{"title":"PEREMPUAN DAN TANTRAYANA","authors":"I. Utama, I. Paramita, N. Winarti","doi":"10.32795/VW.V2I1.319","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Tantrayana adalah salah satu mazab Hindu yang telah berkembang di India sekitar tahun 600 M, selanjutnya menyebar sampai ke Indonesia. Masyarakat awam sering memberikan stigma ajaran ini adalah ajaran sesat karena melegalkan penggunaan daging, alkohol serta hubungan seksual dalam ritualnya, serta memposisikan perempuan sebagai subordinat laki-laki. Kajian terhadap kitab-kitab Tantra menunjukkan bahwa Tantrayana sangat menghormati perempuan dan anak-anak. Praktik ritual yang masih berlanjut hingga saat ini di Bali memperkuat argument tersebut. Dewa dan Sakti-Nya, laki-perempuan, purusa-pradhana dilihat sebagai dualitas bukanlah oposisi biner yang bersifat hirarkhis. Konsep ini rupanya sejalan dengan konsep pengarus-utamaan gender dewasa ini.","PeriodicalId":253434,"journal":{"name":"VIDYA WERTTA : Media Komunikasi Universitas Hindu Indonesia","volume":"12 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2019-04-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"2","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"VIDYA WERTTA : Media Komunikasi Universitas Hindu Indonesia","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.32795/VW.V2I1.319","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 2
Abstract
Tantrayana adalah salah satu mazab Hindu yang telah berkembang di India sekitar tahun 600 M, selanjutnya menyebar sampai ke Indonesia. Masyarakat awam sering memberikan stigma ajaran ini adalah ajaran sesat karena melegalkan penggunaan daging, alkohol serta hubungan seksual dalam ritualnya, serta memposisikan perempuan sebagai subordinat laki-laki. Kajian terhadap kitab-kitab Tantra menunjukkan bahwa Tantrayana sangat menghormati perempuan dan anak-anak. Praktik ritual yang masih berlanjut hingga saat ini di Bali memperkuat argument tersebut. Dewa dan Sakti-Nya, laki-perempuan, purusa-pradhana dilihat sebagai dualitas bukanlah oposisi biner yang bersifat hirarkhis. Konsep ini rupanya sejalan dengan konsep pengarus-utamaan gender dewasa ini.