Pengembangan pendidikan karakter dan budaya bangsa berwawasan kearifan lokal

JURNAL WIDYA Pub Date : 2021-09-11 DOI:10.54593/awl.v1i2.3
James Ronald Tambunan
{"title":"Pengembangan pendidikan karakter dan budaya bangsa berwawasan kearifan lokal","authors":"James Ronald Tambunan","doi":"10.54593/awl.v1i2.3","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Dunia pendidikan saat ini masih menampung banyak masalah. Program pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan belum menampakkan hasil seperti yang diharapkan. Jumlah anak usia pendidikan dasar yang berada di luar sistem pendidikan nasional masih sangat besar. Kualitas pendidikan pun masih relatif rendah. Sumberdaya manusia yang berkarakter sebagaimana diungkapkan di atas dapat dicapai melalui pendidikan yang berorientasi pada pembentukan jiwa entrepreneurship, yaitu jiwa keberanian dan ke-mauan menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar, jiwa kreatif untuk mencari solusi dan mengatasi problema tersebut, dan jiwa mandiri dan tidak ber-gantung pada orang lain. Salah satu jiwa entrepreneurship yang perlu dikembangkan melalui pendidikan adalah karakter yang bersumber dari budaya bangsa. Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber dari nilai moral universal (bersifat absolut) yang disebut sebagai kaidah emas (the golden rule). Pendidikan karakter dapat memiliki tujuan yang pasti apabila berpijak dari nilai-nilai karakter dasar sebagaimana diungkapkan di atas. Penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah harus ber-pijak pada nilai-nilai karakter dasar, yang selanjutnya dikembangkan menjadi nilai-nilai yang lebih banyak atau lebih tinggi (yang bersifat tidak absolut atau bersifat relatif) sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan lingkungan sekolah itu sendiri (Sudrajad, 2010). Pembentukan karakter dimulai dari keinginan untuk mengetahui serta melakukan hal yang baik agar tercipta kebiasaan, baik dihati, pikiran, maupun perilaku. Dalam membentuk karakter positif, peserta didik perlu mengetahui alasan mengapa berbuat baik, merasakan hal yang baik, dan melakukan hal yang baik. Perlunya lingkungan belajar yang positif dan peduli yang ditandai dengan penuh kasih sayang, penuh dengan kepedulian, kompetensi guru dan staf sekolah yang memberikan inspirasi dan bebas dari berbagai bentuk tindak kekerasan, serta pendidikan yang inklusif.","PeriodicalId":230982,"journal":{"name":"JURNAL WIDYA","volume":"175 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-09-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"5","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"JURNAL WIDYA","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.54593/awl.v1i2.3","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 5

Abstract

Dunia pendidikan saat ini masih menampung banyak masalah. Program pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan belum menampakkan hasil seperti yang diharapkan. Jumlah anak usia pendidikan dasar yang berada di luar sistem pendidikan nasional masih sangat besar. Kualitas pendidikan pun masih relatif rendah. Sumberdaya manusia yang berkarakter sebagaimana diungkapkan di atas dapat dicapai melalui pendidikan yang berorientasi pada pembentukan jiwa entrepreneurship, yaitu jiwa keberanian dan ke-mauan menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar, jiwa kreatif untuk mencari solusi dan mengatasi problema tersebut, dan jiwa mandiri dan tidak ber-gantung pada orang lain. Salah satu jiwa entrepreneurship yang perlu dikembangkan melalui pendidikan adalah karakter yang bersumber dari budaya bangsa. Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber dari nilai moral universal (bersifat absolut) yang disebut sebagai kaidah emas (the golden rule). Pendidikan karakter dapat memiliki tujuan yang pasti apabila berpijak dari nilai-nilai karakter dasar sebagaimana diungkapkan di atas. Penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah harus ber-pijak pada nilai-nilai karakter dasar, yang selanjutnya dikembangkan menjadi nilai-nilai yang lebih banyak atau lebih tinggi (yang bersifat tidak absolut atau bersifat relatif) sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan lingkungan sekolah itu sendiri (Sudrajad, 2010). Pembentukan karakter dimulai dari keinginan untuk mengetahui serta melakukan hal yang baik agar tercipta kebiasaan, baik dihati, pikiran, maupun perilaku. Dalam membentuk karakter positif, peserta didik perlu mengetahui alasan mengapa berbuat baik, merasakan hal yang baik, dan melakukan hal yang baik. Perlunya lingkungan belajar yang positif dan peduli yang ditandai dengan penuh kasih sayang, penuh dengan kepedulian, kompetensi guru dan staf sekolah yang memberikan inspirasi dan bebas dari berbagai bentuk tindak kekerasan, serta pendidikan yang inklusif.
民族文化教育发展对地方智慧的洞察
当今的教育领域仍然存在许多问题。教育质量建设计划尚未如预期的那样取得成果。在国家教育体系之外接受基础教育的儿童数量仍然很高。教育质量也相对较低。如前所述,人类具有人格特征的资源可以通过以形成灵魂为导向的教育来实现,即勇气的精神和对自然和生活的问题的渴望,有创造力的精神去寻找解决和解决问题的方法,以及独立的、不依赖他人的精神。需要通过教育培养的企业家精神之一是民族文化的特点。基于基本人性的教育,其根源于所谓的黄金法则的普遍(绝对的)道德价值观。人格教育可以基于上述基本人格价值,从而具有明确的目的。学校的品格教育必须以基本的品格价值为基础,从而在学校本身的需要、条件和环境中发展到更高或更高的价值(非绝对或相对的)(Sudrajad, 2010年)。塑造性格从对事物的渴望开始,知道并做正确的事情,以便养成习惯,无论是心灵的,思想的,还是行为的。在形成积极的性格中,学习者需要知道为什么做好事,感觉良好,做正确的事情。一个积极的学习环境的必要性和关心他人的特点是非深情,充满关怀,学校的老师和工作人员的能力提供了灵感和自由的各种形式的暴力,以及包容性的教育。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 求助全文
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信