Dari Sakral Menuju Profan: Pasang-Surut Kesenian Angklung Buncis di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Tahun 1980-2010

Muhammad Adi Saputra, Rinaldo Adi Pratama
{"title":"Dari Sakral Menuju Profan: Pasang-Surut Kesenian Angklung Buncis di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Tahun 1980-2010","authors":"Muhammad Adi Saputra, Rinaldo Adi Pratama","doi":"10.17509/MIMBARDIK.V3I1.10638","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"ABSTRAKSI: Penelitian ini menjelaskan perkembangan kesenian Angklung Buncis di Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, yang memiliki peranan penting dalam upacara Seren Taun yang diadakan oleh masyarakat adat Paseban. Masalah utama yang dibahas adalah bagaimana perkembangan kesenian Angklung Buncis di Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, pada tahun 1980-2010. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan studi historis dan budaya. Hasil penelitian menunjukan bahwa kesenian Angklung Buncis di Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan berada dalam lingkup masyarakat adat Paseban dan lahir melalui ide kreatif sesepuh adat, yaitu Pangeran Djatikusumah. Terdapat perkembangan fungsi dalam kesenian tradisional Angklung Buncis, yakni dari fungsi sakral berubah menjadi hiburan dan profan. Perkembangan fungsi tersebut terjadi karena permalasahan yang terdapat dalam lingkup masyarakat adat Paseban dan tuntutan zaman. Selain itu, ada perubahan dalam aspek penampilan, lagu, jumlah pemain, dan laras dalam kesenian Angklung Buncis, dengan tujuan untuk mempertahankan keberlangsungan kesenian tradisional tersebut di tengah-tengah perkembangan teknologi yang semakin maju. KATA KUNCI: Angklung Buncis; Masyarakat Cigugur; Agama Djawa-Sunda; Upacara Seren Taun; Tradisi dan Globalisasi. ABSTRACT: “From Sacral to Profan: Ups and Down of Angklung Buncis Art in Kuningan District, West Java, Year 1980-2010”. This study describes the development of Angklung Buncis Art in Cigugur Subdistrict, Kuningan District, West Java, Indonesia, which has an important role in “Seren Taun” ceremony which held by indigenous peoples of Paseban. The main issue discussed was how the Angklung Buncis Art can be develop in 1980-2010. The method used in this research is qualitative with historical study and cultural approaches. The results showed that the Angklung Buncis Art in Cigugur, Kuningan are within the scope of indigenous peoples of Paseban and born through creative ideas from Prince Djatikusumah. There are developments in the functions of the traditional arts of Angklung Buncis, namely from sacred function turned into entertainment and profan. The development of these functions occur because contained within the scope of indigenous peoples Paseban and globalization. In addition, there are changing in the aspects of appearance, song, number of players, and the barrel that aims to maintain the continuity of traditional art in the midst of the development of increasingly advanced technology.KEY WORD: Angklung Buncis; Cigugur Community; Djawa-Sunda Religion; Ritual of Seren Taun; Tradition and Globalization.  About the Authors: Muhammad Adi Saputra adalah Guru Sejarah di SMAN (Sekolah Menengah Atas Negeri) 8 Tangerang, Banten, Indonesia. Rinaldo Adi Pratama adalah juga Guru Sejarah di SMKN (Sekolah Menengah Kejuruan Negeri) 7 Kabupaten Tangerang, Banten, Indonesia. Untuk kepentingan akademik, penulis dapat dihubungi dengan alamat e-mail: madisaputtra25@gmail.com dan rinaldoadi@outlook.comSuggested Citation: Saputra, Muhammad Adi Rinaldo Adi Pratama. (2018). “Dari Sakral Menuju Profan: Pasang-Surut Kesenian Angklung Buncis di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Tahun 1980-2010” in MIMBAR PENDIDIKAN: Jurnal Indonesia untuk Kajian Pendidikan, Volume 3(1), March, pp.59-72. Bandung, Indonesia: UPI [Indonesia University of Education] Press, ISSN 2527-3868 (print) and 2503-457X (online). Article Timeline: Accepted (November 10, 2017); Revised (January 25, 2018); and Published (March 30, 2018).","PeriodicalId":125564,"journal":{"name":"MIMBAR PENDIDIKAN","volume":"37 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2018-03-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"MIMBAR PENDIDIKAN","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.17509/MIMBARDIK.V3I1.10638","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1

