HERMENEUTIKA HUKUM ISLAM KHALEED ABOU EL FADL: Sebuah Tawaran Dalam Membendung Otoritarianisme Fatwa MUI

M. Muzayyin
{"title":"HERMENEUTIKA HUKUM ISLAM KHALEED ABOU EL FADL: Sebuah Tawaran Dalam Membendung Otoritarianisme Fatwa MUI","authors":"M. Muzayyin","doi":"10.30984/PP.V20I1.749","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Abstrak.One of the great thinkers in the contemporary era is Khaleed Abou El Fadl, a prominent public intellectual on Islamic law. Through his works, Speaking in The God’s Name: Islamic Law, Authority, and Woman, Abou El Fadl offers a frame of new methodology in the study of Islamic law by using a hermeneutics approach. Abou El-Fadl’s hermeneutics can be called the negotiated hermeneutics because the core of  his hermeneutics analysis is to negotiate the role of the text (al-Qur’an, hadits, and fatwa), author (Mufti, special agent), and reader (Islamic society, common agent) in determining the meaning of authoritative text. These three parties should be a balancing and negotiating progress in which that one party ought not to dominate the determination of meaning. Abou El Fadl’s hermeneutics theory embraces the idea of autonomous and open texts. Therefore, the interpretation of the text does not always focus on efforts to locate the author’s desired intent. Hence, He further argues that integrity of text being damaged, not dynamic, and be unable to perform  its functions in responding the challenges and demand of the global era due to the authoritarianism, or interpretative despotism by way of locking the will of the divine behind the text, its interpretation, or fatwa based on certain ideology as performed by those Mufti who speak in God’s name. in short, From above description emphasis the significance of Abou El Fadl’s hermeneutics in contemporary Islamic law studies is to stem the authoritarianism that has become  a common phenomenon in the contemporary era. This paper  using the critical-analysis of method to examines or look at critically Mufti in making various judicial decision and legal opinion (fatwa) in case of Permanent Council for Specific Research And Legal Opinion (CRLO)in Egypt and Indonesian Council of Ulama (MUI) in Indonesia that assessedreapmuchcontroversy and even rejections from part of Muslim community.Keywords:Islamic law, hermeneutics, authoritarianism, legal opinion, MUI Abstrak .Salah satu pemikir besar di era kontemporer adalah Khaleed Abou El Fadl , seorang intelektual publik terkemuka tentang hukum Islam. Melalui karyanya ,Speaking in The God’s Name: Islamic Law, Authority, and Woman, Abou El Fadl menawarkan kerangka metodologi baru dalam studi hukum Islam dengan menggunakan pendekatan hermeneutika . Hermeneutika Abou El Fadl disebut hermeneutika negosiasi karena inti dari analisis hermeneutikanya adalah menegosiasikan peran teks ( al-Qur'an , hadits , dan fatwa ), pengarang ( Mufti ,agen khusus), dan pembaca (masyarakat Islam,agen umum) dalam menentukan makna teks otoritatif .Ketiga pihak harus seimbang dan bernegosiasi di mana salah satu pihak tidak seharusnya mendominasi penentuan makna.Teori hermeneutika Abou El Fadl yang mencakup gagasan teks otonom dan terbuka sehingga penafsiran teks tidak selalu fokus pada upaya untuk mencari maksud penulis yang diinginkan . Oleh karena itu, Abou El-Fadl menyatakan bahwa integritas teks menjadi rusak, tidak dinamis , dan tidak dapat menjalankan fungsinya dalam merespon tantangan dan tuntutan era global karena otoritarianisme , atau penafsiran despotic dengan cara mengunci kehendak Tuhan di belakang teks, interpretasi, atau