{"title":"ANALISIS POTENSI DAN PEMETAAN SEKTOR EKONOMI KREATIF SUBSEKTOR KULINER TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SAMARINDA","authors":"Bramantyo Adi Nugroho","doi":"10.54902/jri.v3i2.56","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi potensi ekonomi kreatif subsektor kuliner di Kota Samarinda dan mengidentifikasi karakteristik dan kreatifitas dengan cara melakukan pemetaan ekonomi kreatif subsektor kuliner di Kota Samarinda. Dalam kajian ini menggunakan metode campuran yaitu Metode Kombinasi Model Concurrent Embedded (Metode Campuran Tidak Berimbang). Lokasi kajian ini di 10 Kecamatan di Kota Samarinda dengan jumlah sampel sebanyak 303 responden. Berdasarkan analisis diperoleh kesimpulan Ruang lingkup ekonomi kreatif subsektor kuliner yang paling banyak ditemui di Kota Samarinda adalah warung makan, depot, restoran dan kafe. Adapun karakter penggiat ekonomi kreatif subsektor kuliner di Kota Samarinda kurang lebih berumur 38 tahun, mayoritas berpendidikan sarjana (S1). Ekonomi kreatif subsektor kuliner di Kota Samarinda belum secara penuh memenuhi semua unsur kreatifitas. Dari lima unsur kreatifitas hanya unsur keterlibatan juru masak profesional dan unsur penggunaan teknologi yang persentasenya diatas 50 persen. Menurut metode SCP, Structure pada ekonomi kreatif subsektor kuliner di Kota Samarinda terlihat dari unsur unit usahanya masih bersifat independent. Conduct pada subsektor ini, terlihat dari unsur penentuan harga yang mayoritas menetapkan sendiri harga (self pricing) tanpa melihat informasi harga pada pesaing/penggiat kuliner lainnya. Selain itu metode pemasaran yang digunakan para penggiat kuliner masih menggunakan Media Sosial, Aplikasi Online dan Mulut ke Mulut (Mouth to Mouth). Performance pada subsektor ini terlihat dari unsur omset dan tenaga kerja yang mayoritas masih berskala usaha kecil. Berdasarkan model perhitungan potensi pajak restoran di Kota Samarinda, diperoleh kesimpulan setiap penambahan 1 jumlah wajib pajak akan meningkatkan realisasi pajak restoran Kota Samarinda sebesar rata-rata Rp15.686.485,00 asumsi ceteris paribus. \n \n ","PeriodicalId":363600,"journal":{"name":"Jurnal Riset Inossa","volume":"132 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-02-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Riset Inossa","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.54902/jri.v3i2.56","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi potensi ekonomi kreatif subsektor kuliner di Kota Samarinda dan mengidentifikasi karakteristik dan kreatifitas dengan cara melakukan pemetaan ekonomi kreatif subsektor kuliner di Kota Samarinda. Dalam kajian ini menggunakan metode campuran yaitu Metode Kombinasi Model Concurrent Embedded (Metode Campuran Tidak Berimbang). Lokasi kajian ini di 10 Kecamatan di Kota Samarinda dengan jumlah sampel sebanyak 303 responden. Berdasarkan analisis diperoleh kesimpulan Ruang lingkup ekonomi kreatif subsektor kuliner yang paling banyak ditemui di Kota Samarinda adalah warung makan, depot, restoran dan kafe. Adapun karakter penggiat ekonomi kreatif subsektor kuliner di Kota Samarinda kurang lebih berumur 38 tahun, mayoritas berpendidikan sarjana (S1). Ekonomi kreatif subsektor kuliner di Kota Samarinda belum secara penuh memenuhi semua unsur kreatifitas. Dari lima unsur kreatifitas hanya unsur keterlibatan juru masak profesional dan unsur penggunaan teknologi yang persentasenya diatas 50 persen. Menurut metode SCP, Structure pada ekonomi kreatif subsektor kuliner di Kota Samarinda terlihat dari unsur unit usahanya masih bersifat independent. Conduct pada subsektor ini, terlihat dari unsur penentuan harga yang mayoritas menetapkan sendiri harga (self pricing) tanpa melihat informasi harga pada pesaing/penggiat kuliner lainnya. Selain itu metode pemasaran yang digunakan para penggiat kuliner masih menggunakan Media Sosial, Aplikasi Online dan Mulut ke Mulut (Mouth to Mouth). Performance pada subsektor ini terlihat dari unsur omset dan tenaga kerja yang mayoritas masih berskala usaha kecil. Berdasarkan model perhitungan potensi pajak restoran di Kota Samarinda, diperoleh kesimpulan setiap penambahan 1 jumlah wajib pajak akan meningkatkan realisasi pajak restoran Kota Samarinda sebesar rata-rata Rp15.686.485,00 asumsi ceteris paribus.