{"title":"ISLAM DAN PEMBAURAN SOSIAL: REKONSTRUKSI FENOMENA MULTIKULTURALISME","authors":"Aqil Irham","doi":"10.30983/islam_realitas.v1i2.45","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Islam, as religion which has a universal concept, views that assimilation is inhern (traits) which stands in every individu, thus, in the next stage also dwells in every human group as the group of individuals themselves. The relationship between Islam and assimilation is absolute; it can be seen in al Hujurat: 13 which mean that the necessity for human to socialize or assimilate. In addition, the meaning of the verse is the design of God about pluralism in the present context and review by using the term of multiculturalism. Assimilation requires the interrelatedness of understanding and mutual respect of differences as a thing that must be upheld, because only with mutual respect the assimilation will be carried out responsibly and dignityly. In contrary, without promoting respect for differences in attitude, the assimilation could certainly have a lot of problems; even tends to face competition wrapped by hyphocretism. \n \nebagai agama yang memiliki konsep universal, Islam berpandangan bahwa pembauran merupakan sesuatu yang inhern (sifat bawaan) yang ada pada setiap individu manusia, sehingga pada tahapan selanjutnya juga bersemayan pada setiap kelompok manusia yang merupakan kumpulan dari individu-individu itu sendiri. Hubungan antara Islam dan pembauran merupakan sesuatu yang mutlak, hal ini bisa dilihat dalam surat al Hujurat :13 yang bermakna keharusan bagi manusia untuk bersosialisasi atau melakukan pembauran. Selain itu, makna dari ayat tersebut adalah adanya design Allah tenang pluralisme yang dalam konteks kekinian di kaji dengan menggunakan term multikulturalisme. Pembauran menuntut adanya kesaling pemahaman dan saling menghargai adanya perbedaan sebagai suatu yang harus dijunjung tinggi, sebab hanya dengan adanya sikap saling menghargai tersebut, pembauran akan dapat dilaksanakan secara bertanggung jawab dan bermartabat. Sebaliknya, tanpa mengedepankan sikap penghargaan terhadap perbedaan, maka pembauran bisa dipastikan akan banyak mengalami kendala bahkan cenderung terjadi kompetisi yang dibaluti hipokretisme. ","PeriodicalId":342561,"journal":{"name":"Islam Realitas: Journal of Islamic and Social Studies","volume":"39 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2017-02-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Islam Realitas: Journal of Islamic and Social Studies","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.30983/islam_realitas.v1i2.45","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Islam, as religion which has a universal concept, views that assimilation is inhern (traits) which stands in every individu, thus, in the next stage also dwells in every human group as the group of individuals themselves. The relationship between Islam and assimilation is absolute; it can be seen in al Hujurat: 13 which mean that the necessity for human to socialize or assimilate. In addition, the meaning of the verse is the design of God about pluralism in the present context and review by using the term of multiculturalism. Assimilation requires the interrelatedness of understanding and mutual respect of differences as a thing that must be upheld, because only with mutual respect the assimilation will be carried out responsibly and dignityly. In contrary, without promoting respect for differences in attitude, the assimilation could certainly have a lot of problems; even tends to face competition wrapped by hyphocretism.
ebagai agama yang memiliki konsep universal, Islam berpandangan bahwa pembauran merupakan sesuatu yang inhern (sifat bawaan) yang ada pada setiap individu manusia, sehingga pada tahapan selanjutnya juga bersemayan pada setiap kelompok manusia yang merupakan kumpulan dari individu-individu itu sendiri. Hubungan antara Islam dan pembauran merupakan sesuatu yang mutlak, hal ini bisa dilihat dalam surat al Hujurat :13 yang bermakna keharusan bagi manusia untuk bersosialisasi atau melakukan pembauran. Selain itu, makna dari ayat tersebut adalah adanya design Allah tenang pluralisme yang dalam konteks kekinian di kaji dengan menggunakan term multikulturalisme. Pembauran menuntut adanya kesaling pemahaman dan saling menghargai adanya perbedaan sebagai suatu yang harus dijunjung tinggi, sebab hanya dengan adanya sikap saling menghargai tersebut, pembauran akan dapat dilaksanakan secara bertanggung jawab dan bermartabat. Sebaliknya, tanpa mengedepankan sikap penghargaan terhadap perbedaan, maka pembauran bisa dipastikan akan banyak mengalami kendala bahkan cenderung terjadi kompetisi yang dibaluti hipokretisme.
伊斯兰教作为一种具有普遍概念的宗教,认为同化是存在于每一个个体身上的内在(特质),因此在下一阶段也作为个体本身存在于每一个人类群体中。伊斯兰教和同化之间的关系是绝对的;它可以在al Hujurat: 13中看到,这意味着人类社会化或同化的必要性。此外,这句诗的意义是上帝在当前语境中对多元主义的设计,并以多元文化主义的术语来审视。同化需要理解和相互尊重差异的相互联系,这是必须坚持的,因为只有相互尊重,同化才能负责任和有尊严地进行。相反,如果不促进对态度差异的尊重,同化肯定会产生很多问题;甚至往往面临被虚伪包裹的竞争。杨ebagai蜥蜴memiliki konsep普遍,伊斯兰教berpandangan bahwa pembauran merupakan sesuatu杨inhern (sifat bawaan)杨ada篇manusia setiap典型个体,sehingga篇tahapan selanjutnya轭bersemayan篇setiap kelompok manusia杨merupakan kumpulan达里语individu-individu itu sendiri。【翻译】Hubungan antara Islam dan pembauran merupakan sessuatu yang mutlak, hali bisa diilihat dalam surat al Hujurat:13 yang bermakna keharusan bagi manusia untuk bersosialisasi atau melakukan pembauran。“多元文化”是指“多元文化”这个词。Pembauran menuntut adanya kesaling pemahaman dansaling menghargai adanya perbedaan sebagai suatu yang harus dijunjung tinggi, sebab hanya dengan adanya sikap saling menghargai tersebut, Pembauran akan dapat dilaksanakan secara bertanggung jawab dan bermartabat。我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是。