{"title":"PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN ANGKUTAN PEDESAAN DI KABUPATEN SARMI","authors":"Batavia E O Yappo, Joko Purcahyono, M. Musfira","doi":"10.58839/jmap.v12i1.996","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Kabupaten Sarmi merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Jayapura yang juga melakukan banyak pembangunan pada bidang transportasi. Oleh pemerintah setempat, angkutan pedesaan diadakan untuk memperlancar aktivitas sehari-hari penduduk desa dan pergerakan penduduk desa dari satu tempat ke tempat lain. Akan tetapi masih banyak desa-desa yang belum terjangkau oleh angkutan (65%), yang terlihat dari sedikitnya trayek yang ada di wilayah kabupaten tersebut, dan desa-desa yang sudah dilalui angkutan pedesaan pun diperkirakan masih belum terlayani secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji persepsi masyarakat terhadap layanan transportasi di daerah yang sudah dilayani angkutan pedesaan. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan dengan menggunakan analisis deskriptif. Data primer diperoleh lewat wawancara dengan warga pengguna angkutan pedesaan serta observasi di lapangan dan data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas warga menggunakan angkutan pedesaan untuk mengangkut hasil pertanian ke pasar di ibu kota kabupaten (50%), penduduk yang melakukan perjalanan berusia antara 10-20 tahun (40%) dengan tujuan bekerja, bersekolah dan lain-lain, penumpang berpendidikan SLTP ke bawah (52%), ongkos angkutan mahal menurut penumpang (73%), penumpang merasakan tidak nyaman menggunakan angkutan umum (55%), dan penumpang menyatakan angkutan umum cukup aman untuk dinaiki (70%). Hanya 17% warga menyatakan layanan angkutan pedesaan memuaskan, sebagian besar warga menyatakan layanan angkutan pedesaan belum memuaskan (83%).","PeriodicalId":228836,"journal":{"name":"Jurnal MEDIAN Arsitektur dan Planologi","volume":"206 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal MEDIAN Arsitektur dan Planologi","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.58839/jmap.v12i1.996","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Kabupaten Sarmi merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Jayapura yang juga melakukan banyak pembangunan pada bidang transportasi. Oleh pemerintah setempat, angkutan pedesaan diadakan untuk memperlancar aktivitas sehari-hari penduduk desa dan pergerakan penduduk desa dari satu tempat ke tempat lain. Akan tetapi masih banyak desa-desa yang belum terjangkau oleh angkutan (65%), yang terlihat dari sedikitnya trayek yang ada di wilayah kabupaten tersebut, dan desa-desa yang sudah dilalui angkutan pedesaan pun diperkirakan masih belum terlayani secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji persepsi masyarakat terhadap layanan transportasi di daerah yang sudah dilayani angkutan pedesaan. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan dengan menggunakan analisis deskriptif. Data primer diperoleh lewat wawancara dengan warga pengguna angkutan pedesaan serta observasi di lapangan dan data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas warga menggunakan angkutan pedesaan untuk mengangkut hasil pertanian ke pasar di ibu kota kabupaten (50%), penduduk yang melakukan perjalanan berusia antara 10-20 tahun (40%) dengan tujuan bekerja, bersekolah dan lain-lain, penumpang berpendidikan SLTP ke bawah (52%), ongkos angkutan mahal menurut penumpang (73%), penumpang merasakan tidak nyaman menggunakan angkutan umum (55%), dan penumpang menyatakan angkutan umum cukup aman untuk dinaiki (70%). Hanya 17% warga menyatakan layanan angkutan pedesaan memuaskan, sebagian besar warga menyatakan layanan angkutan pedesaan belum memuaskan (83%).