fatwa berdasarkan ideologi tertentu seperti yang dilakukan oleh mereka para Mufti yang mengatas namakan dirinya sebagai pembicara atas nama Tuhan. Singkatnya , dari uraian di atas pentingnya hermeneutika Abou El Fadl dalam studi hukum Islam kontemporer adalah untuk membendung otoritarianisme yang telah menjadi fenomena umum di era kontemporer. Makalah ini menggunakan metode kritis-analisis untuk menguji atau melihat secara kritis seorang Mufti dalam membuat berbagai keputusan hukum atau fatwa dalam kasus Indonesian Council of Ulama( MUI ) di Indonesia yang dinilai menuai banyak kontroversi dan bahkan beberapa penolakan dari sebagian masyarakat Muslim Kontemporer .Kata kunci :hermeneutika, hokum Islam, otoritarianisme, fatwa , MUI","PeriodicalId":350259,"journal":{"name":"Potret Pemikiran","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2018-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"2","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Potret Pemikiran","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.30984/PP.V20I1.749","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 2

Abstract

Abstrak.One of the great thinkers in the contemporary era is Khaleed Abou El Fadl, a prominent public intellectual on Islamic law. Through his works, Speaking in The God’s Name: Islamic Law, Authority, and Woman, Abou El Fadl offers a frame of new methodology in the study of Islamic law by using a hermeneutics approach. Abou El-Fadl’s hermeneutics can be called the negotiated hermeneutics because the core of  his hermeneutics analysis is to negotiate the role of the text (al-Qur’an, hadits, and fatwa), author (Mufti, special agent), and reader (Islamic society, common agent) in determining the meaning of authoritative text. These three parties should be a balancing and negotiating progress in which that one party ought not to dominate the determination of meaning. Abou El Fadl’s hermeneutics theory embraces the idea of autonomous and open texts. Therefore, the interpretation of the text does not always focus on efforts to locate the author’s desired intent. Hence, He further argues that integrity of text being damaged, not dynamic, and be unable to perform  its functions in responding the challenges and demand of the global era due to the authoritarianism, or interpretative despotism by way of locking the will of the divine behind the text, its interpretation, or fatwa based on certain ideology as performed by those Mufti who speak in God’s name. in short, From above description emphasis the significance of Abou El Fadl’s hermeneutics in contemporary Islamic law studies is to stem the authoritarianism that has become  a common phenomenon in the contemporary era. This paper  using the critical-analysis of method to examines or look at critically Mufti in making various judicial decision and legal opinion (fatwa) in case of Permanent Council for Specific Research And Legal Opinion (CRLO)in Egypt and Indonesian Council of Ulama (MUI) in Indonesia that assessedreapmuchcontroversy and even rejections from part of Muslim community.Keywords:Islamic law, hermeneutics, authoritarianism, legal opinion, MUI Abstrak .Salah satu pemikir besar di era kontemporer adalah Khaleed Abou El Fadl , seorang intelektual publik terkemuka tentang hukum Islam. Melalui karyanya ,Speaking in The God’s Name: Islamic Law, Authority, and Woman, Abou El Fadl menawarkan kerangka metodologi baru dalam studi hukum Islam dengan menggunakan pendekatan hermeneutika . Hermeneutika Abou El Fadl disebut hermeneutika negosiasi karena inti