Analisis Kritis Hakim-Hakim 13:1-25: Menjawab Polemik Kemandulan Dari Perspektif Feminisme

T. Manurung
{"title":"Analisis Kritis Hakim-Hakim 13:1-25: Menjawab Polemik Kemandulan Dari Perspektif Feminisme","authors":"T. Manurung","doi":"10.36588/sundermann.v15i1.84","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Pada hakikatnya, pandangan mengenai kemandulan masih dipenegaruhi oleh budaya patriarki. Kemandulan sering dianggap hanya terjadi pada perempuan dan karena dosa atau kesalahan yang dilakukan pihak perempuan. Pandangan ini menjadi diskriminasi bagi pihak perempuan. Perempuan terancam diasingkan dan kehilangan hak atas dirinya sendiri. Dalam hal ini perempuan tidak berdaya karena konsepsi lingkungan yang masih bersifat partiarki. Selain itu, penafsiran Alkitab seringkali mendukung pandangan ini hingga menjadi polemik yang masih perlu untuk dikaji. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk menjawab mengenai polemik kemandulan melalui analisis naratif Hakim-Hakim 13:1-25. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kepustakaan dan kajian biblika dari perspektif feminisme dengan instrumen penelitian library recearh. Hasil dan pembahasan akan menunjukkan hasil analisis naratif Hakim-Hakim 13:1-25 dan kemudian dikorelasikan untuk menjawab polemik kemandulan. Melalui analisis naratif ini akan diulas bagaimana Tuhan mengijinkan segala keadaan sebagai sarana untuk menyatakan kuasa-Nya. Fokus analisis naratif ini adalah melihat keadaan keluarga Manoah. Keadaan Manoah dan istrinya yang tidak memiliki keturunan dan bagaimana Tuhan bekerja dalam segala sesuatunya. Dengan kata lain, pemikiran mengenai kemandulan yang dipengaruhi oleh budaya patriarki perlu dipertanyakan kembali dengan melihat kaum terdiskriminasi sebagai dampak dari pemikiran ini. Artikel ini kemudian akan memberikan pandangan baru mengenai polemik kemandulan dengan menjunjung konsep keadilan dan kesetaraan yang selama ini dipandang sebelah mata.","PeriodicalId":137555,"journal":{"name":"SUNDERMANN: Jurnal Ilmiah Teologi, Pendidikan, Sains, Humaniora dan Kebudayaan","volume":"90 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"SUNDERMANN: Jurnal Ilmiah Teologi, Pendidikan, Sains, Humaniora dan Kebudayaan","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.36588/sundermann.v15i1.84","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

Abstract

Pada hakikatnya, pandangan mengenai kemandulan masih dipenegaruhi oleh budaya patriarki. Kemandulan sering dianggap hanya terjadi pada perempuan dan karena dosa atau kesalahan yang dilakukan pihak perempuan. Pandangan ini menjadi diskriminasi bagi pihak perempuan. Perempuan terancam diasingkan dan kehilangan hak atas dirinya sendiri. Dalam hal ini perempuan tidak berdaya karena konsepsi lingkungan yang masih bersifat partiarki. Selain itu, penafsiran Alkitab seringkali mendukung pandangan ini hingga menjadi polemik yang masih perlu untuk dikaji. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk menjawab mengenai polemik kemandulan melalui analisis naratif Hakim-Hakim 13:1-25. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kepustakaan dan kajian biblika dari perspektif feminisme dengan instrumen penelitian library recearh. Hasil dan pembahasan akan menunjukkan hasil analisis naratif Hakim-Hakim 13:1-25 dan kemudian dikorelasikan untuk menjawab polemik kemandulan. Melalui analisis naratif ini akan diulas bagaimana Tuhan mengijinkan segala keadaan sebagai sarana untuk menyatakan kuasa-Nya. Fokus analisis naratif ini adalah melihat keadaan keluarga Manoah. Keadaan Manoah dan istrinya yang tidak memiliki keturunan dan bagaimana Tuhan bekerja dalam segala sesuatunya. Dengan kata lain, pemikiran mengenai kemandulan yang dipengaruhi oleh budaya patriarki perlu dipertanyakan kembali dengan melihat kaum terdiskriminasi sebagai dampak dari pemikiran ini. Artikel ini kemudian akan memberikan pandangan baru mengenai polemik kemandulan dengan menjunjung konsep keadilan dan kesetaraan yang selama ini dipandang sebelah mata.
士师记13:1-25的批判性分析:从女权主义的角度来解决不育问题
总的来说,父权制文化仍然影响着对不孕症的看法。不孕症通常被认为只发生在女性身上,由于女性的罪恶或错误。这种观点歧视妇女。女人濒临被流放而失去自己的权利。在这种情况下,女性是无助的,因为她们对环境的参与度观念仍然存在。此外,圣经的解释经常支持这一观点,使其成为一个有待研究的polemik。写这篇文章的目的是回答关于法官13:1-25叙事通过分析问题的不育。在本研究中,作者从女权主义的角度使用图书馆研究工具。士师记13:1-25叙事分析和讨论结果将显示然后dikorelasikan来回答问题的不育。通过这个叙事分析将讨论如何上帝允许在任何情况下都作为表达手段的能力。焦点叙事分析这是看到玛挪亚的家庭情况。玛挪亚和他的妻子没有后代的情况和主如何在一切工作。换句话说,想到受到父权制文化需要重新受到质疑的不育terdiskriminasi主义者看作是这种想法的影响。这篇文章就提出了新观点的不育的维护正义与平等的概念一直是被认为是一只眼睛。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 求助全文
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:604180095
Book学术官方微信