以印度尼西亚为基础的伊斯兰温教概念概况(借鉴历史研究)

M. Syifa
{"title":"以印度尼西亚为基础的伊斯兰温教概念概况(借鉴历史研究)","authors":"M. Syifa","doi":"10.18592/msr.v2i1.3673","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"AbstractThe phenomenon of Islamic religion in Indonesia after the reformation is suspected to have experienced extremism and radicalism. The explosion of terrorism in the name of Islam that occurred between 1998 and 2018 brought the face of Indonesian Islam to the spotlight in the world. In fact, the true Islam in Indonesia is Islam which puts forward the principle of moderate (tawassuth / washatiah) in da'wah, which is to take a middle ground between two opposing extremes. The Washatiyatul Islam method or Islamic Moderation is a method of promoting Islamic values Rahmatan Lil Alamin.  Da'wah that is friendly with tradition, so that it can grow in a multicultural and multireligious society. This characteristic of accommodative Islam has become a bulwark of preventing radical religious ideology. This article uses an epistemological- historical-holisitic approach to explore the concept of Islamic moderation in the context of the Indonesian nation and the shallowness of religious reasoning. As a result, there is not a single strong reference that says that the spread of Islam in the ancient archipelago was in radical ways. The history of Islam in the archipelago has experienced struggles with diverse localities. Islam exists not to break down or cut down existing local traditions and culture, but to try to dialect with the context in which Islam exists. Because of its flexible nature, Islam is able to survive and develop so as to emerge a new style of Islam that is unique and does not exist in any part of the world.AbstrakFenomena keagamaan islam di Indonesia pasca reformasi ditengarai banyak mengalami ekstrimisme dan radikalisme. Ledakan terorisme atas nama Islam yang terjadi antara tahun 1998 hingga 2018 menjadikan wajah Islam Indonesia mendapat sorotan di dunia. Padahal sejatinya Islam yang ada di Indonesia adalah Islam yang mengedepankan prinsip moderat (tawassuth/washatiah) dalam berdakwah, yaitu mengambil jalan tengah di antara dua kutub ekstrim yang berlawanan. Metode dakwah Washatiyatul Islam atau Moderasi Islam adalah metode dakwah yang mengedepankan nilai-nilai Islam Rahmatan Lil Alamin. Dakwah yang ramah dengan tradisi, sehingga dapat tumbuh dalam masyarakat yang multikultultural dan multireligi. Karakteristik Islam akomodatif inilah yang menjadi benteng pencegahan faham keagaamaan radikal. Artikel ini dengan menggunakan pendekatan epistemologis-historis-holisitik ingin menelisik konsep moderasi Islam dalam konteks bangsa Indonesia dan kedangkalan nalar beragama. Hasilnya, tak ada satupun referensi kuat yang mengatakan bahwa penyebaran Islam di Nusantara zaman dahulu adalah dengan cara-cara radikal. Sejarah Islam di Nusantara telah mengalami pergumulan dengan lokalitas yang beragam. Islam hadir bukan untuk mendobrak atau membabat habis tradisi dan budaya lokal yang ada, melainkan mencoba untuk berdialektika dengan konteks di mana Islam berada. Oleh karena sifat fleksibelnya itu, Islam mampu bertahan dan berkembang sehingga memunculkan corak keislaman baru yang khas dan tidak ada di belahan dunia manapun","PeriodicalId":226467,"journal":{"name":"Muẚṣarah: Jurnal Kajian Islam Kontemporer","volume":"31 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2020-07-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"FORMULASI KONSEP MODERASI ISLAM BERBASIS KEINDONESIAAN DALAM MEREDUKSI RADIKALISME AGAMA DI INDONESIA (KAJIAN EPISTIMOLOGIS-HISTORIS)\",\"authors\":\"M. Syifa\",\"doi\":\"10.18592/msr.v2i1.3673\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"AbstractThe phenomenon of Islamic religion in Indonesia after the reformation is suspected to have experienced extremism and radicalism. The explosion of terrorism in the name of Islam that occurred between 1998 and 2018 brought the face of Indonesian Islam to the spotlight in the world. In fact, the true Islam in Indonesia is Islam which puts forward the principle of moderate (tawassuth / washatiah) in da'wah, which is to take a middle ground between two opposing extremes. The Washatiyatul Islam method or Islamic Moderation is a method of promoting Islamic values Rahmatan Lil Alamin.  