{"title":"Minoritas Kepercayaan Suku Anak Dalam : Perspektif Toleransi dan Keadilan","authors":"Muhammad Nur Prabowo Setyabudi","doi":"10.21067/jmk.v7i2.7420","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Kehidupan Suku Anak Dalam (SAD) di Provinsi Jambi tak dapat dipisahkan dari hutan. Namun rusaknya infrastruktur ekologi mengancam eksistensi superstruktur yang lain; tidak hanya mengancam kepunahan masyarakat adatnya, tetapi juga kepercayaannya. Penelitian ini merupakan studi kualitatif dengan metode studi lapangan, observasi, wawancara, dan diskusi terpumpun tentang kehidupan SAD di Jambi. Tujuan penelitian ini yaitu melakukan tinjauan kritis terhadap eksistensi kepercayaan SAD, terutama dilihat dari perspektif toleransi dan keadilan. Hasil kajian menunjukkan bahwa selama ini sistem-kepercayaan SAD begitu terikat dengan ekologi. Rusaknya hutan berarti rusaknya pandangan hidup, sistem, dan tradisi kepercayaan SAD yang telah dipertahankan berabad-abad. SAD dan sistem kepercayaannya akhirnya menjadi minoritas yang paling rentan di Indonesia yang selalu mengalami posisi dilematis di hadapan agama dan budaya mayoritas non-SAD yang lebih superior. Rekognisi terhadap agama lokal di Indonesia yang mulai ditunjukkan negara semestinya menjadi titik pijak untuk mengurai dilema minoritas kepercayaan SAD untuk mendapatkan penerimaan dan kehidupan yang lebih inklusif dan adil. Stigma non-religius kepada mereka juga tidak berdasar, sebab kepercayaan leluhur menjadi agama lokal mereka. Sebagai rekomendasi, diperlukan upaya perubahan menuju pada sikap masyarakat dan kebijakan yang lebih inklusif untuk menjamin toleransi dan keadilan serta menghargai kebebasan beragama kelompok minoritas SAD dengan segala perbedaan karakteristik agama dan budayanya.","PeriodicalId":266283,"journal":{"name":"Jurnal Moral Kemasyarakatan","volume":"214 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-12-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Moral Kemasyarakatan","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.21067/jmk.v7i2.7420","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Kehidupan Suku Anak Dalam (SAD) di Provinsi Jambi tak dapat dipisahkan dari hutan. Namun rusaknya infrastruktur ekologi mengancam eksistensi superstruktur yang lain; tidak hanya mengancam kepunahan masyarakat adatnya, tetapi juga kepercayaannya. Penelitian ini merupakan studi kualitatif dengan metode studi lapangan, observasi, wawancara, dan diskusi terpumpun tentang kehidupan SAD di Jambi. Tujuan penelitian ini yaitu melakukan tinjauan kritis terhadap eksistensi kepercayaan SAD, terutama dilihat dari perspektif toleransi dan keadilan. Hasil kajian menunjukkan bahwa selama ini sistem-kepercayaan SAD begitu terikat dengan ekologi. Rusaknya hutan berarti rusaknya pandangan hidup, sistem, dan tradisi kepercayaan SAD yang telah dipertahankan berabad-abad. SAD dan sistem kepercayaannya akhirnya menjadi minoritas yang paling rentan di Indonesia yang selalu mengalami posisi dilematis di hadapan agama dan budaya mayoritas non-SAD yang lebih superior. Rekognisi terhadap agama lokal di Indonesia yang mulai ditunjukkan negara semestinya menjadi titik pijak untuk mengurai dilema minoritas kepercayaan SAD untuk mendapatkan penerimaan dan kehidupan yang lebih inklusif dan adil. Stigma non-religius kepada mereka juga tidak berdasar, sebab kepercayaan leluhur menjadi agama lokal mereka. Sebagai rekomendasi, diperlukan upaya perubahan menuju pada sikap masyarakat dan kebijakan yang lebih inklusif untuk menjamin toleransi dan keadilan serta menghargai kebebasan beragama kelompok minoritas SAD dengan segala perbedaan karakteristik agama dan budayanya.