dari analisis hermeneutikanya adalah menegosiasikan peran teks ( al-Qur'an , hadits , dan fatwa ), pengarang ( Mufti ,agen khusus), dan pembaca (masyarakat Islam,agen umum) dalam menentukan makna teks otoritatif .Ketiga pihak harus seimbang dan bernegosiasi di mana salah satu pihak tidak seharusnya mendominasi penentuan makna.Teori hermeneutika Abou El Fadl yang mencakup gagasan teks otonom dan terbuka sehingga penafsiran teks tidak selalu fokus pada upaya untuk mencari maksud penulis yang diinginkan . Oleh karena itu, Abou El-Fadl menyatakan bahwa integritas teks menjadi rusak, tidak dinamis , dan tidak dapat menjalankan fungsinya dalam merespon tantangan dan tuntutan era global karena otoritarianisme , atau penafsiran despotic dengan cara mengunci kehendak Tuhan di belakang teks, interpretasi, atau fatwa berdasarkan ideologi tertentu seperti yang dilakukan oleh mereka para Mufti yang mengatas namakan dirinya sebagai pembicara atas nama Tuhan. Singkatnya , dari uraian di atas pentingnya hermeneutika Abou El Fadl dalam studi hukum Islam kontemporer adalah untuk membendung otoritarianisme yang telah menjadi fenomena umum di era kontemporer. Makalah ini menggunakan metode kritis-analisis untuk menguji atau melihat secara kritis seorang Mufti dalam membuat berbagai keputusan hukum atau fatwa dalam kasus Indonesian Council of Ulama( MUI ) di Indonesia yang dinilai menuai banyak kontroversi dan bahkan beberapa penolakan dari sebagian masyarakat Muslim Kontemporer .Kata kunci :hermeneutika, hokum Islam, otoritarianisme, fatwa , MUI
解释性的伊斯兰法律KHALEED ABOU EL FADL
Abstrak。Khaleed Abou El Fadl是当代伟大的思想家之一,他是一位杰出的伊斯兰法律公共知识分子。通过他的著作《以真主之名说话:伊斯兰法律、权威和妇女》,阿布·艾尔·法德尔用解释学的方法为研究伊斯兰法律提供了一个新的方法论框架。法德尔的解释学可以被称为协商解释学,因为他的解释学分析的核心是协商文本(古兰经、圣训和法特瓦)、作者(穆夫提,特别代理人)和读者(伊斯兰社会,共同代理人)在确定权威文本意义方面的作用。这三方应是一种平衡和谈判进展,其中一方不应主导意义的确定。法德尔的解释学理论包含了自主和开放文本的思想。因此,对文本的解释并不总是集中于努力定位作者的期望意图。因此,他进一步认为,文本的完整性被破坏,没有活力,无法履行其功能,以应对全球时代的挑战和需求,由于威权主义,或解释性专制主义,通过将神圣的意志锁定在文本背后,其解释,或基于某些意识形态的法特瓦,由那些以上帝的名义说话的穆夫提执行。简而言之,从以上的描述中强调阿布·法德尔的解释学在当代伊斯兰法研究中的意义在于遏制威权主义在当代已经成为一种普遍现象。本文采用批判性分析的方法,以埃及的具体研究和法律意见常设委员会(CRLO)和印度尼西亚的乌拉玛委员会(MUI)为例,批判性地审视或审视穆夫提在做出各种司法决定和法律意见(法特瓦)时,评估了来自部分穆斯林社区的争议甚至拒绝。关键词:伊斯兰教法,解释学,权威主义,法律意见,MUI abstract, salah satu pemikir besar di era kontemporer adalah Khaleed Abou El Fadl, seorang知识分子大众terkemuka tentan hukum Islam。Melalui karyanya:《以真主之名讲话:伊斯兰教法、权威和妇女》,关于El Fadl menawarkan kerangka的方法论。《古兰经》、《圣训》、《圣训》、《圣训》、《圣训》、《伊斯兰教》、《圣训》、《圣训》、《圣训》、《圣训》、《圣训》、《圣训》、《圣训》、《圣训》、《圣训》、《圣训》、《圣训》、《圣训》、《圣训》、《圣训》、《圣训》、《圣训》。关于El Fadl的解释,yang menkup gaagasan teks otonom,但terbuka seingka penafsiks, tebuka seingka selalu, focus pada upaya untuk menkari maksudpenulis yang diinginkan。Oleh karena, about El-Fadl menyatakan bahwa integritas teks menjadi rusak, tidak dinamis, dan tidak dapat menjalankan funsinya dalam merespon tantanangan dantututan时代全球karena专制主义,atau penafiran专制主义,denau penafiran专制主义,denau fatawa berdasarkan debelakang teks, interpretasi, atau fatwa berdasarkan意识形态tertentu seperti yang dilakukan Oleh mereka para Mufti yang mengatas namakan dirinya sebagai pembicara atas nama Tuhan。新加坡,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦Makalah ini menggunakan memeneuka -分析untuk menguji atau meliah secara kritis seorang Mufti dalam成员berbagai keputusan hukum atau fatwa dalam kasus印度尼西亚乌拉玛委员会(MUI) di印度尼西亚,yang dinilai menuai banyak kontroversi dan bahkan bebera penolakan dari sebagian masyarakat穆斯林Kontemporer .Kata kunci:解释学,houm Islam, otoritalianism, fatwa, MUI
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 求助全文
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信