Da'wah that is friendly with tradition, so that it can grow in a multicultural and multireligious society. This characteristic of accommodative Islam has become a bulwark of preventing radical religious ideology. This article uses an epistemological- historical-holisitic approach to explore the concept of Islamic moderation in the context of the Indonesian nation and the shallowness of religious reasoning. As a result, there is not a single strong reference that says that the spread of Islam in the ancient archipelago was in radical ways. The history of Islam in the archipelago has experienced struggles with diverse localities. Islam exists not to break down or cut down existing local traditions and culture, but to try to dialect with the context in which Islam exists. Because of its flexible nature, Islam is able to survive and develop so as to emerge a new style of Islam that is unique and does not exist in any part of the world.AbstrakFenomena keagamaan islam di Indonesia pasca reformasi ditengarai banyak mengalami ekstrimisme dan radikalisme. Ledakan terorisme atas nama Islam yang terjadi antara tahun 1998 hingga 2018 menjadikan wajah Islam Indonesia mendapat sorotan di dunia. Padahal sejatinya Islam yang ada di Indonesia adalah Islam yang mengedepankan prinsip moderat (tawassuth/washatiah) dalam berdakwah, yaitu mengambil jalan tengah di antara dua kutub ekstrim yang berlawanan. Metode dakwah Washatiyatul Islam atau Moderasi Islam adalah metode dakwah yang mengedepankan nilai-nilai Islam Rahmatan Lil Alamin. Dakwah yang ramah dengan tradisi, sehingga dapat tumbuh dalam masyarakat yang multikultultural dan multireligi. Karakteristik Islam akomodatif inilah yang menjadi benteng pencegahan faham keagaamaan radikal. Artikel ini dengan menggunakan pendekatan epistemologis-historis-holisitik ingin menelisik konsep moderasi Islam dalam konteks bangsa Indonesia dan kedangkalan nalar beragama. Hasilnya, tak ada satupun referensi kuat yang mengatakan bahwa penyebaran Islam di Nusantara zaman dahulu adalah dengan cara-cara radikal. Sejarah Islam di Nusantara telah mengalami pergumulan dengan lokalitas yang beragam. Islam hadir bukan untuk mendobrak atau membabat habis tradisi dan budaya lokal yang ada, melainkan mencoba untuk berdialektika dengan konteks di mana Islam berada. Oleh karena sifat fleksibelnya itu, Islam mampu bertahan dan berkembang sehingga memunculkan corak keislaman baru yang khas dan tidak ada di belahan dunia manapun\",\"PeriodicalId\":226467,\"journal\":{\"name\":\"Muẚṣarah: Jurnal Kajian Islam Kontemporer\",\"volume\":\"31 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2020-07-21\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Muẚṣarah: Jurnal Kajian Islam Kontemporer\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.18592/msr.v2i1.3673\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Muẚṣarah: Jurnal Kajian Islam Kontemporer","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.18592/msr.v2i1.3673","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

摘要

摘要印尼改革后的伊斯兰教现象被怀疑经历了极端主义和激进主义。1998年至2018年期间,以伊斯兰教为名的恐怖主义爆发,使印尼伊斯兰教的面貌成为世界关注的焦点。事实上,印尼真正的伊斯兰教是伊斯兰教在da'wah中提出的温和原则(tawassuth / washatiah),即在两个对立的极端之间采取中间立场。拉赫马坦·利尔·阿拉明说,“伊斯兰温和主义”是一种促进伊斯兰价值观的方法。达华对传统是友好的,这样它才能在一个多元文化和多宗教的社会中成长。宽容的伊斯兰教的这一特点已成为防止激进宗教意识形态的堡垒。本文采用认识论-历史-整体的方法,在印尼民族的背景下探讨伊斯兰温和的概念和宗教推理的浅薄。因此,没有一个有力的证据表明伊斯兰教在古代群岛的传播是激进的。伊斯兰教在群岛的历史经历了与不同地区的斗争。伊斯兰教的存在不是为了打破或削减现有的地方传统和文化,而是试图与伊斯兰教存在的背景相适应。由于伊斯兰教的灵活性,它能够生存和发展,从而形成一种独特的、在世界上任何地方都不存在的伊斯兰教新形式。【摘要】印度尼西亚的伊斯兰教改革现象:改革、改革、极端主义和激进主义。莱达坎恐怖主义是伊斯兰教的名字yang terjadi antara tahun 1998 hinga 2018 menjadikan wajah Islam印度尼西亚mendapat sorotan di dunia。Padahal sejatinya Islam yang ada di Indonesia adalah Islam yang mengedepankan prinsip moderat (tawassuth/washatiah) dalam berdakwah, yitu mengambil jalan tengah di antara dua kutub ekstrim yang berlawanan。