Bui Ibara Lagat Bagatta Samba Musara Lek Sita Kasimaeruk: Integrasi Sosial Beda Agama pada Masyarakat Mentawai

Ayu Puspita Indah Sari, Erda Fitriani
{"title":"Bui Ibara Lagat Bagatta Samba Musara Lek Sita Kasimaeruk: Integrasi Sosial Beda Agama pada Masyarakat Mentawai","authors":"Ayu Puspita Indah Sari, Erda Fitriani","doi":"10.24036/csjar.v2i4.77","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan dan mendeskripsikan penyebab masyarakat Mentawai mampu hidup rukun, walaupun di dalam satu keluarga ada perbedaan agama di Desa Mongan Poula Kecamatan Siberut Utara, Kepulauan Mentawai. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian Etnografi. Teknik pemilihan informan penelitian ini yaitu Purposive Sampling (Sampel bertujuan). Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi partisipasi, wawancara mendalam, dan studi dokumen. Teknik analisis data dengan model analisis etnografi dari James Spradley. Data dianalisis melalui Teori Konflik Gluckman yang menyatakan bahwa antara konflik, moral, kepercayaan, agama atau ritual, dan mengatakan bahwa aspek-aspek kebudayaan inilah yang saling terjalin sehingga konflik yang terjadi dalam masyarakat tidak sampai menghancurkan sistem sosial. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh informasi bahwa yang menjadi faktor utama masyarakat Mentawai khususnya Desa Mongan Poula mampu hidup rukun atau hidup bersama karena adanya nilai adat istiadat yang mengajarkan mereka sejak kecil hingga sekarang, seperti nilai Sitangiangalau dan nilai Pagetsabbau. Kedua nilai tersebut menjadi pemersatu antara roh-roh manusia dengan roh gaib yang menjalin kebersamaan mereka selalu hidup bersama. Nilai adat istiadat tersebut sangat makna bagi masyarakat Mentawai yaitu selalu hidup berdampingan dengan sesama mereka. Filosofi dari Simakerek bagatta, Puaranan Simaeruk dan Bui Ibara Laggat Bagtta Samba Musara Lek Sita Kasimaeruk memiliki makna integrasi sosial antara beda agama di Desa Mongan Poula. Nilai adat ini sangat kuat sekali tertanam dalam masyarakat Mentawai karena mereka menghargai masing-masing orang termasuk orang berbeda agama dan menghindari konflik. konflik yang ada di masyarakat dapat diselesaikan oleh tokoh adat yang disebut dengan pabalai.","PeriodicalId":257549,"journal":{"name":"Culture & Society: Journal Of Anthropological Research","volume":"57 3 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-06-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Culture & Society: Journal Of Anthropological Research","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.24036/csjar.v2i4.77","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan dan mendeskripsikan penyebab masyarakat Mentawai mampu hidup rukun, walaupun di dalam satu keluarga ada perbedaan agama di Desa Mongan Poula Kecamatan Siberut Utara, Kepulauan Mentawai. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian Etnografi. Teknik pemilihan informan penelitian ini yaitu Purposive Sampling (Sampel bertujuan). Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi partisipasi, wawancara mendalam, dan studi dokumen. Teknik analisis data dengan model analisis etnografi dari James Spradley. Data dianalisis melalui Teori Konflik Gluckman yang menyatakan bahwa antara konflik, moral, kepercayaan, agama atau ritual, dan mengatakan bahwa aspek-aspek kebudayaan inilah yang saling terjalin sehingga konflik yang terjadi dalam masyarakat tidak sampai menghancurkan sistem sosial. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh informasi bahwa yang menjadi faktor utama masyarakat Mentawai khususnya Desa Mongan Poula mampu hidup rukun atau hidup bersama karena adanya nilai adat istiadat yang mengajarkan mereka sejak kecil hingga sekarang, seperti nilai Sitangiangalau dan nilai Pagetsabbau. Kedua nilai tersebut menjadi pemersatu antara roh-roh manusia dengan roh gaib yang menjalin kebersamaan mereka selalu hidup bersama. Nilai adat istiadat tersebut sangat makna bagi masyarakat Mentawai yaitu selalu hidup berdampingan dengan sesama mereka. Filosofi dari Simakerek bagatta, Puaranan Simaeruk dan Bui Ibara Laggat Bagtta Samba Musara Lek Sita Kasimaeruk memiliki makna integrasi sosial antara beda agama di Desa Mongan Poula. Nilai adat ini sangat kuat sekali tertanam dalam masyarakat Mentawai karena mereka menghargai masing-masing orang termasuk orang berbeda agama dan menghindari konflik. konflik yang ada di masyarakat dapat diselesaikan oleh tokoh adat yang disebut dengan pabalai.
这项研究的目的是解释和描述人们和平共处的原因,尽管在北苏门答腊岛mungpoula seberut村的一个家庭存在宗教差异。该研究采用一种定性的、人种志研究类型的方法。本研究资料提供者的选择技术是采样。数据收集是通过观察参与、深入采访和文档研究进行的。数据分析技术与詹姆斯·斯普德利的人种志分析模型相匹配。这些数据是通过格罗克曼冲突理论分析的,该理论认为冲突、道德、信仰、宗教或仪式之间的冲突是相互关联的,并将文化的这些方面结合起来,从而阻止社会内部的冲突破坏社会制度。研究发现,这是心理学者的主要因素,尤其是mungpoula村,由于其童年到现在的风俗价值,如昂加朗值和Pagetsabbau价值,人们能够和睦相处或共同生活。这两个价值成为人类灵魂和神秘精神的结合,神秘精神把他们永远生活在一起。这些习俗价值非常有意义Mentawai即社会总是与他们的邻居共存。哲学从Simakerek bagatta, Puaranan Simaeruk和Bui Ibara Laggat Bagtta桑巴Musara Lek Sita Kasimaeruk村里有不同宗教之间的社会一体化意义Mongan Poula。这种习俗的价值在一个民族主义社会中根深蒂固,因为他们尊重每个人,包括不同的宗教人士,避免冲突。社会上存在的冲突可以由被称为pahall的传统人物来解决。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 求助全文
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:604180095
Book学术官方微信