THE RADICALISM OF YOUNG PEOPLE IN INDONESIA THE RELIGIOUS PORTRAITS OF ISLAMIC SPIRITUAL ORGANIZATIONS

Jaetul Muchlis
{"title":"THE RADICALISM OF YOUNG PEOPLE IN INDONESIA THE RELIGIOUS PORTRAITS OF ISLAMIC SPIRITUAL ORGANIZATIONS","authors":"Jaetul Muchlis","doi":"10.15408/mimbar.v38i2.25167","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Abstract. Youth, radicalism, and intolerance are serious problems that continue to develop and become a discourse in Indonesia and other countries, including the Middle East. In recent years, the emergence of symptoms of radicalism and intolerance among young people has increased. The tendency to increase the interest of Muslim youth to join organizations or religious groups that are intolerant also contributes to the significant increase in the symptoms of radicalism. Symptoms that appear make them have an intolerant and extremist attitude that leads to violence. Data from the research results and deepening of the BNPT strengthen this phenomenon. In Indonesia, some of the perpetrators of acts of terrorism are still young. They were about 23-27 years old with a lack of religious understanding. Even the movement mode of radical groups targeting young people is mainly concentrated in educational institutions at the junior high school and senior high school levels, even at the university level, such as Islamic spiritual youth group (Rohis). among students. Various kinds of religious upheaval are often related to social change and the things that accompany it, including social unrest, mobility, and conflict. The theme of religious radicalism is undoubtedly not new. However, the author assumed that the composition of radicalism remains essential, and needs to be developed continuously by all generations. The study written in this paper will explore the phenomenon of young people and the behavior of radicalism and intolerance in educational institutions such as Rohis (Intelorance in the Rohis literature) and society in general.Abstrak. Pemuda, radikalisme, dan intoleransi adalah masalah serius yang hingga kini terus berkembang dan menjadi diskursus di Indonesia dan negara-negara lain termasuk di Timur Tengah. Fenomena munculnya gejala radikalisme dan intoleransi di kalangan kaum muda dalam beberapa tahun terakhir ini meningkat. Kecenderungan peningkatan minat kaum muda Islam bergabung dalam organisasi-organisasi atau kelompok-kelompok keagamaan yang terindikasikan intoleran turut mensuplai besarnya peningkatan gejala radikalisme. Gejala yang muncul menjadikan mereka memiliki sikap intoleran dan ekstrimis yang mengarah pada tindakan kekerasan. Data dari hasil penelitian dan pendalaman BNPT memperkuat fenomena tersebut, dewasa ini di negara Indonesia sebagian pelaku aksi terorisme diketahui berusia muda, berada di rentang usia kisaran 23-27 tahun dengan pemahaman keagamaan yang rendah. Bahkan modus pergerakan kelompok radikal dengan sasaran kaum muda banyak  terkonsentrasi di lembaga-lembaga pendidikan tingkat Sekolah Menengah Pertama maupun Sekolah Mengah Atas bahkan sampai ke tingkat perguruan tinggi seperti Rohis, misalnya berdasarkan hasil survei Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian (LaKIP) menunjukan adanya faham konservatisme keagamaan di kalangan Siswa. Berbagai macam pergolakan keagamaan pun sering dijumpai berkaitan dengan perubahan sosial dengan hal-hal yang menyertainya, termasuk di dalamnya keresahan sosial, mobilitas, dan pertikaian. Tema radikalisme paham keagamaan tentu bukan merupakan tema baru, namun demikian penulis berasumsi bahwa tema radikalisme tetap penting dan perlu dikembangkan secara terus-menerus oleh banyak orang atau penulis dari semua generasi. Pada pengkajian yang ditulis dalam makalah ini akan mengeksplor fenomena kaum muda serta perilaku radikalisme dan intoleransi di Lembaga Pendidikan seperti Rohis (Inteloransi dalam literatur Rohis) dan di masyarakat secara umum. ","PeriodicalId":190687,"journal":{"name":"Mimbar Agama Budaya","volume":"43 10 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-03-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Mimbar Agama Budaya","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.15408/mimbar.v38i2.25167","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

