{"title":"KARAKTERISASI BIJI LIMA AKSESI BUNGA MATAHARI DI DATARAN TINGGI ALAHAN PANJANG SUMATERA BARAT","authors":"Jurnal Agronida, Fak. Pertanian, dan Hu","doi":"10.30997/jag.v8i1.4862","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Bunga matahari merupakan tanaman yang stategis karena selain dapat digunakan sebagai bahan pangan, juga dapat menghasilkan minyak terutama minyak makan yang menempati posisi terbesar ketiga dunia setelah kedelai dan kelapa sawit. Pengembangan budidaya bunga matahari di Indonesia masih kurang optimal terutama produksi bunga matahari. Dalam peningkatan hasil produksi salah satunya perlu benih unggul. Identifikasi keragaman biji perlu dilakukan agar mendapatkan karakter genotipe tanaman yang berbeda dalam proses perakitan kultivar untuk mencegah duplikasi. Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui karakter dan variabilitas karakter biji bunga matahari. Aksesi tanaman yang digunakan yaitu Ha1, Ha15, Hu1, Hu2, dan Hu3. Metode penelitian ini terdiri atas kegiatan pengolahan lahan, penanaman, perawatan, pengendalian OPT, dan pemanenan bunga matahari. Setelah diperoleh biji hasil panen, dilakukan karakterisasi benih dengan peubah kuantitatif yaitu panjang biji, diameter biji, bobot 100 biji, persentase biji hampa. Peubah kualitatif terdiri atas warna biji, bentuk biji, garis tepi dan warna garis. Analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif sederhana. Analisis data melalui perbandingan varians fenotipe dengan standar deviasi varians fenotipe, varians, standar deviasi. Hasil yang didapatkan pada karakter kualitatif dan kuantitatif menunjukkan adanya keragaman. Peubah yang memiliki nilai variabilitas luas adalah karakter diameter biji, warna biji, bentuk biji, garis tepi dan warna garis biji, sedangkan peubah panjang biji, bobot 100 biji dan persentase biji hampa menunjukkan variabilitas sempit.","PeriodicalId":357096,"journal":{"name":"JURNAL AGRONIDA","volume":"29 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"JURNAL AGRONIDA","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.30997/jag.v8i1.4862","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Bunga matahari merupakan tanaman yang stategis karena selain dapat digunakan sebagai bahan pangan, juga dapat menghasilkan minyak terutama minyak makan yang menempati posisi terbesar ketiga dunia setelah kedelai dan kelapa sawit. Pengembangan budidaya bunga matahari di Indonesia masih kurang optimal terutama produksi bunga matahari. Dalam peningkatan hasil produksi salah satunya perlu benih unggul. Identifikasi keragaman biji perlu dilakukan agar mendapatkan karakter genotipe tanaman yang berbeda dalam proses perakitan kultivar untuk mencegah duplikasi. Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui karakter dan variabilitas karakter biji bunga matahari. Aksesi tanaman yang digunakan yaitu Ha1, Ha15, Hu1, Hu2, dan Hu3. Metode penelitian ini terdiri atas kegiatan pengolahan lahan, penanaman, perawatan, pengendalian OPT, dan pemanenan bunga matahari. Setelah diperoleh biji hasil panen, dilakukan karakterisasi benih dengan peubah kuantitatif yaitu panjang biji, diameter biji, bobot 100 biji, persentase biji hampa. Peubah kualitatif terdiri atas warna biji, bentuk biji, garis tepi dan warna garis. Analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif sederhana. Analisis data melalui perbandingan varians fenotipe dengan standar deviasi varians fenotipe, varians, standar deviasi. Hasil yang didapatkan pada karakter kualitatif dan kuantitatif menunjukkan adanya keragaman. Peubah yang memiliki nilai variabilitas luas adalah karakter diameter biji, warna biji, bentuk biji, garis tepi dan warna garis biji, sedangkan peubah panjang biji, bobot 100 biji dan persentase biji hampa menunjukkan variabilitas sempit.