{"title":"INTERPRETASI HUKUM KELIMA DALAM KELUARAN 20:12 BERDASARKAN PENDEKATAN SEJARAH PENEBUSAN","authors":"Made Nopen Supriadi","doi":"10.46558/bonafide.v1i1.9","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Perintah kelima adalah bagian dari Sepuluh Hukum Taurat yang diberikan Allah kepada Musa di gunung Sinai. Alkitab adalah Firman Allah yang kekal dengan demikian Hukum Kelima ini memiliki makna yang harus dipahami dalam dimensi kekekalan. Alkitab memberikan prinsip jika manusia gagal melakukan salah satu perintah dalam hukum Taurat, maka ia telah gagal seluruhnya. Ada banyak interpretasi terhadap hukum ini, namun hanya bermuara pada dimensi praktis, etis dan moral karena hanya befokus pada relevansi masa kini. Alkitab menyatakan bahwa kutuk Hukum Taurat telah ditebus dan digenapi oleh Yesus Kristus. Setelah kebangkitan, Yesus mengatakan bahwa dalam Kitab Taurat, Mazmur dan para Nabi tertulis tentang Dia. Dengan demikian Yesus memberikan sebuah konsep interpretasi baru dalam memahami Hukum Taurat. Prinsip inilah yang disebut dengan pendekatan sejarah penebusan (Historical Redemptive Approach). Alkitab menyatakan puncak penyempurnaan seluruh karya penebusan Yesus adalah saat kedatangan yang kedua kali dalam realisasi terhadap langit dan bumi yang baru. Oleh karena itu, bagaimanakah menjelaskan relevansi Hukum Kelima dalam konteks kekekalan. Tulisan ini fokus pada kajian terhadap pemahaman Hukum Kelima dalam dimensi esktologis. ","PeriodicalId":325759,"journal":{"name":"BONAFIDE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen","volume":"57 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2020-06-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"BONAFIDE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.46558/bonafide.v1i1.9","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Abstract
Perintah kelima adalah bagian dari Sepuluh Hukum Taurat yang diberikan Allah kepada Musa di gunung Sinai. Alkitab adalah Firman Allah yang kekal dengan demikian Hukum Kelima ini memiliki makna yang harus dipahami dalam dimensi kekekalan. Alkitab memberikan prinsip jika manusia gagal melakukan salah satu perintah dalam hukum Taurat, maka ia telah gagal seluruhnya. Ada banyak interpretasi terhadap hukum ini, namun hanya bermuara pada dimensi praktis, etis dan moral karena hanya befokus pada relevansi masa kini. Alkitab menyatakan bahwa kutuk Hukum Taurat telah ditebus dan digenapi oleh Yesus Kristus. Setelah kebangkitan, Yesus mengatakan bahwa dalam Kitab Taurat, Mazmur dan para Nabi tertulis tentang Dia. Dengan demikian Yesus memberikan sebuah konsep interpretasi baru dalam memahami Hukum Taurat. Prinsip inilah yang disebut dengan pendekatan sejarah penebusan (Historical Redemptive Approach). Alkitab menyatakan puncak penyempurnaan seluruh karya penebusan Yesus adalah saat kedatangan yang kedua kali dalam realisasi terhadap langit dan bumi yang baru. Oleh karena itu, bagaimanakah menjelaskan relevansi Hukum Kelima dalam konteks kekekalan. Tulisan ini fokus pada kajian terhadap pemahaman Hukum Kelima dalam dimensi esktologis.