{"title":"KONSEP TRI HITA KARANA DAN UPAYA PENANGANAN PEMANASAN GLOBAL","authors":"Si Luh Nyoman Seriadi","doi":"10.61330/vedajyotih.v1i2.15","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Pemanasan global menjadi masalah serius terkait lingkungan yang dihadapi dunia akibat tumpukan gas-gas rumah kaca di atmosfer. Gas-gas ini terdiri dari Karbondioksida (CO), Metana (CH4), Nitrous Oksida (N2O), Hydroperfluorokarbon (HFCs), Perfluorokarbon (CFCs), Sulfur Heksaflorida (SF6). Gas-gas tersebut secara alami terdapat di udara (atmosfer), sedangkan efek rumah kaca merupakan istilah untuk panas yang terperangkap di dalam atmosfer Bumi dan tidak bias menyebar. Tanpa disadari aktivitas manusia setiap harinya menyumbangkan gas-gas rumah kaca ke atmosfer yang memicu terjadinya pemanasan global. Aktivitas manusia yang semakin canggih dan instan secara langsung dan tidak langsung membawa pengaruh terhadap kesemimbangan alam. Aktivitas tersebut diantaranya, pencemaran udara akibat dari pembakaran hutan, pembakaran lahan gambut, asap kendaraan, asap pabrik, pencemaran air dan lain sebagainya. Menghadapi permasalah lingkungan seperti ini, terdapat konsep tradisional Bali, Tri Hita Karana, yang dapat diimplementasikan untuk meminimalisir dampak dari pemanasan global. Artikel ini menguraikan bagaimana implikasi dari Tri Hita Karana terhadap penurunan dampak pemanasan global menggunakan pendekatan hermeneutik. Tri Hita Karana sebagai konsep tradisional Bali mengajarkan manusia untuk mencapai kebahagiaan dan keseimbangan hidup melalui cara menjalin hubungan harmonis dengan Tuhan, menjalin hubungan harmonis dengan sesame manusia, dan menjalin hubungan harmonis dengan alam sekitar. Menjaga hubungan harmonis dengan alam sekitar inilah yang menjadi poin penting dalam meminimalisir dampak pemanasan global. Jika manusia menjaga kesehatan alam, maka alam juga menjaga dan melindungi kesehatan manusia. Namun jika manusia mengancam keselamatan alam, maka keselamatan manusia itu sendiri juga terancam oleh alam.","PeriodicalId":298696,"journal":{"name":"Veda Jyotih: Jurnal Agama dan Sains","volume":"31 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Veda Jyotih: Jurnal Agama dan Sains","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.61330/vedajyotih.v1i2.15","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Pemanasan global menjadi masalah serius terkait lingkungan yang dihadapi dunia akibat tumpukan gas-gas rumah kaca di atmosfer. Gas-gas ini terdiri dari Karbondioksida (CO), Metana (CH4), Nitrous Oksida (N2O), Hydroperfluorokarbon (HFCs), Perfluorokarbon (CFCs), Sulfur Heksaflorida (SF6). Gas-gas tersebut secara alami terdapat di udara (atmosfer), sedangkan efek rumah kaca merupakan istilah untuk panas yang terperangkap di dalam atmosfer Bumi dan tidak bias menyebar. Tanpa disadari aktivitas manusia setiap harinya menyumbangkan gas-gas rumah kaca ke atmosfer yang memicu terjadinya pemanasan global. Aktivitas manusia yang semakin canggih dan instan secara langsung dan tidak langsung membawa pengaruh terhadap kesemimbangan alam. Aktivitas tersebut diantaranya, pencemaran udara akibat dari pembakaran hutan, pembakaran lahan gambut, asap kendaraan, asap pabrik, pencemaran air dan lain sebagainya. Menghadapi permasalah lingkungan seperti ini, terdapat konsep tradisional Bali, Tri Hita Karana, yang dapat diimplementasikan untuk meminimalisir dampak dari pemanasan global. Artikel ini menguraikan bagaimana implikasi dari Tri Hita Karana terhadap penurunan dampak pemanasan global menggunakan pendekatan hermeneutik. Tri Hita Karana sebagai konsep tradisional Bali mengajarkan manusia untuk mencapai kebahagiaan dan keseimbangan hidup melalui cara menjalin hubungan harmonis dengan Tuhan, menjalin hubungan harmonis dengan sesame manusia, dan menjalin hubungan harmonis dengan alam sekitar. Menjaga hubungan harmonis dengan alam sekitar inilah yang menjadi poin penting dalam meminimalisir dampak pemanasan global. Jika manusia menjaga kesehatan alam, maka alam juga menjaga dan melindungi kesehatan manusia. Namun jika manusia mengancam keselamatan alam, maka keselamatan manusia itu sendiri juga terancam oleh alam.