{"title":"Hybrid Learning: Model Pembelajaran pada Masa Pandemi di SD Negeri Bungurasih Waru Sidoarjo","authors":"M. Makhin","doi":"10.55352/mudir.v3i2.312","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Efek Covid-19 yang memiliki dampak luar biasa bagi seluruh sektor kehidupan, sehingga semua kebijakan pemerintah diarahkan pada pembatasan kegiatan yang harus diikuti oleh seluruh kementerian tak terkecuali pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yakni pembatasan kegiatan tatap muka di lembaga pendidikan dengan melakukan proses belajar dari rumah (BDR). Pembelajaran daring yang telah dilaksanakan dengan waktu yang relatif lama ini mulai dikhawatirkan berpengaruh negatif bagi psikososial peserta didik, sehingga perlu alternatif solusi untuk meminimalisir pengaruh negatif tersebut. Inovasi yang dilakukan guru yakni menerapkan Hybrid Learning demi memaksimalkan pembelajaran yang dilakukan selama pandemi Covid-19 ini. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan tujuan mendeskripsikan Hybrid Learning yang diimplementasikan di SD Negeri Bungurasih Waru Sidoarjo dan problematika yang dialami serta solusinya. Hasil penelitian ini, terdapat beberapa tahapan yang dilakukan guru dalam implementasi Hybrid Learning antara lain: pertama, tahap perencanaan. Pada tahap ini dilakukan beberapa hal yakni: sosialisasi pembelajaran jarak jauh kepada wali murid, pembentukan paguyuban setiap paralel kelas, pembagian kelompok kecil siswa, pembuatan perangkat pembelajaran; kedua, tahap implementasi. Pada tahapan ini Hybrid Learning dilakukan dengan kombinasi pembelajaran dalam jaringan (daring) dan pembelajaran tatap muka yang dilaksanakan secara berkelompok di rumah peserta didik; ketiga, tahapan evaluasi atau penilaian dilakukan dengan pemberian soal tes dan non tes. Problem pada pembelajaran Hybrid antara lain: kemampuan literasi teknologi yang belum maksimal; terbatasnya waktu, kurang adanya kesadaran dari peserta didik dan sebagian wali murid untuk memaksimalkan pendampingan belajarnya. Solusi yang diberikan yakni dengan memberikan pendampingan yang lebih maksimal terkait literasi digital sehingga pembelajaran yang dilaksanakan kedepannya lebih maksimal.","PeriodicalId":443971,"journal":{"name":"Mudir : Jurnal Manajemen Pendidikan","volume":"11 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"17","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Mudir : Jurnal Manajemen Pendidikan","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.55352/mudir.v3i2.312","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 17
Abstract
Efek Covid-19 yang memiliki dampak luar biasa bagi seluruh sektor kehidupan, sehingga semua kebijakan pemerintah diarahkan pada pembatasan kegiatan yang harus diikuti oleh seluruh kementerian tak terkecuali pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yakni pembatasan kegiatan tatap muka di lembaga pendidikan dengan melakukan proses belajar dari rumah (BDR). Pembelajaran daring yang telah dilaksanakan dengan waktu yang relatif lama ini mulai dikhawatirkan berpengaruh negatif bagi psikososial peserta didik, sehingga perlu alternatif solusi untuk meminimalisir pengaruh negatif tersebut. Inovasi yang dilakukan guru yakni menerapkan Hybrid Learning demi memaksimalkan pembelajaran yang dilakukan selama pandemi Covid-19 ini. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan tujuan mendeskripsikan Hybrid Learning yang diimplementasikan di SD Negeri Bungurasih Waru Sidoarjo dan problematika yang dialami serta solusinya. Hasil penelitian ini, terdapat beberapa tahapan yang dilakukan guru dalam implementasi Hybrid Learning antara lain: pertama, tahap perencanaan. Pada tahap ini dilakukan beberapa hal yakni: sosialisasi pembelajaran jarak jauh kepada wali murid, pembentukan paguyuban setiap paralel kelas, pembagian kelompok kecil siswa, pembuatan perangkat pembelajaran; kedua, tahap implementasi. Pada tahapan ini Hybrid Learning dilakukan dengan kombinasi pembelajaran dalam jaringan (daring) dan pembelajaran tatap muka yang dilaksanakan secara berkelompok di rumah peserta didik; ketiga, tahapan evaluasi atau penilaian dilakukan dengan pemberian soal tes dan non tes. Problem pada pembelajaran Hybrid antara lain: kemampuan literasi teknologi yang belum maksimal; terbatasnya waktu, kurang adanya kesadaran dari peserta didik dan sebagian wali murid untuk memaksimalkan pendampingan belajarnya. Solusi yang diberikan yakni dengan memberikan pendampingan yang lebih maksimal terkait literasi digital sehingga pembelajaran yang dilaksanakan kedepannya lebih maksimal.