Nilai – Nilai Simbolik Sistem Kepercayaan Dan Budaya Lokal Suku Minahasa Terhadap Opo Empung Dengan Konsep Kepercayaan Abraham Menurut Kejadian 12 : 6 – 7 Relevansinya Suatu Teologi Kontekstual
{"title":"Nilai – Nilai Simbolik Sistem Kepercayaan Dan Budaya Lokal Suku Minahasa Terhadap Opo Empung Dengan Konsep Kepercayaan Abraham Menurut Kejadian 12 : 6 – 7 Relevansinya Suatu Teologi Kontekstual","authors":"Dolfie Lumimpah","doi":"10.61390/euanggelion.v3i1.40","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Nilai – nilai simbolik sistem kepercayaan dan budaya lokal suku Minahasa terhadap Opo Empung dengan konsep kepercayaan Abraham menurut Kejadian 12 : 6 -7 relevansinya suatu teologi kontekstual. Kepercayaan dalam konteks religi merupakan salah satu usaha manusia untuk mendekatkan diri pada kekuatan supranatural. Pandangan hidup atau asumsi – asumsi dasar dan keyakinan-keyakinan yang diakui bersama oleh suatu kelompok masyarakat dalam suatu daerah yang mencakup cara berfikir, berperilaku, bersikap (sikap hidup dan cara hidup), nilai-nilai yang tercermin baik dalam wujud fisik maupun abstrak merupakan budaya lokal yang telah melebur dalam kepercayaan yang dianut. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis. Konstruktifisme mempelajari beraneka realita yang disusun oleh manusia yang pada akhirnya memberikan dampak kepada hidup manusia itu sendiri dan memberi arti pada hubungannya dengan orang lain dan lingkungannya. Penulis sangat yakin dengan menggunakan metode penelitian paradigma konstruktivis dan membedah sejumlah pustaka maka akan membentuk sebuah cara pandang baru. Sistem kepercayaan dan budaya orang Minahasa terhadap Opo Empung yang diyakini sebagai Penguasa tertinggi dengan konsep penyembahan Abraham merupakan eksistensi kepercayaan dan spiritualitas sebagai nilai – nilai simbolik untuk membangun komunikasi secara kontekstual dengan Allah yang sebenarnya. Sebab itu penulis berkesimpulan bahwa eksistensi kepercayaan dan spritualitas merupakan pintu masuk untuk mengalihkan paradigma manusia tentang siapakah Allah yang harus disembah sesuai konsep Yohanes 4 : 20 – 24 yakni menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran","PeriodicalId":394542,"journal":{"name":"EUANGGELION: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen","volume":"51 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-07-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"EUANGGELION: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.61390/euanggelion.v3i1.40","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Nilai – nilai simbolik sistem kepercayaan dan budaya lokal suku Minahasa terhadap Opo Empung dengan konsep kepercayaan Abraham menurut Kejadian 12 : 6 -7 relevansinya suatu teologi kontekstual. Kepercayaan dalam konteks religi merupakan salah satu usaha manusia untuk mendekatkan diri pada kekuatan supranatural. Pandangan hidup atau asumsi – asumsi dasar dan keyakinan-keyakinan yang diakui bersama oleh suatu kelompok masyarakat dalam suatu daerah yang mencakup cara berfikir, berperilaku, bersikap (sikap hidup dan cara hidup), nilai-nilai yang tercermin baik dalam wujud fisik maupun abstrak merupakan budaya lokal yang telah melebur dalam kepercayaan yang dianut. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis. Konstruktifisme mempelajari beraneka realita yang disusun oleh manusia yang pada akhirnya memberikan dampak kepada hidup manusia itu sendiri dan memberi arti pada hubungannya dengan orang lain dan lingkungannya. Penulis sangat yakin dengan menggunakan metode penelitian paradigma konstruktivis dan membedah sejumlah pustaka maka akan membentuk sebuah cara pandang baru. Sistem kepercayaan dan budaya orang Minahasa terhadap Opo Empung yang diyakini sebagai Penguasa tertinggi dengan konsep penyembahan Abraham merupakan eksistensi kepercayaan dan spiritualitas sebagai nilai – nilai simbolik untuk membangun komunikasi secara kontekstual dengan Allah yang sebenarnya. Sebab itu penulis berkesimpulan bahwa eksistensi kepercayaan dan spritualitas merupakan pintu masuk untuk mengalihkan paradigma manusia tentang siapakah Allah yang harus disembah sesuai konsep Yohanes 4 : 20 – 24 yakni menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran