SOEHARTO DAN GERAKAN 30 SEPTEMBER (G30S) DALAM NARASI MEMORI MEDIA BERITA DARING INDONESIA

M. A. Zanynu
{"title":"SOEHARTO DAN GERAKAN 30 SEPTEMBER (G30S) DALAM NARASI MEMORI MEDIA BERITA DARING INDONESIA","authors":"M. A. Zanynu","doi":"10.33376/ik.v4i1.287","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Gerakan 30 September (G30S) merupakan salah satu momen penting dalam sejarah modern Indonesia, keadaan dan orientasi Indonesia menjadi berbeda sebelum dan setelah tahun tersebut. Soeharto sebagai tokoh yang memainkan sejumlah peran strategis di tahun 1965 penting untuk menjadi objek kajian mengingat peristiwa itu yang membawanya selama lebih dari tiga puluh tahun berada di tampuk kekuasaan Indonesia, menggantikan Presiden Sukarno. Selama kurun waktu itu juga, G30S telah menjadi alat propaganda negara. Setelah dua dekade Soeharto tidak berkuasa lagi dan peristiwa ini telah memasuki usia setengah abad, di tahun 2015 sejumlah media berita daring (online) Indonesia mengisahkan kembali peristiwa tersebut. Studi ini berangkat dari premis bahwa besarnya kapasitas ruang di internet dan dukungan pranala (hypertext) pada web, termasuk banyaknya referensi terkait Peristiwa G30S dan pasca-G30S, memungkinkan situs berita menyajikan memori yang lebih lengkap dan beragam. Penelitian ini mempertanyakan: Bagaimana media berita daring Indonesia menarasikan pewarisan memori atas peran Soeharto dan G30S setelah setengah abad berlalu? Dengan menggunakan konsep memori media dari Motti Neiger dkk serta teori Paradigma Naratif Fisher, studi ini menggunakan metode framing dari Pan dan Kosicki untuk menganalisis 27 artikel yang tersebar di enam situs berita Indonesia. Ditemukan bahwa Soeharto ditampilkan dalam dua narasi utama. Pertama, Soeharto sebagai tokoh  militer ‘penyelamat’ yang berhasil menghentikan rencana makar. Kedua, Soeharto sebagai ‘avonturir’ yang  mengetahui rencana makar tersebut dan melakukan segala tindakan untuk menggagalkan serta mengambil keuntungan atasnya. Kedua narasi memori media ini memenuhi kriteria konsistensi internal (dalam teks). Kelemahannya terdapat pada kurangnya ketepatan eksternal saat dikonfirmasi antarteks.  Studi ini menemukan bahwa internet dengan ruang yang nyaris tak terbatas, bukanlah jaminan bagi munculnya narasi memori yang lengkap dan beragam.   ","PeriodicalId":122347,"journal":{"name":"Inter Komunika : Jurnal Komunikasi","volume":"14 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2019-09-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Inter Komunika : Jurnal Komunikasi","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.33376/ik.v4i1.287","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1

Abstract

Gerakan 30 September (G30S) merupakan salah satu momen penting dalam sejarah modern Indonesia, keadaan dan orientasi Indonesia menjadi berbeda sebelum dan setelah tahun tersebut. Soeharto sebagai tokoh yang memainkan sejumlah peran strategis di tahun 1965 penting untuk menjadi objek kajian mengingat peristiwa itu yang membawanya selama lebih dari tiga puluh tahun berada di tampuk kekuasaan Indonesia, menggantikan Presiden Sukarno. Selama kurun waktu itu juga, G30S telah menjadi alat propaganda negara. Setelah dua dekade Soeharto tidak berkuasa lagi dan peristiwa ini telah memasuki usia setengah abad, di tahun 2015 sejumlah media berita daring (online) Indonesia mengisahkan kembali peristiwa tersebut. Studi ini berangkat dari premis bahwa besarnya kapasitas ruang di internet dan dukungan pranala (hypertext) pada web, termasuk banyaknya referensi terkait Peristiwa G30S dan pasca-G30S, memungkinkan situs berita menyajikan memori yang lebih lengkap dan beragam. Penelitian ini mempertanyakan: Bagaimana media berita daring Indonesia menarasikan pewarisan memori atas peran Soeharto dan G30S setelah setengah abad berlalu? Dengan menggunakan konsep memori media dari Motti Neiger dkk serta teori Paradigma Naratif Fisher, studi ini menggunakan metode framing dari Pan dan Kosicki untuk menganalisis 27 artikel yang tersebar di enam situs berita Indonesia. Ditemukan bahwa Soeharto ditampilkan dalam dua narasi utama. Pertama, Soeharto sebagai tokoh  militer ‘penyelamat’ yang berhasil menghentikan rencana makar. Kedua, Soeharto sebagai ‘avonturir’ yang  mengetahui rencana makar tersebut dan melakukan segala tindakan untuk menggagalkan serta mengambil keuntungan atasnya. Kedua narasi memori media ini memenuhi kriteria konsistensi internal (dalam teks). Kelemahannya terdapat pada kurangnya ketepatan eksternal saat dikonfirmasi antarteks.  Studi ini menemukan bahwa internet dengan ruang yang nyaris tak terbatas, bukanlah jaminan bagi munculnya narasi memori yang lengkap dan beragam.   
9月30日的运动(g30)是印尼现代史上的重要时刻之一,印尼在这一年之前和之后的情况和取向都有所不同。苏哈托作为一个人物,在1965年发挥了一些重要的战略作用。在这段时间里,g30一直是国家的宣传工具。在苏哈托(Soeharto)下台20年后,这一事件已经进入了半个世纪,到2015年,一些印尼在线新闻媒体重新叙述了这一事件。这项研究的前提是,互联网的空间容量和网络的pranala支持,包括许多有关G30S事件和g30后事件的参考资料,使新闻网站能够提供更完整和更多样化的记忆。这项研究提出了一个问题:半个世纪后,印尼在线新闻媒体如何描述苏哈托和G30S的作用?利用Motti Neiger等kk的媒体记忆概念和Fisher的叙述性范式理论,这项研究采用了Pan和Kosicki的框架方法来分析散布在6个印尼新闻网站上的27篇文章。发现苏哈托出现在两个主要叙事中。首先,苏哈托作为成功阻止叛乱计划的军事“救世主”。其次,苏哈托(Soeharto)是一名“avontour”,他知道这个叛乱计划,并采取一切行动挫败和利用它。这两种媒体内存叙述都符合内部一致性的标准(在文本中)。唯一的缺点是文本间确认时没有外部精度。这项研究发现,拥有几乎无限空间的互联网并不能保证一个完整而多样化的记忆叙事的出现。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 求助全文
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:604180095
Book学术官方微信