Metode dakwah Washatiyatul Islam(伊斯兰教)现代伊斯兰教adalah Metode dakwah yang mengedepankan nilai-nilai伊斯兰教Rahmatan Lil Alamin。Dakwah yang ramah dengan tradisi, sehinga dapat tumbuh dalam masyarakat yang多元文化和多元宗教。喀拉克特伊斯兰教akomodatif inilah yang menjadi benteng penegahan faham keagaamaan radical。本文从认识论、历史和整体主义的角度分析了现代伊斯兰教在印尼的发展。Hasilnya, tak ada satupun referensi kuat yang mengatakan bahwa penyebaran Islam di Nusantara zaman dahulu adalah dengan kara -cara radikal。Sejarah Islam di Nusantara telah mengalami pergumulan dengan lokalitas yang beragam。伊斯兰教教徒hadir bukan untuk mendobrak是一名穆斯林教徒,他是当地的一名穆斯林教徒,他是一名穆斯林教徒。伊斯兰教的孩子们,他们的孩子,他们的孩子,他们的孩子,他们的孩子,他们的孩子,他们的孩子,他们的孩子
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
FORMULASI KONSEP MODERASI ISLAM BERBASIS KEINDONESIAAN DALAM MEREDUKSI RADIKALISME AGAMA DI INDONESIA (KAJIAN EPISTIMOLOGIS-HISTORIS)
AbstractThe phenomenon of Islamic religion in Indonesia after the reformation is suspected to have experienced extremism and radicalism. The explosion of terrorism in the name of Islam that occurred between 1998 and 2018 brought the face of Indonesian Islam to the spotlight in the world. In fact, the true Islam in Indonesia is Islam which puts forward the principle of moderate (tawassuth / washatiah) in da'wah, which is to take a middle ground between two opposing extremes. The Washatiyatul Islam method or Islamic Moderation is a method of promoting Islamic values Rahmatan Lil Alamin.  Da'wah that is friendly with tradition, so that it can grow in a multicultural and multireligious society. This characteristic of accommodative Islam has become a bulwark of preventing radical religious ideology. This article uses an epistemological- historical-holisitic approach to explore the concept of Islamic moderation in the context of the Indonesian nation and the shallowness of religious reasoning. As a result, there is not a single strong reference that says that the spread of Islam in the ancient archipelago was in radical ways. The history of Islam in the archipelago has experienced struggles with diverse localities. Islam exists not to break down or cut down existing local traditions and culture, but to try to dialect with the context in which Islam exists. Because of its flexible nature, Islam is able to survive and develop so as to emerge a new style of Islam that is unique and does not exist in any part of the world.AbstrakFenomena keagamaan islam di Indonesia pasca reformasi ditengarai banyak mengalami ekstrimisme dan radikalisme. Ledakan terorisme atas nama Islam yang terjadi antara tahun 1998 hingga 2018 menjadikan wajah Islam Indonesia mendapat sorotan di dunia. Padahal sejatinya Islam yang ada di Indonesia adalah Islam yang mengedepankan prinsip moderat (tawassuth/washatiah) dalam berdakwah, yaitu mengambil jalan tengah di antara dua kutub ekstrim yang berlawanan. Metode dakwah Washatiyatul Islam atau Moderasi Islam adalah metode dakwah yang mengedepankan nilai-nilai Islam Rahmatan Lil Alamin. Dakwah yang ramah dengan tradisi, sehingga dapat tumbuh dalam masyarakat yang multikultultural dan multireligi. Karakteristik Islam akomodatif inilah yang menjadi benteng pencegahan faham keagaamaan radikal. Artikel ini dengan menggunakan pendekatan epistemologis-historis-holisitik ingin menelisik konsep moderasi Islam dalam konteks bangsa Indonesia dan kedangkalan nalar beragama. Hasilnya, tak ada satupun referensi kuat yang mengatakan bahwa penyebaran Islam di Nusantara zaman dahulu adalah dengan cara-cara radikal. Sejarah Islam di Nusantara telah mengalami pergumulan dengan lokalitas yang beragam. Islam hadir bukan untuk mendobrak atau membabat habis tradisi dan budaya lokal yang ada, melainkan mencoba untuk berdialektika dengan konteks di mana Islam berada. Oleh karena sifat fleksibelnya itu, Islam mampu bertahan dan berkembang sehingga memunculkan corak keislaman baru yang khas dan tidak ada di belahan dunia manapun
求助全文
通过发布文献求助,成功后即可免费获取论文全文。 去求助
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:604180095
Book学术官方微信