Abstract

ABSTRAKSI: Penelitian ini menjelaskan perkembangan kesenian Angklung Buncis di Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, yang memiliki peranan penting dalam upacara Seren Taun yang diadakan oleh masyarakat adat Paseban. Masalah utama yang dibahas adalah bagaimana perkembangan kesenian Angklung Buncis di Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, pada tahun 1980-2010. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan studi historis dan budaya. Hasil penelitian menunjukan bahwa kesenian Angklung Buncis di Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan berada dalam lingkup masyarakat adat Paseban dan lahir melalui ide kreatif sesepuh adat, yaitu Pangeran Djatikusumah. Terdapat perkembangan fungsi dalam kesenian tradisional Angklung Buncis, yakni dari fungsi sakral berubah menjadi hiburan dan profan. Perkembangan fungsi tersebut terjadi karena permalasahan yang terdapat dalam lingkup masyarakat adat Paseban dan tuntutan zaman. Selain itu, ada perubahan dalam aspek penampilan, lagu, jumlah pemain, dan laras dalam kesenian Angklung Buncis, dengan tujuan untuk mempertahankan keberlangsungan kesenian tradisional tersebut di tengah-tengah perkembangan teknologi yang semakin maju. KATA KUNCI: Angklung Buncis; Masyarakat Cigugur; Agama Djawa-Sunda; Upacara Seren Taun; Tradisi dan Globalisasi. ABSTRACT: “From Sacral to Profan: Ups and Down of Angklung Buncis Art in Kuningan District, West Java, Year 1980-2010”. This study describes the development of Angklung Buncis Art in Cigugur Subdistrict, Kuningan District, West Java, Indonesia, which has an important role in “Seren Taun” ceremony which held by indigenous peoples of Paseban. The main issue discussed was how the Angklung Buncis Art can be develop in 1980-2010. The method used in this research is qualitative with historical study and cultural approaches. The results showed that the Angklung Buncis Art in Cigugur, Kuningan are within the scope of indigenous peoples of Paseban and born through creative ideas from Prince Djatikusumah. There are developments in the functions of the traditional arts of Angklung Buncis, namely from sacred function turned into entertainment and profan. The development of these functions occur because contained within the scope of indigenous peoples Paseban and globalization. In addition, there are changing in the aspects of appearance, song, number of players, and the barrel that aims to maintain the continuity of traditional art in the midst of the development of increasingly advanced technology.KEY WORD: Angklung Buncis; Cigugur Community; Djawa-Sunda Religion; Ritual of Seren Taun; Tradition and Globalization.  About the Authors: Muhammad Adi Saputra adalah Guru Sejarah di SMAN (Sekolah Menengah Atas Negeri) 8 Tangerang, Banten, Indonesia. Rinaldo Adi Pratama adalah juga Guru Sejarah di SMKN (Sekolah Menengah Kejuruan Negeri) 7 Kabupaten Tangerang, Banten, Indonesia. Untuk kepentingan akademik, penulis dapat dihubungi dengan alamat e-mail: madisaputtra25@gmail.com dan rinaldoadi@outlook.comSuggested Citation: Saputra, Muhammad Adi Rinaldo Adi Pratama. (2018). “Dari Sakral Menuju Profan: Pasang-Surut Kesenian Angklung Buncis di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Tahun 1980-2010” in MIMBAR PENDIDIKAN: Jurnal Indonesia untuk Kajian Pendidikan, Volume 3(1), March, pp.59-72. Bandung, Indonesia: UPI [Indonesia University of Education] Press, ISSN 2527-3868 (print) and 2503-457X (online). Article Timeline: Accepted (November 10, 2017); Revised (January 25, 2018); and Published (March 30, 2018).
阿布斯特拉:这项研究解释了西爪哇省古国古朴文化的发展,在帕塞班原住民举行的塞恩陶仪式中起着重要作用。讨论的主要问题是1980-2010年在库宁杰省的盎格鲁文化如何发展。本研究采用的方法是定性的历史和文化研究方法。研究表明,位于库宁格苏玛街(cifall road)的盎格鲁古镇(jaseban village)的青葱艺术属于帕塞班(Paseban)的土著社区,是由原住民长者贾内萨玛(djarat sumah)的创意产生的。传统的豆类艺术有一个发展的功能,从神圣的功能变成娱乐和保护。这种功能的发展是由当地的郊区藤壶和时代的要求所产生的。此外,豆类艺术的外观、歌曲、演奏者数量和桶方面也发生了变化,目的是在技术不断发展的过程中保持传统艺术的持续性。关键词:anklong beans;Cigugur社会;Djawa-Sunda宗教;Seren Taun仪式;传统与全球化。插图:“从圣礼到证明:Ups和Down的盎格鲁青豆艺术在西爪哇区,1980-2010年。”这项研究描述了印尼西爪哇岛西爪哇岛苏亚区(ciire Subdistrict)、黄铜区(brass District)中angklong beans的发展,这在毫无争议的帕塞班(Seren Taun)的藏品中发挥了重要作用。关键问题在于,盎格鲁青豆在1980-2010年如何发展。这项研究使用的方法具有历史研究和文化倾向的资格。据说,在西玛的盎格鲁青豆艺术中,黄铜是在帕塞班善良的人的魔爪下,通过王子贾萨克苏马的创造性理想诞生的。传统的青豆传统艺术的发展已经发展起来,圣钱的资金转向了娱乐和保护。这些功能的发展是因为它们被限制在无水的人的范围内。简而言之,在外表、歌曲、球员编号和桶中,存在着一种不断变化的传统技术的持续发展。关键字:Cigugur社区;Djawa-Sunda Religion);Seren Taun的仪式;传统与全球化。关于权威:穆罕默德·阿迪·萨普朗是印度尼西亚班腾18岁的斯曼历史教师。里纳尔多·Adi小学也是印度尼西亚班腾唐郎7区SMKN的历史教师。为了学术,作家可以通过电子邮件地址联系:madisaputtra25@gmail。com和rinaldoadi@outlook comSuggested引文:萨普特拉,穆罕默德阿迪雷纳尔多·阿迪小学。(2018年)。艺术:“从神圣到污秽的潮汐anklong豆子在黄铜1980-2010年西爪哇,县教育讲坛”在印尼日志:纯粹是为了学术研究中心,3(1)体积,59-72三月,pp。印尼万隆:UPI[印尼教育大学]Press, ISSN 2527-3868(打印)和2503-457X(在线)。文章:公认的时间表(10年,2017年11月);修订(2018年1月25日);并发表(2018年3月30日)。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 求助全文
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:604180095
Book学术官方微信