{"title":"LARIANGI DAN IDENTITAS KALEDUPA","authors":"Nur Israfyan Sofian","doi":"10.36709/JB.V1I1.5738","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Tulisan ini mencoba menghadirkan Lariangi sebagai sebuah ritual tradisional masyarakat Kaledupa di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Seiring berjalannya waktu, lariangi ini mengalami pergeseran dari sebuah ritual tradisional menjadi sebuah seni pertunjukan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dengan memahami fungsinya sebagai sebuah representasi komunitas pemiliknya, Lariangi akhirnya bergeser fungsinya setelah melalui negosiasi, (1) masuknya Islam dan mempengaruhi tradisi Hindu yang mulanya ada dalam Lariangi, (2) peralihan bahasa yang terjadi seiring berjalannya waktu dan (3) pergeseran fungsi Lariangi serta peruntukkannya. Representasi ideologis akhirnya bergeser dalam Lariangi dan melahirkan kepaduan baru dalam peralihan kepercayaan masyarakat pemilik Lariangi sejak masa pra-Islam dan setelah hadirnya Islam. Hal ini pun tampak dalam masyarakatnya yang islami tetapi masih ‘menjaga’ tradisi Hindu sebagai satu-satunya jejak yang terdeteksi. Juga karena pengaruh ekspansi Kesultanan yang memiliki bahasa Wolio sebagai lingua franca menghilangkan jejak kehidupan kuno di masyarakat Kaledupa. Pada tahap ini Lariangi tidak dapat lagi menjadi representasi identitas utuh masyarakat Kaledupa.Kata kunci: Lariangi, representasi, identitas","PeriodicalId":321734,"journal":{"name":"Jurnal Bastra (Bahasa dan Sastra)","volume":"45 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2019-02-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Bastra (Bahasa dan Sastra)","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.36709/JB.V1I1.5738","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Tulisan ini mencoba menghadirkan Lariangi sebagai sebuah ritual tradisional masyarakat Kaledupa di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Seiring berjalannya waktu, lariangi ini mengalami pergeseran dari sebuah ritual tradisional menjadi sebuah seni pertunjukan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dengan memahami fungsinya sebagai sebuah representasi komunitas pemiliknya, Lariangi akhirnya bergeser fungsinya setelah melalui negosiasi, (1) masuknya Islam dan mempengaruhi tradisi Hindu yang mulanya ada dalam Lariangi, (2) peralihan bahasa yang terjadi seiring berjalannya waktu dan (3) pergeseran fungsi Lariangi serta peruntukkannya. Representasi ideologis akhirnya bergeser dalam Lariangi dan melahirkan kepaduan baru dalam peralihan kepercayaan masyarakat pemilik Lariangi sejak masa pra-Islam dan setelah hadirnya Islam. Hal ini pun tampak dalam masyarakatnya yang islami tetapi masih ‘menjaga’ tradisi Hindu sebagai satu-satunya jejak yang terdeteksi. Juga karena pengaruh ekspansi Kesultanan yang memiliki bahasa Wolio sebagai lingua franca menghilangkan jejak kehidupan kuno di masyarakat Kaledupa. Pada tahap ini Lariangi tidak dapat lagi menjadi representasi identitas utuh masyarakat Kaledupa.Kata kunci: Lariangi, representasi, identitas