{"title":"INTENSI SWAMEDIKASI DI KALANGAN MASYARAKAT KECAMATAN UMBULHARJO YOGYAKARTA PADA MASA PANDEMI COVID-19: TINJAUAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR","authors":"Vlorent Anggi De Karos, Aris Widayati","doi":"10.37089/jofar.vi0.155","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Swamedikasi merupakan upaya pertama dan terbanyak dilakukan masyarakat untuk mengatasi keluhan kesehatannya. Selama pandemi COVID-19 sebanyak 70% pasien dengan penyakit kronis mangkir dari kontrol rutin dan 12% melewatkan proses pengobatannya sehingga meningkatkan angka kematian sebanyak 1,3%. Beberapa dampak yang terjadi akibat dampak pandemi COVID-19 terhadap perubahan perilaku health seeking ini menjadi dasar dilakukannya penelitian ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang berkontribusi terhadap intensi swamedikasi di kalangan masyakarat di masa pandemi COVID 19. Faktor intensi ditinjau menggunakan kerangka teori Theory of Planned Behavior (TPB). \nJenis penelitian ini adalah studi observasional analitik dengan desain cross sectional. Sampel dipilih dengan teknik Cluster Sampling dengan jumlah sampel sebanyak 144 responden. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan regresi linear berganda. \nDari hasil penelitian ini variabel attitude (p value ≤ 0,05) dan perceived behavioral control (p value ≤ 0,05) menunjukkan adanya kontribusi parsial terhadap intensi swamedikasi. Sedangkan subjective norm (p value ≥ 0,05) secara parsial tidak berpengaruh terhadap intensi swamedikasi. Konstruk perceived behavioral control merupakan faktor yang paling berkontribusi dalam intensi swamedikasi (β= 0,017). Hasil uji F menunjukkan bahwa attitude, subjective norm, dan perceived behavioral control secara simultan berkontribusi sebesar 26,4% terhadap intensi swamedikasi (p value ≤ 0,05, F hitung > F tabel, R Square = 0,264). Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta dalam menyusun program promosi kesehatan terkait swamedikasi yang baik kepada masyarakat.","PeriodicalId":318685,"journal":{"name":"Jurnal Kefarmasian Akfarindo","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-09-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Kefarmasian Akfarindo","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.37089/jofar.vi0.155","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Swamedikasi merupakan upaya pertama dan terbanyak dilakukan masyarakat untuk mengatasi keluhan kesehatannya. Selama pandemi COVID-19 sebanyak 70% pasien dengan penyakit kronis mangkir dari kontrol rutin dan 12% melewatkan proses pengobatannya sehingga meningkatkan angka kematian sebanyak 1,3%. Beberapa dampak yang terjadi akibat dampak pandemi COVID-19 terhadap perubahan perilaku health seeking ini menjadi dasar dilakukannya penelitian ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang berkontribusi terhadap intensi swamedikasi di kalangan masyakarat di masa pandemi COVID 19. Faktor intensi ditinjau menggunakan kerangka teori Theory of Planned Behavior (TPB).
Jenis penelitian ini adalah studi observasional analitik dengan desain cross sectional. Sampel dipilih dengan teknik Cluster Sampling dengan jumlah sampel sebanyak 144 responden. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan regresi linear berganda.
Dari hasil penelitian ini variabel attitude (p value ≤ 0,05) dan perceived behavioral control (p value ≤ 0,05) menunjukkan adanya kontribusi parsial terhadap intensi swamedikasi. Sedangkan subjective norm (p value ≥ 0,05) secara parsial tidak berpengaruh terhadap intensi swamedikasi. Konstruk perceived behavioral control merupakan faktor yang paling berkontribusi dalam intensi swamedikasi (β= 0,017). Hasil uji F menunjukkan bahwa attitude, subjective norm, dan perceived behavioral control secara simultan berkontribusi sebesar 26,4% terhadap intensi swamedikasi (p value ≤ 0,05, F hitung > F tabel, R Square = 0,264). Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta dalam menyusun program promosi kesehatan terkait swamedikasi yang baik kepada masyarakat.