mengurangi resiko toksisitas pada orang yang terpapar pada cadaver tersebut. Formalin 10% dan fenol 2,5% merupakan larutan yang dapat digunakan untuk pengawetan cadaver. Menggunakan sample sebanyak 18 ekor kelinci (oryctalagus cuniculus) ras New Zealand yang kemudian dibagi dengan metode randominasi menjadi 3 kelompok yaitukelompok hewan coba mati yang di masukaan dalam kotak khusus berisi aquadest sebanyak 10 liter, kelompok hewan coba mati yang di masukaan dalam kotak khusus berisi formalin 10%.sebanyak 10 liter dan kelompok hewan coba mati yang di masukaan dalam kotak khusus berisi campuran larutan formalin 10% sebanyak 9 liter dan fenol 2,5 % sebanyak 1 liter.Pada ketiga kelompok kelinci tersebut akan dilakukan pengamatan derajat perubahan postmortem menggunakan Skor Dekomposisi setiap 24 jam selama 3 hari. Hasil dari Uji Kruskas Wallis ada derajat perubahan postmortem secara gross menunjukkan signifikansi 0,00 (p<0,05) menunjukkan terdapat perbedaan pengaruh larutan aquadest, larutan formalin 10% dan campuran larutan formalin 10%+larutan fenol 2,5 % sebagai bahan embalming pada derajat perubahan post mortem secara gross kelinci putih (orictalagus cuniculs) selama 72 jam. Penelitian ini menunjukkan bahwa formalin 10% dan formalin 10% dengan fenol 2,5% dapat digunakan dapat digunakan sebagai cairan untuk mengawetkan namun tidak terdapat perbedaan pengaruh terhadap perubahan postmortem secara gross.