Transformasi Bangunan Berdasarkan Aktifitas dan Kebutuhan Pengguna Pada Rumah Tradisional Aceh [Studi Kasus: Desa Barat Lanyan Kecamatan Jangka, Bireuen]
{"title":"Transformasi Bangunan Berdasarkan Aktifitas dan Kebutuhan Pengguna Pada Rumah Tradisional Aceh [Studi Kasus: Desa Barat Lanyan Kecamatan Jangka, Bireuen]","authors":"Fatjraini Fatjraini, Rinaldi Mirsa, Nurhaiza Nurhaiza","doi":"10.51179/rkt.v7i2.2030","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Penelitian ini berupaya menemukan dan mengidentifikasi keberlanjutan arsitektur rumoh Aceh pada perkembangan rumah tinggal Di kabupaten Bireun, aceh dalam kurun waktu 1980-2016, serta faktor yang mempengaruhinya. Keberlanjutan dikaji melalui massa dan artikulasi, detail arsitektur, bukaan, material, prinsip susunan fasade, serta nilai sosiokulturalnya. Observasi langsung pada rumah-rumah tinggal dilakukan dengan mengambil Kecamatan Jangka,bireun sebagai kawasan studi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif-deskriptif karena memaparkan dan mendeskripsikan sesuatu seperti apa adanya secara mendalam. Wawancara terhadap narasumber yang terdiri dari pemilik rumah dan narasumber yang telah tinggal di Gampong Barat Lanyan selama lebih dari 50 tahun juga dilakukan untuk mengumpulkan persepsi dan opini dalam menemukan faktor yang mempengaruhi keberlanjutan komponen arsitektur rumoh Aceh pada rumah tinggal. Dari penelitian yang telah dilakukan ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar komponen mengalami keberlanjutan (diatas 50%), yang berupa keberlanjutan prinsip dan bentuk. Arsitektur rumoh Aceh yang mengalami keberlanjutan pada rumah tinggal dari tahun 1980 hingga saat ini diantaranya: artikulasi bidang, bukaan dan posisi jendela, material kayu pada kusen, sistem atap (pelana), pengulangan (bentuk dasar jendela), orientasi bangunan, nilai sosiokultural (adanya seuramoe Keu (dalam bentuk ruang tamu), seuramoe likeut (dalam bentuk ruang keluarga dan berdekatan dengan dapur), dan kamar khusus anak perempuan), serta ornamen (hanya motif flora, motif geometris, dan motif benda khas Aceh). Faktor yang berpengaruh terhadap keberlanjutan komponen-komponen arsitektur tradisional Aceh adalah kesesuaian terhadap syariat agama Islam dan kesesuaian terhadap budaya masyarakat Aceh sendiri. Keberlanjutan terjadi sejauh elemen arsitektur tersebut masih mendukung kehidupan secara kultural, estetika, dan klimatika. Faktor lainnya yang cukup berperan adalah kemampuan finansial.","PeriodicalId":249630,"journal":{"name":"Jurnal Rekayasa Teknik dan Teknologi","volume":"173 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Rekayasa Teknik dan Teknologi","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.51179/rkt.v7i2.2030","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Penelitian ini berupaya menemukan dan mengidentifikasi keberlanjutan arsitektur rumoh Aceh pada perkembangan rumah tinggal Di kabupaten Bireun, aceh dalam kurun waktu 1980-2016, serta faktor yang mempengaruhinya. Keberlanjutan dikaji melalui massa dan artikulasi, detail arsitektur, bukaan, material, prinsip susunan fasade, serta nilai sosiokulturalnya. Observasi langsung pada rumah-rumah tinggal dilakukan dengan mengambil Kecamatan Jangka,bireun sebagai kawasan studi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif-deskriptif karena memaparkan dan mendeskripsikan sesuatu seperti apa adanya secara mendalam. Wawancara terhadap narasumber yang terdiri dari pemilik rumah dan narasumber yang telah tinggal di Gampong Barat Lanyan selama lebih dari 50 tahun juga dilakukan untuk mengumpulkan persepsi dan opini dalam menemukan faktor yang mempengaruhi keberlanjutan komponen arsitektur rumoh Aceh pada rumah tinggal. Dari penelitian yang telah dilakukan ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar komponen mengalami keberlanjutan (diatas 50%), yang berupa keberlanjutan prinsip dan bentuk. Arsitektur rumoh Aceh yang mengalami keberlanjutan pada rumah tinggal dari tahun 1980 hingga saat ini diantaranya: artikulasi bidang, bukaan dan posisi jendela, material kayu pada kusen, sistem atap (pelana), pengulangan (bentuk dasar jendela), orientasi bangunan, nilai sosiokultural (adanya seuramoe Keu (dalam bentuk ruang tamu), seuramoe likeut (dalam bentuk ruang keluarga dan berdekatan dengan dapur), dan kamar khusus anak perempuan), serta ornamen (hanya motif flora, motif geometris, dan motif benda khas Aceh). Faktor yang berpengaruh terhadap keberlanjutan komponen-komponen arsitektur tradisional Aceh adalah kesesuaian terhadap syariat agama Islam dan kesesuaian terhadap budaya masyarakat Aceh sendiri. Keberlanjutan terjadi sejauh elemen arsitektur tersebut masih mendukung kehidupan secara kultural, estetika, dan klimatika. Faktor lainnya yang cukup berperan adalah kemampuan finansial.