{"title":"Perancangan Video Informasi “Lengger Lanang” dengan Teknik Animasi Motion Graphic untuk Kalangan Remaja Usia 17-22 Tahun","authors":"Nadya Nadya, Lia Nyta","doi":"10.33633/andharupa.v9i02.7023","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"AbstrakLengger Lanang merupakan seni tari yang berasal dari Kabupaten Banyumas dan sering digunakan untuk kesenian sakral karena dianggap masyarakat setempat memiliki nilai religi dan spiritual sebagai representasi rasa syukur kepada Dewi Sri atas kesuburan tanah dan kelimpahan panen. Seiring perkembangan waktu, tarian Lengger Lanang semakin mendapatkan stigma negatif dari masyarakat setempat hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat khususnya remaja akan nilai seni dan budaya daerah dalam hal ini tarian Lengger Lanang dan juga kurangnya media informasi mengenai tarian Lengger Lanang. Dari hal tersebut, dibutuhkan media informasi yang dapat membuka stigma negatif masyarakat terutama kalangan remaja usia 17-22 tahun sehingga kesenian ini dapat dihargai dan dilestarikan. Metodologi penelitian yang digunakan adalah dengan pendekatan kualitatif deskriptif serta menggunakan teknik pengumpulan data seperti kepustakaan, wawancara, observasi dan survei dengan menitikberatkan pada teori ikonografi sebagai bentuk dan penggambaran visualisasi dengan narasi cerita serta teori animasi motion graphic sebagai teknik pengolahan media animasi. Hasilnya perancangan animasi motion graphic tari Lengger Lanang dapat dijadikan sebagai media informasi sekaligus menjadi materi edukasi yang memberikan pandangan positif terhadap tari Lengger Lanang sebagai salah satu tarian yang perlu di lestarikan dan nilai-nilai positif yang ada di dalamnya. Kata Kunci: Lengger Lanang, motion graphic, video informasi, tari AbstractLengger Lanang is a dance originating from Banyumas Regency. It is often used for sacred arts because the local community considers it to have religious and spiritual values as a representation of gratitude to Dewi Sri for the fertility of the land and an abundance of harvests. Over time, the Lengger Lanang dance has increasingly received a negative stigma from the local community, and this is due to the lack of knowledge of the community, especially teenagers, about regional artistic and cultural values; in this case, the Lengger Lanang dance, and also the lack of information media about the Lengger Lanang dance. From this, information media is needed to open up the negative stigma of society, especially among youth aged 17-22 years, so that this art can be appreciated and preserved. The research methodology used is a descriptive qualitative approach. It uses data collection techniques such as literature, interviews, observation, and surveys, emphasizing iconography theory as a form and depiction of visualization with story narration and motion graphic animation theory as an animation media processing technique. The result is that the motion graphic animation of the Lengger Lanang dance can be used as an information medium as well as educational material that gives a positive view of the Lengger Lanang dance as a dance that needs to be preserved and the positive values in it. Keywords: dance, information video, Lengger Lanang, motion graphic","PeriodicalId":127884,"journal":{"name":"ANDHARUPA: Jurnal Desain Komunikasi Visual & Multimedia","volume":"38 4 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-06-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"ANDHARUPA: Jurnal Desain Komunikasi Visual & Multimedia","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.33633/andharupa.v9i02.7023","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
AbstrakLengger Lanang merupakan seni tari yang berasal dari Kabupaten Banyumas dan sering digunakan untuk kesenian sakral karena dianggap masyarakat setempat memiliki nilai religi dan spiritual sebagai representasi rasa syukur kepada Dewi Sri atas kesuburan tanah dan kelimpahan panen. Seiring perkembangan waktu, tarian Lengger Lanang semakin mendapatkan stigma negatif dari masyarakat setempat hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat khususnya remaja akan nilai seni dan budaya daerah dalam hal ini tarian Lengger Lanang dan juga kurangnya media informasi mengenai tarian Lengger Lanang. Dari hal tersebut, dibutuhkan media informasi yang dapat membuka stigma negatif masyarakat terutama kalangan remaja usia 17-22 tahun sehingga kesenian ini dapat dihargai dan dilestarikan. Metodologi penelitian yang digunakan adalah dengan pendekatan kualitatif deskriptif serta menggunakan teknik pengumpulan data seperti kepustakaan, wawancara, observasi dan survei dengan menitikberatkan pada teori ikonografi sebagai bentuk dan penggambaran visualisasi dengan narasi cerita serta teori animasi motion graphic sebagai teknik pengolahan media animasi. Hasilnya perancangan animasi motion graphic tari Lengger Lanang dapat dijadikan sebagai media informasi sekaligus menjadi materi edukasi yang memberikan pandangan positif terhadap tari Lengger Lanang sebagai salah satu tarian yang perlu di lestarikan dan nilai-nilai positif yang ada di dalamnya. Kata Kunci: Lengger Lanang, motion graphic, video informasi, tari AbstractLengger Lanang is a dance originating from Banyumas Regency. It is often used for sacred arts because the local community considers it to have religious and spiritual values as a representation of gratitude to Dewi Sri for the fertility of the land and an abundance of harvests. Over time, the Lengger Lanang dance has increasingly received a negative stigma from the local community, and this is due to the lack of knowledge of the community, especially teenagers, about regional artistic and cultural values; in this case, the Lengger Lanang dance, and also the lack of information media about the Lengger Lanang dance. From this, information media is needed to open up the negative stigma of society, especially among youth aged 17-22 years, so that this art can be appreciated and preserved. The research methodology used is a descriptive qualitative approach. It uses data collection techniques such as literature, interviews, observation, and surveys, emphasizing iconography theory as a form and depiction of visualization with story narration and motion graphic animation theory as an animation media processing technique. The result is that the motion graphic animation of the Lengger Lanang dance can be used as an information medium as well as educational material that gives a positive view of the Lengger Lanang dance as a dance that needs to be preserved and the positive values in it. Keywords: dance, information video, Lengger Lanang, motion graphic