{"title":"Tradisi Ngidak Endhog dalam Perkawinan Adat Jawa Perspektif Mazhab al-Syafi’i; Studi Kasus di Desa Joho Kabupaten Sukoharjo","authors":"Dias Anggraini, Hadi Daeng Mappunna","doi":"10.24252/shautuna.v2i1.16651","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana adanya tradisi dalam perkawinan adat jawa yang termasuk Tradisi Ngidak Endhog yaitu prosesi yang dilakukan setelah kedua mempelai melakukan akad nikah. Tradisi ngidak endhog dalam perkawinan adat jawa melambangkan kemampuan mempelai pria untuk memberikan keturunan bagi generasi keluarganya. Tradisi ini sudah ada sejak zaman dahulu yang dianggap sakral oleh masyarakat yang melaksanakan prosesi tersebut. Tradisi ini merupakan simbol keturunan. Telur adalah lambang segala awal kehidupan dan simbol kesuburan. Bila dalam prosesi tersebut telur yang diinjak pecah, maka pengantin akan segera mendapatkan keturunan. Kepercayaan masyarakat yang sudah menjadi kebiasaan itu membuat masyarakat menganggap bahwa telur yang di injak merupakan simbol takdir dan karena pada pasangannya yang baru saja menikah terutama kepala rumah tangganya. Penilitian ini termasuk dalam penelitian lapangan (field research). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif fenomologis untuk rumusan pertama dan pendekatan analisis Mazhab Syafi'iyah. Berdasarkan hasil analisis terhadap fenomena yang peneliti nahas, peneliti memperoleh kesimpulannahwa tradisi ngidak endhog dalah dari segi obyeknya yang dikajai melalui mazhab syafi'I masuk di Al-Urf Al-fi'li dan Al-Urf Amali (adat/kebiasaan yang menyangkut perbuatan.) Dari segi keabsahan peneliti mengkategorikan ini sebagai Al-Urf shahih ( tradisi yang baik).","PeriodicalId":321272,"journal":{"name":"Shautuna: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Perbandingan Mazhab dan Hukum","volume":"6 4","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Shautuna: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Perbandingan Mazhab dan Hukum","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.24252/shautuna.v2i1.16651","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana adanya tradisi dalam perkawinan adat jawa yang termasuk Tradisi Ngidak Endhog yaitu prosesi yang dilakukan setelah kedua mempelai melakukan akad nikah. Tradisi ngidak endhog dalam perkawinan adat jawa melambangkan kemampuan mempelai pria untuk memberikan keturunan bagi generasi keluarganya. Tradisi ini sudah ada sejak zaman dahulu yang dianggap sakral oleh masyarakat yang melaksanakan prosesi tersebut. Tradisi ini merupakan simbol keturunan. Telur adalah lambang segala awal kehidupan dan simbol kesuburan. Bila dalam prosesi tersebut telur yang diinjak pecah, maka pengantin akan segera mendapatkan keturunan. Kepercayaan masyarakat yang sudah menjadi kebiasaan itu membuat masyarakat menganggap bahwa telur yang di injak merupakan simbol takdir dan karena pada pasangannya yang baru saja menikah terutama kepala rumah tangganya. Penilitian ini termasuk dalam penelitian lapangan (field research). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif fenomologis untuk rumusan pertama dan pendekatan analisis Mazhab Syafi'iyah. Berdasarkan hasil analisis terhadap fenomena yang peneliti nahas, peneliti memperoleh kesimpulannahwa tradisi ngidak endhog dalah dari segi obyeknya yang dikajai melalui mazhab syafi'I masuk di Al-Urf Al-fi'li dan Al-Urf Amali (adat/kebiasaan yang menyangkut perbuatan.) Dari segi keabsahan peneliti mengkategorikan ini sebagai Al-Urf shahih ( tradisi yang baik).