Rudi Trianto, Stai Luqman, Al-Hakim Surabaya, Jurnal Komunikasi, Penyiaran Islam, S. Bradshaw, P. N. Howard
{"title":"Buzzer sebagai Komunikator Politik","authors":"Rudi Trianto, Stai Luqman, Al-Hakim Surabaya, Jurnal Komunikasi, Penyiaran Islam, S. Bradshaw, P. N. Howard","doi":"10.61088/annida.v11i2.562","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Buzzer merupakan individu atau kelompok yang memiliki kemampuan mempengaruhi opini publik melalui media sosial dengan cara membagikan konten-konten tertentu secara intensif dan sistematis. Fenomena buzzer semakin marak terjadi dalam beberapa tahun terakhir, terutama dalam konteks politik. Studi tentang buzzer sebagai komunikator politik bukan sebagai komunikator politik masih terus berlangsung. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan kajian secara teoritis tentang buzzer sebagai komunikator politik. \nPenelitian ini menggunakan menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode analisis literatur atau studi pustaka sebagai teknik pengumpulan data. Penelitian ini membahas dan menganalisis buzzer sebagai komunikator politik. Melalui tinjauan literatur, penelitian ini menguraikan konsep dasar tentang konsep dasar komunikator politik dan buzzer politik. \nHasil analisis menunjukkan bahwa buzzer dapat dikategorikan sebagai komunikator politik karena mereka memiliki peran penting dalam mempengaruhi opini publik dan mempercepat penyebaran pesan politik melalui media sosial. Selain itu, buzzer juga memiliki kemampuan untuk membangun citra politik dan memobilisasi dukungan massa. Buzzer juga dikategorikan sebagai komunikator politik karena kegiatan mereka memenuhi kriteria sebagai komunikator politik, yakni memiliki kredibilitas (communicator credibility), mempunyai daya tarik (communicator attractiveness), memiliki kesamaan senasib seperasaan (communicator similarity), dan kekuatan (communicator power). \nTerdapat argumen yang menyatakan bahwa buzzer tidak sepenuhnya dapat dikategorikan sebagai komunikator politik karena kegiatan mereka lebih bersifat promosi atau kampanye dibandingkan dengan proses komunikasi yang seimbang dan terbuka. Hal ini memerlukan penelitian lanjutan untuk memperdalam pemahaman mengenai fenomena buzzer sebagai komunikator politik.","PeriodicalId":123362,"journal":{"name":"An-Nida' : Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam","volume":"84 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-03-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"An-Nida' : Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.61088/annida.v11i2.562","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Buzzer merupakan individu atau kelompok yang memiliki kemampuan mempengaruhi opini publik melalui media sosial dengan cara membagikan konten-konten tertentu secara intensif dan sistematis. Fenomena buzzer semakin marak terjadi dalam beberapa tahun terakhir, terutama dalam konteks politik. Studi tentang buzzer sebagai komunikator politik bukan sebagai komunikator politik masih terus berlangsung. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan kajian secara teoritis tentang buzzer sebagai komunikator politik.
Penelitian ini menggunakan menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode analisis literatur atau studi pustaka sebagai teknik pengumpulan data. Penelitian ini membahas dan menganalisis buzzer sebagai komunikator politik. Melalui tinjauan literatur, penelitian ini menguraikan konsep dasar tentang konsep dasar komunikator politik dan buzzer politik.
Hasil analisis menunjukkan bahwa buzzer dapat dikategorikan sebagai komunikator politik karena mereka memiliki peran penting dalam mempengaruhi opini publik dan mempercepat penyebaran pesan politik melalui media sosial. Selain itu, buzzer juga memiliki kemampuan untuk membangun citra politik dan memobilisasi dukungan massa. Buzzer juga dikategorikan sebagai komunikator politik karena kegiatan mereka memenuhi kriteria sebagai komunikator politik, yakni memiliki kredibilitas (communicator credibility), mempunyai daya tarik (communicator attractiveness), memiliki kesamaan senasib seperasaan (communicator similarity), dan kekuatan (communicator power).
Terdapat argumen yang menyatakan bahwa buzzer tidak sepenuhnya dapat dikategorikan sebagai komunikator politik karena kegiatan mereka lebih bersifat promosi atau kampanye dibandingkan dengan proses komunikasi yang seimbang dan terbuka. Hal ini memerlukan penelitian lanjutan untuk memperdalam pemahaman mengenai fenomena buzzer sebagai komunikator politik.