Restorasi Identitas Masyarakat Maluku melalui Pendekatan Berbasis Kearifan Lokal

Sih Natalia Sukmi, C. H. De Fretes, Elly Esra Kudubun, Roberto Octavianus Cornelis Seba, Ferdy Karel Soukotta
{"title":"Restorasi Identitas Masyarakat Maluku melalui Pendekatan Berbasis Kearifan Lokal","authors":"Sih Natalia Sukmi, C. H. De Fretes, Elly Esra Kudubun, Roberto Octavianus Cornelis Seba, Ferdy Karel Soukotta","doi":"10.52483/ijsed.v5i1.97","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Abstrak \nGlobalisasi dan postmodernitas menawarkan konsep berpikir dan praktek yang berimbas pada cara hidup masyarakat secara berbeda. Euforia gelombang budaya Korea dan Jepang, sedikit menggeser budaya barat (dewesterinisasi) yang telah mengkooptasi budaya anak muda di Indonesia, menjadi salah satu bukti bagaimana kontestasi kepentingan terjadi pula dalam era kini. Terlebih ketika isu ini kemudian melekat dengan persoalan pergeseran identitas anak muda, pun yang terjadi di Maluku, dimana lokus penelitian ini akan dilakukan. Dalam kondisi tersebut, berbagai gerakan diinisiasi oleh beberapa kelompok untuk mempertahankan identitas subkultur yang dimiliki. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk (a) mendeskripsikan identitas kultural yang dipahami penggiat seni di Maluku; (b) menjelaskan upaya restorasi identitas subkultur masyarakat Maluku dilakukan oleh para penggiat seni; dan (c) mendeskripsikan tantangan yang dihadapi dalam restorasi tersebut. Penelitian akan dilakukan menggunakan metode kualitatif melalui Focus Group Discussion (FGD), wawancara mendalam terhadap 6 orang seniman Maluku, observasi, serta menggunakan proses analisis yang diperkuat dengan dokumen-dokumen karya yang mereka ciptakan. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa penggiat seni di Maluku memandang identitas kultural merupakan kekhasan budaya Maluku yang bersifat statis dan harus dipertahankan. Upaya restorasi mereka lakukan menggunakan medium karya seni berupa musik (baik lirik maupun instrument) dan karya foto dan audio visual. Tantangan penggiat seni di Maluku adalah rendahnya penerimaan masyarakat lokal terhadap karya seni berbasis identitas lokal dan keberlangsungan pelaku sendiri dalam mempertahankan ideologi mereka terhadap eksistensi budaya lokal. \n  \nKata kunci: Restorasi, identitas, Maluku, sustainabilitas \n  \nAbstract \nGlobalization and postmodern society have provided a way of thinking and pragmatism aspect that yields diverse impacts. The euphoria of Korea and Japan's cultural wave has shaped the de-westernization that has coopted Indonesian youth. The issue influenced by identity shifting includes the youth of Molluca where this research is conducted. This condition ignited several community groups to preserve their subculture. According to the above background, this study aims to (a) describe the cultural identity of Mollucan artists, (b) describe the challenges in the culture restoration process, and (c) explain the restoration efforts to preserve Mollucan subculture identity by the Mollucan artist. The research used a qualitative method which conducted Focus Group Discussion (FGD) and in-depth-interview with 6 Mollucan artists and observation. In the analysis process, we strengthened the secondary data including their artworks. The results conclude that Mollucan artists perceive that cultural identity is Molucca cultural peculiarities that tend to be static and need to be maintained. They have undertaken cultural restoration through artwork, such as music (lyrics and instruments), photos, and audio-visual. Their challenges are local people's rejection of art based on local identity and the sustainability of artist livelihood in the art ecosystem to keep their ideology of local culture. \n  \nKeywords: Restoration, identity, Molluca, sustainability","PeriodicalId":360116,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Sociology, Education, and Development","volume":"96 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Indonesian Journal of Sociology, Education, and Development","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.52483/ijsed.v5i1.97","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

