{"title":"IDENTIFIKASI PROPAGANDA ORGANISASI PAPUA MERDEKA: UPAYA PREVENTIF DISINTEGRASI BANGSA","authors":"Ali Kusno, Sailal Arimi, M. H. Wahidiyas","doi":"10.33172/jpbh.v12i1.1537","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Aksi teror masih terus dilakukan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) dengan cara pembakaran fasilitas umum dan beberapa aksi pembunuhan. Selain itu, upaya disintegrasi bangsa juga dilakukan melalui propaganda di media sosial. Apabila aksi-aksi tersebut tidak segera diatasi akan menjadi ancaman disintegrasi Papua dari Indonesia. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi beragam propaganda Papua Merdeka. Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis wacana kritis. Data yang digunakan berupa unggahan di media sosial Facebook milik KKB Papua maupun simpatisan. Hasil penelitian menunjukkan pada tataran tekstual adanya beragam propaganda, seperti Tentara Nasional Indonesia (TNI)-Kepolisian Republik Indonesia (Polri) dianggap melakukan operasi secara terbuka, membentuk milisi, menyiksa rakyat Papua, kekerasan terhadap warga sipil, dan meneror tempat ibadah. Masyarakat Indonesia non-Papua dianggap melabeli masyarakat Papua dengan kata ‘monyet’/’gorila’. Mahasiswa Papua di daerah ditindas. Kemerdekaan dianggap sebagai petunjuk Tuhan untuk membebaskan diri dari kolonialisme Indonesia. Upaya memerdekakan diri dengan membuat Undang-Undang Dasar (UUD) sementara, menolak produk hukum Indonesia. Perlunya desakan dan tuntutan referendum dan penghentian otonomi khusus. Praktik wacana level meso menunjukkan bahwa unggahan diproduksi secara pribadi oleh masing-masing pemilik akun. Pada tataran makro menunjukkan adanya kecemburuan sosial ekonomi terhadap para pendatang dan sentimen keagamaan. Teknik propaganda yang dominan digunakan KKB adalah card stacking, yakni menyajikan informasi yang tidak berdasar dan memutarbalikkan fakta dengan menyudutkan pemerintah Indonesia. Teknik name calling dengan menstereotipe negatif segala hal tentang Indonesia. Penggunaan teknik glittering generalities dan bandwagon dengan menebarkan janji manis dan keyakinan tentang referendum dan kemerdekaan. Propaganda tersebut akan diterima begitu saja apabila tidak dilakukan kontra propaganda dengan memberikan informasi yang benar dan dapat dipercaya masyarakat Papua. Untuk itu pentingya memberikan edukasi dan penanaman rasa memiliki Indonesia sebagai kunci melawan aksi propaganda dan sparatisme yang dilakukan KKB Papua Merdeka bagi masyarakat indonesia khususnya masyarakat papua.","PeriodicalId":184632,"journal":{"name":"Jurnal Pertahanan & Bela Negara","volume":"99 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Pertahanan & Bela Negara","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.33172/jpbh.v12i1.1537","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Abstract
Aksi teror masih terus dilakukan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) dengan cara pembakaran fasilitas umum dan beberapa aksi pembunuhan. Selain itu, upaya disintegrasi bangsa juga dilakukan melalui propaganda di media sosial. Apabila aksi-aksi tersebut tidak segera diatasi akan menjadi ancaman disintegrasi Papua dari Indonesia. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi beragam propaganda Papua Merdeka. Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis wacana kritis. Data yang digunakan berupa unggahan di media sosial Facebook milik KKB Papua maupun simpatisan. Hasil penelitian menunjukkan pada tataran tekstual adanya beragam propaganda, seperti Tentara Nasional Indonesia (TNI)-Kepolisian Republik Indonesia (Polri) dianggap melakukan operasi secara terbuka, membentuk milisi, menyiksa rakyat Papua, kekerasan terhadap warga sipil, dan meneror tempat ibadah. Masyarakat Indonesia non-Papua dianggap melabeli masyarakat Papua dengan kata ‘monyet’/’gorila’. Mahasiswa Papua di daerah ditindas. Kemerdekaan dianggap sebagai petunjuk Tuhan untuk membebaskan diri dari kolonialisme Indonesia. Upaya memerdekakan diri dengan membuat Undang-Undang Dasar (UUD) sementara, menolak produk hukum Indonesia. Perlunya desakan dan tuntutan referendum dan penghentian otonomi khusus. Praktik wacana level meso menunjukkan bahwa unggahan diproduksi secara pribadi oleh masing-masing pemilik akun. Pada tataran makro menunjukkan adanya kecemburuan sosial ekonomi terhadap para pendatang dan sentimen keagamaan. Teknik propaganda yang dominan digunakan KKB adalah card stacking, yakni menyajikan informasi yang tidak berdasar dan memutarbalikkan fakta dengan menyudutkan pemerintah Indonesia. Teknik name calling dengan menstereotipe negatif segala hal tentang Indonesia. Penggunaan teknik glittering generalities dan bandwagon dengan menebarkan janji manis dan keyakinan tentang referendum dan kemerdekaan. Propaganda tersebut akan diterima begitu saja apabila tidak dilakukan kontra propaganda dengan memberikan informasi yang benar dan dapat dipercaya masyarakat Papua. Untuk itu pentingya memberikan edukasi dan penanaman rasa memiliki Indonesia sebagai kunci melawan aksi propaganda dan sparatisme yang dilakukan KKB Papua Merdeka bagi masyarakat indonesia khususnya masyarakat papua.