Mohamad Ilham Maulana Latif, Choiroel Anwar, Tri Cahyono
{"title":"FAKTOR RISIKO KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN BANYUMAS","authors":"Mohamad Ilham Maulana Latif, Choiroel Anwar, Tri Cahyono","doi":"10.31983/keslingmas.v40i4.4837","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":" Penyakit demam berdarah dengue (DBD) atau dengue hemoragic fever (DHF) sampai saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyaraktat di Indonesia yang cenderung meningkat jumlah penderita serta semakin luas penyebarannya. Jumlah kasus DBD pada periode Bulan Januari-Oktober tahun 2018 sebanyak 33 kasus dan meninggal 1 orang. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan faktor risiko dengan kejadian DBD di Kabupaten Banyumas Tahun 2019. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan desain studi case control. Jumlah sampel 34 kasus dan 34 kontrol yang diperoleh menggunakan teknik purposive sampling. Variabel yang diteliti meliputi kebiasaan menggunakan repellent, kebiasaan menggunakan kelambu, kebiasaan menggantung pakaian, breeding place dan upaya 3M Plus. Data yang diperoleh dianalisis kedalam analisis univariat, bivariat menggunakan uji Chi-square dan OR serta multivariat menggunakan uji regresi logistik dengan metode backward LR. Hasil analisis bivariat menunjukkan variabel yang berhubungan dengan kejadian DBD yaitu kebiasaan menggunakan repellent (p= 0,002, OR= 8,158), kebiasaan menggantung pakaian (p= 0,027, OR= 3,519), breeding place (p= 0,028, OR= 3,429) dan upaya 3M Plus (p= 0,015, OR= 3,833). Hasil analisis multivariat menunjukkan variabel yang paling berisiko dengan kejadian DBD yaitu kebiasaan menggunakan repellent (p= 0,003, OR= 8,957). Simpulan penelitian ini adalah variabel yang berhubungan dengan kejadian DBD yaitu kebiasaan menggunakan repellent, kebiasaan menggantung pakaian, breeding place dan upaya 3M Plus. Saran bagi pemerintah meningkatkan promosi kesehatan tentang pencegahan penyakit DBD kepada masyarakat dengan menerapkan kegiatan PSN-DBD dalam bentuk 3M Plus dan lebih memperhatikan pada membiasakan menggunakan repellent pada pagi dan sore hari serta menghilangkan kebiasaan menggantung pakaian di luar almari.","PeriodicalId":421886,"journal":{"name":"Buletin Keslingmas","volume":"14 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-12-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Buletin Keslingmas","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.31983/keslingmas.v40i4.4837","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) atau dengue hemoragic fever (DHF) sampai saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyaraktat di Indonesia yang cenderung meningkat jumlah penderita serta semakin luas penyebarannya. Jumlah kasus DBD pada periode Bulan Januari-Oktober tahun 2018 sebanyak 33 kasus dan meninggal 1 orang. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan faktor risiko dengan kejadian DBD di Kabupaten Banyumas Tahun 2019. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan desain studi case control. Jumlah sampel 34 kasus dan 34 kontrol yang diperoleh menggunakan teknik purposive sampling. Variabel yang diteliti meliputi kebiasaan menggunakan repellent, kebiasaan menggunakan kelambu, kebiasaan menggantung pakaian, breeding place dan upaya 3M Plus. Data yang diperoleh dianalisis kedalam analisis univariat, bivariat menggunakan uji Chi-square dan OR serta multivariat menggunakan uji regresi logistik dengan metode backward LR. Hasil analisis bivariat menunjukkan variabel yang berhubungan dengan kejadian DBD yaitu kebiasaan menggunakan repellent (p= 0,002, OR= 8,158), kebiasaan menggantung pakaian (p= 0,027, OR= 3,519), breeding place (p= 0,028, OR= 3,429) dan upaya 3M Plus (p= 0,015, OR= 3,833). Hasil analisis multivariat menunjukkan variabel yang paling berisiko dengan kejadian DBD yaitu kebiasaan menggunakan repellent (p= 0,003, OR= 8,957). Simpulan penelitian ini adalah variabel yang berhubungan dengan kejadian DBD yaitu kebiasaan menggunakan repellent, kebiasaan menggantung pakaian, breeding place dan upaya 3M Plus. Saran bagi pemerintah meningkatkan promosi kesehatan tentang pencegahan penyakit DBD kepada masyarakat dengan menerapkan kegiatan PSN-DBD dalam bentuk 3M Plus dan lebih memperhatikan pada membiasakan menggunakan repellent pada pagi dan sore hari serta menghilangkan kebiasaan menggantung pakaian di luar almari.