Abstract

Abstrak Globalisasi dan postmodernitas menawarkan konsep berpikir dan praktek yang berimbas pada cara hidup masyarakat secara berbeda. Euforia gelombang budaya Korea dan Jepang, sedikit menggeser budaya barat (dewesterinisasi) yang telah mengkooptasi budaya anak muda di Indonesia, menjadi salah satu bukti bagaimana kontestasi kepentingan terjadi pula dalam era kini. Terlebih ketika isu ini kemudian melekat dengan persoalan pergeseran identitas anak muda, pun yang terjadi di Maluku, dimana lokus penelitian ini akan dilakukan. Dalam kondisi tersebut, berbagai gerakan diinisiasi oleh beberapa kelompok untuk mempertahankan identitas subkultur yang dimiliki. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk (a) mendeskripsikan identitas kultural yang dipahami penggiat seni di Maluku; (b) menjelaskan upaya restorasi identitas subkultur masyarakat Maluku dilakukan oleh para penggiat seni; dan (c) mendeskripsikan tantangan yang dihadapi dalam restorasi tersebut. Penelitian akan dilakukan menggunakan metode kualitatif melalui Focus Group Discussion (FGD), wawancara mendalam terhadap 6 orang seniman Maluku, observasi, serta menggunakan proses analisis yang diperkuat dengan dokumen-dokumen karya yang mereka ciptakan. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa penggiat seni di Maluku memandang identitas kultural merupakan kekhasan budaya Maluku yang bersifat statis dan harus dipertahankan. Upaya restorasi mereka lakukan menggunakan medium karya seni berupa musik (baik lirik maupun instrument) dan karya foto dan audio visual. Tantangan penggiat seni di Maluku adalah rendahnya penerimaan masyarakat lokal terhadap karya seni berbasis identitas lokal dan keberlangsungan pelaku sendiri dalam mempertahankan ideologi mereka terhadap eksistensi budaya lokal.   Kata kunci: Restorasi, identitas, Maluku, sustainabilitas   Abstract Globalization and postmodern society have provided a way of thinking and pragmatism aspect that yields diverse impacts. The euphoria of Korea and Japan's cultural wave has shaped the de-westernization that has coopted Indonesian youth. The issue influenced by identity shifting includes the youth of Molluca where this research is conducted. This condition ignited several community groups to preserve their subculture. According to the above background, this study aims to (a) describe the cultural identity of Mollucan artists, (b) describe the challenges in the culture restoration process, and (c) explain the restoration efforts to preserve Mollucan subculture identity by the Mollucan artist. The research used a qualitative method which conducted Focus Group Discussion (FGD) and in-depth-interview with 6 Mollucan artists and observation. In the analysis process, we strengthened the secondary data including their artworks. The results conclude that Mollucan artists perceive that cultural identity is Molucca cultural peculiarities that tend to be static and need to be maintained. They have undertaken cultural restoration through artwork, such as music (lyrics and instruments), photos, and audio-visual. Their challenges are local people's rejection of art based on local identity and the sustainability of artist livelihood in the art ecosystem to keep their ideology of local culture.   Keywords: Restoration, identity, Molluca, sustainability
通过当地基于审慎的方法恢复我的耻辱社会的身份
抽象的全球化和后现代主义提供了影响社会生活方式的思想和实践的概念。韩国和日本文化的欣快程度稍为改变了印尼青年文化的西方文化,这证明了在这个时代,利益竞争是如何发生的。尤其是当这个问题与年轻人身份的转变有关时,马鲁库发生了变化,该研究将在那里进行。在这种情况下,为了维护自己的亚文化身份,一些团体发起了各种运动。根据这些背景,这项研究的目的是(a)描述马鲁库艺术加盟者所理解的文化认同;(b)解释艺术家们在马卢库亚文化修复方面所做的努力;(c)描述修复过程中面临的挑战。该研究将通过焦点小组讨论(FGD)进行定性方法,对6名羞愧艺术家进行深入采访,观察,并使用他们创作的文献强化的分析过程。这些研究结果得出结论,森林管理艺术在马鲁古认为是耻辱的静态的文化特性和文化身份必须保留。努力恢复他们做音乐的艺术品(无论是歌词还是媒介工具)和视觉作品照片和音频。森林管理艺术在马鲁古的挑战是缺乏接受当地对艺术基于身份的当地社区和可持续性罪犯中维持他们的意识形态对当地文化的存在。关键词:恢复、身份、马卢加、支持、全球化和后现代社会提供了一种思维和实用主义方面的方法,这种观点非常分化。韩国和日本文化浪潮的欣快风貌塑造了印尼青年的衰落西部。这个研究受托的地方包括摩尔多瓦的青年。这种情况使几个社区迅速发展,以保护他们的文化。根据上面的背景,这些研究对(a)描述了莫尔卢坎艺术家的文化身份,(b)描述了文化修复过程中的挑战,(c)描述了利用莫尔卢坎艺术家的身份的重建努力。研究使用了一种对焦小组讨论的有资格的方法,并接受了6个摩尔人与观察人士的采访。在分析过程中,我们加强了他们的科学数据。代表们意识到,这些文化本质是一种文化模式,它们往往是静止的,需要保留的。他们通过艺术来了解文化修复,比如音乐、照片和视听。他们的挑战是当地居民基于当地身份和生态系统的艺术邀请,以保持当地文化的意识。恢复,身份,Molluca,可持续发展
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 求助全文
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信