Abstract

Abstract. Youth, radicalism, and intolerance are serious problems that continue to develop and become a discourse in Indonesia and other countries, including the Middle East. In recent years, the emergence of symptoms of radicalism and intolerance among young people has increased. The tendency to increase the interest of Muslim youth to join organizations or religious groups that are intolerant also contributes to the significant increase in the symptoms of radicalism. Symptoms that appear make them have an intolerant and extremist attitude that leads to violence. Data from the research results and deepening of the BNPT strengthen this phenomenon. In Indonesia, some of the perpetrators of acts of terrorism are still young. They were about 23-27 years old with a lack of religious understanding. Even the movement mode of radical groups targeting young people is mainly concentrated in educational institutions at the junior high school and senior high school levels, even at the university level, such as Islamic spiritual youth group (Rohis). among students. Various kinds of religious upheaval are often related to social change and the things that accompany it, including social unrest, mobility, and conflict. The theme of religious radicalism is undoubtedly not new. However, the author assumed that the composition of radicalism remains essential, and needs to be developed continuously by all generations. The study written in this paper will explore the phenomenon of young people and the behavior of radicalism and intolerance in educational institutions such as Rohis (Intelorance in the Rohis literature) and society in general.Abstrak. Pemuda, radikalisme, dan intoleransi adalah masalah serius yang hingga kini terus berkembang dan menjadi diskursus di Indonesia dan negara-negara lain termasuk di Timur Tengah. Fenomena munculnya gejala radikalisme dan intoleransi di kalangan kaum muda dalam beberapa tahun terakhir ini meningkat. Kecenderungan peningkatan minat kaum muda Islam bergabung dalam organisasi-organisasi atau kelompok-kelompok keagamaan yang terindikasikan intoleran turut mensuplai besarnya peningkatan gejala radikalisme. Gejala yang muncul menjadikan mereka memiliki sikap intoleran dan ekstrimis yang mengarah pada tindakan kekerasan. Data dari hasil penelitian dan pendalaman BNPT memperkuat fenomena tersebut, dewasa ini di negara Indonesia sebagian pelaku aksi terorisme diketahui berusia muda, berada di rentang usia kisaran 23-27 tahun dengan pemahaman keagamaan yang rendah. Bahkan modus pergerakan kelompok radikal dengan sasaran kaum muda banyak  terkonsentrasi di lembaga-lembaga pendidikan tingkat Sekolah Menengah Pertama maupun Sekolah Mengah Atas bahkan sampai ke tingkat perguruan tinggi seperti Rohis, misalnya berdasarkan hasil survei Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian (LaKIP) menunjukan adanya faham konservatisme keagamaan di kalangan Siswa. Berbagai macam pergolakan keagamaan pun sering dijumpai berkaitan dengan perubahan sosial dengan hal-hal yang menyertainya, termasuk di dalamnya keresahan sosial, mobilitas, dan pertikaian. Tema radikalisme paham keagamaan tentu bukan merupakan tema baru, namun demikian penulis berasumsi bahwa tema radikalisme tetap penting dan perlu dikembangkan secara terus-menerus oleh banyak orang atau penulis dari semua generasi. Pada pengkajian yang ditulis dalam makalah ini akan mengeksplor fenomena kaum muda serta perilaku radikalisme dan intoleransi di Lembaga Pendidikan seperti Rohis (Inteloransi dalam literatur Rohis) dan di masyarakat secara umum. 
印尼年轻人的激进主义伊斯兰精神组织的宗教肖像
摘要在印尼和其他国家,包括中东,年轻人、激进主义和不宽容是持续发展并成为话题的严重问题。近年来,年轻人中出现的激进主义和不容忍现象有所增加。穆斯林青年加入不宽容的组织或宗教团体的兴趣日益增加的趋势,也导致激进主义的症状显著增加。出现的症状使他们产生不宽容和极端主义的态度,从而导致暴力。BNPT的研究成果和深化数据强化了这一现象。在印度尼西亚,一些从事恐怖主义行为的人还很年轻。他们年龄在23-27岁之间,缺乏对宗教的理解。甚至针对年轻人的激进团体的运动方式也主要集中在初中和高中阶段的教育机构,甚至在大学阶段,如伊斯兰精神青年团体(Rohis)。在学生中间。各种各样的宗教动荡往往与社会变革以及随之而来的事情有关,包括社会动荡、流动性和冲突。宗教激进主义的主题无疑并不新鲜。然而,作者认为激进主义的成分仍然是必不可少的,需要各代人不断发展。本文所写的研究将探讨年轻人的现象和激进主义和不宽容的行为在教育机构,如罗希斯(在罗希斯文学中的智慧)和一般社会。极端主义,极端主义,极端主义,极端主义,极端主义,极端主义,极端主义,极端主义,极端主义,极端主义,极端主义,极端主义,极端主义极端主义和不宽容的现象都是极端主义和不宽容的。我的意思是,我的祖国是伊斯兰教,我的祖国是伊斯兰教,我的祖国是伊斯兰教,我的祖国是伊斯兰教。我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是我的意思。数据dari - hail penelitian dan pendalaman BNPT成员的现象tersebut, dewasa ini di negara印度尼西亚sebagian pelaku aksi恐怖主义diketatahui berusia muda, berada di rentang usia kisaran 23-27 tahun dengan pemahaman keagamaan yang rendah。我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说。Berbagai macam pergolakan keagamaan pun sering dijumpai berkaitan dengan perubahan social dengan hal-hal yang menyertainya, termasuk di dalamnya keresahan social, mobilitas, dan pertikaian。这句话的意思是说:“我的祖国,我的祖国,我的祖国,我的祖国,我的祖国,我的祖国。”Pada pengkajian yang ditulis dalam makalah ini akan mengeksplor现象kaum muda serta peraku radikalisme dan Inteloransi dalam literature Rohis) dan di masyarakat secara umum。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 求助全文
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信