{"title":"Perancangan Desain Mural Sebagai Media Utama Kampanye Sosial “Jogja Melawan Vandalisme”","authors":"Nuria Indah Kurnia Dewi","doi":"10.33479/cd.v3i01.406","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Perilaku Vandalisme telah mengancam identitas dan representasi Kota Yogyakrta sebagai kota budaya. Vandalisme merupakan cikal bakal masalah kejahatan yang lebih serius. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan sinergisitas dari pemerintah, dan masyarakat Yogyakarta. Salah satu alternatif pemecahan masalah yang dapat ditawarkan oleh Desain Komunikasi Visual adalah dengan merancang sebuah kampanye sosial. Kampanye sosial yang dilakukan harus memenuhi tiga kriteria yaitu berpotensi berkembang menjadi gerakan yang masif, memiliki ciri khas Jogja, familiar dan dapat dilakukan oleh berbagai lapisan masyarakat terutama anak muda Yogyakarta. Berdasarkan uraian tesebut maka, kampanye sosial “Jogja Melawan Vandalisme” dapat menjadi alternatif media perlawanan vandalisme bagi masyarakat Yogyakarta. \nTarget sasaran primer dalam kampanye ini adalah remaja sekolah menengah yang menjadi pelaku aktif vandalisme atau memiliki kecenderungan menjadi pelaku. Target sasaran sekunder adalah seluruh masyarakat Yogyakarta. Kampanye ini akan dirancang dengan metode desain modern yang dituangkan dalam triadik DKV, meliputi empat tahapan yaitu identifikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Teori utama yang digunakan adalah teori kriminologi broken window, teori psikologi vandalisme, dan teori tentang street art. Landasan yuridis yang melegalisasi perancangan ini adalah Peraturan Daerah No. 18 tahun 2002, tentang Pengelolaan Kebersihan, walikota Yogyakarta menginstruksikan Dinas Ketertiban untuk melakukan penanganan aksi vandalisme, dalam Pasal 16 huruf c. Teori pendukung yang digunakan adalah teori komunikasi masaa, teori periklanan dan kampanye sosial, teori periklanan SUPER”A”, teori perilaku konsumen AISAS, serta teori dasar Desain Komunikasi Visual. \nTema kampanye yang diusung adalah “Jogja Melavan”, difokuskan untuk menyampaikan empat pesan yaitu larangan vandalisme, sosialisasi sanksi hukum, ajakan bersih-bersih, serta himbauan untuk mengisi masa remaja dengan hal yang bermanfaat. Keempat pesan akan disampaikan melalui bauran media konvensional dan non konvensional yang terdiri dari media utama dan media pendukung. Gaya desain terbuka pada berbagai gaya dan mengedepankan gaya desain yang cerah, rapi, clean, khas anak muda, dengan meminjam ikon prajurit keraton Yogyakarta yang biasa disebut Bregada.","PeriodicalId":142161,"journal":{"name":"Citradirga - Jurnal Desain Komunikasi Visual dan Intermedia","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-03-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Citradirga - Jurnal Desain Komunikasi Visual dan Intermedia","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.33479/cd.v3i01.406","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Perilaku Vandalisme telah mengancam identitas dan representasi Kota Yogyakrta sebagai kota budaya. Vandalisme merupakan cikal bakal masalah kejahatan yang lebih serius. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan sinergisitas dari pemerintah, dan masyarakat Yogyakarta. Salah satu alternatif pemecahan masalah yang dapat ditawarkan oleh Desain Komunikasi Visual adalah dengan merancang sebuah kampanye sosial. Kampanye sosial yang dilakukan harus memenuhi tiga kriteria yaitu berpotensi berkembang menjadi gerakan yang masif, memiliki ciri khas Jogja, familiar dan dapat dilakukan oleh berbagai lapisan masyarakat terutama anak muda Yogyakarta. Berdasarkan uraian tesebut maka, kampanye sosial “Jogja Melawan Vandalisme” dapat menjadi alternatif media perlawanan vandalisme bagi masyarakat Yogyakarta.
Target sasaran primer dalam kampanye ini adalah remaja sekolah menengah yang menjadi pelaku aktif vandalisme atau memiliki kecenderungan menjadi pelaku. Target sasaran sekunder adalah seluruh masyarakat Yogyakarta. Kampanye ini akan dirancang dengan metode desain modern yang dituangkan dalam triadik DKV, meliputi empat tahapan yaitu identifikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Teori utama yang digunakan adalah teori kriminologi broken window, teori psikologi vandalisme, dan teori tentang street art. Landasan yuridis yang melegalisasi perancangan ini adalah Peraturan Daerah No. 18 tahun 2002, tentang Pengelolaan Kebersihan, walikota Yogyakarta menginstruksikan Dinas Ketertiban untuk melakukan penanganan aksi vandalisme, dalam Pasal 16 huruf c. Teori pendukung yang digunakan adalah teori komunikasi masaa, teori periklanan dan kampanye sosial, teori periklanan SUPER”A”, teori perilaku konsumen AISAS, serta teori dasar Desain Komunikasi Visual.
Tema kampanye yang diusung adalah “Jogja Melavan”, difokuskan untuk menyampaikan empat pesan yaitu larangan vandalisme, sosialisasi sanksi hukum, ajakan bersih-bersih, serta himbauan untuk mengisi masa remaja dengan hal yang bermanfaat. Keempat pesan akan disampaikan melalui bauran media konvensional dan non konvensional yang terdiri dari media utama dan media pendukung. Gaya desain terbuka pada berbagai gaya dan mengedepankan gaya desain yang cerah, rapi, clean, khas anak muda, dengan meminjam ikon prajurit keraton Yogyakarta yang biasa disebut Bregada.