Kebijakan Luar Negeri U-turn Yordania Terhadap Suriah Pasca-Perang Melawan Terorisme

Dyah Purbo Arum Larasati
{"title":"Kebijakan Luar Negeri U-turn Yordania Terhadap Suriah Pasca-Perang Melawan Terorisme","authors":"Dyah Purbo Arum Larasati","doi":"10.35748/jurnalicmes.v5i2.111","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Yordania merupakan salah satu negara Arab yang berperan penting dalam perang di Suriah. Perang tersebut berawal dari aksi-aksi demo antipemerintah Suriah pada tahun 2011, lalu berubah menjadi konflik bersenjata setelah terbentuknya milisi-milisi bersenjata yang berafiliasi dengan Al Qaida; dan berlanjut dengan terbentuknya ISIS pada tahun 2013.  Saat ini Suriah telah berhasil memenangkan peperangan melawan terorisme tersebut, meskipun sebagian kecil wilayah di Suriah masih dikuasai milisi-milisi teroris. Sejak tahun 2021, negara-negara Arab yang semula memberikan dukungan kepada milisi bersenjata terlihat memutar balik (u-turn) kebijakan luar negerinya, yaitu kembali melakukan upaya normalisasi dengan Suriah. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan alasan normalisasi hubungan diplomasi yang dilakukan Yordania terhadap Suriah. Penelitian ini menggunakan teori two level games Robert D. Putnam dan dilakukan dengan kualitatif, dengan mengumpulkan data melalui studi literatur dan wawancara dengan aktivis kemanusiaan di Suriah. Temuan penelitian ini adalah bahwa keputusan Yordania untuk memutar balik kebijakan luar negerinya terhadap Suriah memiliki dua tujuan. Pertama, Yordania ingin memperbaiki masalah domestiknya, yaitu keterpurukan ekonomi, yang salah satunya terjadi akibat derasnya pengungsi; masalah keamanan; ketersediaan air. Kedua, Yordania ingin mencapai target internasional, dimana Yordania yang merupakan aliansi Barat ingin mengurangi pengaruh Iran di kawasan Timur Tengah.","PeriodicalId":383581,"journal":{"name":"Jurnal ICMES","volume":"65 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-12-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal ICMES","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.35748/jurnalicmes.v5i2.111","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

Abstract

Yordania merupakan salah satu negara Arab yang berperan penting dalam perang di Suriah. Perang tersebut berawal dari aksi-aksi demo antipemerintah Suriah pada tahun 2011, lalu berubah menjadi konflik bersenjata setelah terbentuknya milisi-milisi bersenjata yang berafiliasi dengan Al Qaida; dan berlanjut dengan terbentuknya ISIS pada tahun 2013.  Saat ini Suriah telah berhasil memenangkan peperangan melawan terorisme tersebut, meskipun sebagian kecil wilayah di Suriah masih dikuasai milisi-milisi teroris. Sejak tahun 2021, negara-negara Arab yang semula memberikan dukungan kepada milisi bersenjata terlihat memutar balik (u-turn) kebijakan luar negerinya, yaitu kembali melakukan upaya normalisasi dengan Suriah. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan alasan normalisasi hubungan diplomasi yang dilakukan Yordania terhadap Suriah. Penelitian ini menggunakan teori two level games Robert D. Putnam dan dilakukan dengan kualitatif, dengan mengumpulkan data melalui studi literatur dan wawancara dengan aktivis kemanusiaan di Suriah. Temuan penelitian ini adalah bahwa keputusan Yordania untuk memutar balik kebijakan luar negerinya terhadap Suriah memiliki dua tujuan. Pertama, Yordania ingin memperbaiki masalah domestiknya, yaitu keterpurukan ekonomi, yang salah satunya terjadi akibat derasnya pengungsi; masalah keamanan; ketersediaan air. Kedua, Yordania ingin mencapai target internasional, dimana Yordania yang merupakan aliansi Barat ingin mengurangi pengaruh Iran di kawasan Timur Tengah.
约旦在反恐战争后对叙利亚的外交政策
约旦是在叙利亚战争中发挥重要作用的阿拉伯国家之一。这场战争始于2011年的反叙利亚政府示威活动,在与基地组织(Al Qaida)有联系的武装民兵组织成立后,这场战争演变成武装冲突;随着伊斯兰国在2013年的形成,目前,叙利亚已经赢得了反恐战争,但叙利亚的一小部分地区仍被恐怖主义民兵控制。自2021年以来,最初支持武装民兵的阿拉伯国家似乎逆转了其外交政策,即与叙利亚恢复正常化。本研究旨在解释约旦对叙利亚外交关系正常化的原因。这项研究采用了罗伯特·D·帕特南(Robert D. Putnam)的两级游戏理论,他们是通过叙利亚的文献研究和人道主义活动人士访谈来收集数据的。这项研究发现,约旦改变其外交政策的决定有两个目的。首先,约旦想要解决其国内的严重经济困境,其中一个原因是难民流离失所;安全问题;水资源供应。其次,约旦想要实现一个国际目标,西方联盟的约旦想要减少伊朗对中东地区的影响。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 求助全文
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信