Kecamatan Parangloe, Kabupaten Gowa, Hedianto, A. Rief, Enni Tri Mahyuni, M. Afasedanja
{"title":"Potensi Longsor Berdasarkan Karakteristik Geologi Teknik Pada Jalan Poros Malino Desa Lonjoboko, Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa","authors":"Kecamatan Parangloe, Kabupaten Gowa, Hedianto, A. Rief, Enni Tri Mahyuni, M. Afasedanja","doi":"10.55334/jtam.v3i1.263","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Jalan Poros Malino Kabupaten Gowa merupakan daerah yang rawan longsor dimusim penghujan, dimana kondisi geologi berupa satuan Gunungapi Baturape-Cindako yakni batuan vulkanik berumur pliosen. Lokasi penelitian terletak di Jalan Poros Malino Km 56 dan Km 64 Desa Lonjoboko Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa, rata-rata kemiringan lereng daerah penelitian >45°. Tujuan dari penelitian ini melakukan pengamatan karakteristik geologi teknik pada lereng untuk melihat potensi longsor dan memberikan rekomendasi teknis terhadap kondisi lereng pengamatan. Metodologi penelitian menggunakan data primer yakni data hasil pengamatan geologi teknik dan geometri dari lereng, serta data sekunder berupa data-data penelitian terdahulu, dan juga hasil pengujian laboratorium sifat fisik dan mekanik batuan. Hasil penelitian diperoleh data pengamatan geologi teknik bahwa pada lereng (A) yang terletak di Jalan Poros Malino Km 56 berupa batuan basal memiliki tingkat pelapukan yang tinggi ditandai dengan rata-rata jarak kekar yakni 9 cm dan kondisi daerah puncak lereng telah menjadi residual soil, sedangkan pada lereng (B) yang terletak Di Jalan Poros Malino Km 64 berupa batuan tufa memiliki tingkat pelapukan masih kategori lapuk ringan dan kondisi kekar belum terlihat. Berdasarkan hasil interpretasi dengan metode Morgenstren-Price diperoleh nilai faktor keamanan lereng (A) yakni FK 1.101 yang dianggap tidak stabil berdasarkan standar minimum faktor keamanan lereng yakni >1.25. Pada lereng (B) diperoleh nilai faktor keamanan yakni FK 1.371, dimana lereng tersebut dianggap stabil. Adapun rekomendasi teknis untuk menjaga agar tidak terjadinya gerekan tanah maka pada lereng (A) dapat menggunakan retaining wall atau dinding penahan tanah dan untuk lereng (B) dapat menggunakan wiremess disekeliling lereng pengamatan.","PeriodicalId":351047,"journal":{"name":"Jurnal Teknik AMATA","volume":"33 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-06-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Teknik AMATA","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.55334/jtam.v3i1.263","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Jalan Poros Malino Kabupaten Gowa merupakan daerah yang rawan longsor dimusim penghujan, dimana kondisi geologi berupa satuan Gunungapi Baturape-Cindako yakni batuan vulkanik berumur pliosen. Lokasi penelitian terletak di Jalan Poros Malino Km 56 dan Km 64 Desa Lonjoboko Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa, rata-rata kemiringan lereng daerah penelitian >45°. Tujuan dari penelitian ini melakukan pengamatan karakteristik geologi teknik pada lereng untuk melihat potensi longsor dan memberikan rekomendasi teknis terhadap kondisi lereng pengamatan. Metodologi penelitian menggunakan data primer yakni data hasil pengamatan geologi teknik dan geometri dari lereng, serta data sekunder berupa data-data penelitian terdahulu, dan juga hasil pengujian laboratorium sifat fisik dan mekanik batuan. Hasil penelitian diperoleh data pengamatan geologi teknik bahwa pada lereng (A) yang terletak di Jalan Poros Malino Km 56 berupa batuan basal memiliki tingkat pelapukan yang tinggi ditandai dengan rata-rata jarak kekar yakni 9 cm dan kondisi daerah puncak lereng telah menjadi residual soil, sedangkan pada lereng (B) yang terletak Di Jalan Poros Malino Km 64 berupa batuan tufa memiliki tingkat pelapukan masih kategori lapuk ringan dan kondisi kekar belum terlihat. Berdasarkan hasil interpretasi dengan metode Morgenstren-Price diperoleh nilai faktor keamanan lereng (A) yakni FK 1.101 yang dianggap tidak stabil berdasarkan standar minimum faktor keamanan lereng yakni >1.25. Pada lereng (B) diperoleh nilai faktor keamanan yakni FK 1.371, dimana lereng tersebut dianggap stabil. Adapun rekomendasi teknis untuk menjaga agar tidak terjadinya gerekan tanah maka pada lereng (A) dapat menggunakan retaining wall atau dinding penahan tanah dan untuk lereng (B) dapat menggunakan wiremess disekeliling lereng pengamatan.