{"title":"先知圣训的象征意义。对Kassim Ahmad的想法进行批判性研究","authors":"H. Hendri","doi":"10.24252/tahdis.v9i1.7522","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Hadis Nabi telah ada sejak awal perkembangan Islam adalah sebuah kenyataan yang tak dapat diragukan lagi. Memperlakukan hadis Nabi sebagai teks sejarah seperti yang dilakukan oleh banyak pemikir kontemporer maupun klasik sangatlah menarik. Tulisan ini mengkaji pemikiran Kassim Ahmad dalam kaitannya hadis sebagai teks sejarah, serta implikasinya. Bagi Kassim, hadis sebagai teks sejarah artinya ia berbeda dengan al-Qur‘an dan hadis berada pada posisi kedua setelah al-Qur’an, dalam istilah lain hadis tidak berbeda dengan buku-buku lainnya, yaitu tidak mutlak kebenarannya (bukan wahyu). Bagi Kassim, dengan menempatkan hadis sebagai teks sejarah, maka implikasi positif yang muncul adalah pentingnya sebuah kajian hermeneutika terhadap teks hadis tersebut. Dengan kajian ini, akan lebih mudah membongkar dan mendeteksi kepentingan-kepentingan tertentu yang menyelimuti hadis dalam bentuk teks tersebut. Karena, dalam hermeneutika hadis ada empat hal penting yang perlu direkonstruksi, yaitu pertama , dunia pengarang ( the world of the outher ), kedua , dunia teks ( the world of the texs ), ketiga , dunia rawi atau penyampai hadis ( the world of transformator ), dan keempat , dunia pembaca ( the world of the reader ). Masing-masing element ini menjalani suatu keterbukaan satu sama lain sehingga ada unsur saling memberi dan menerima yang kemudian memungkinkan bagi lahirnya mediator yang mengantarai masa lalu dan masa kini atau antara yang asing dan yang lazim sebagai bagian dalam usaha memahami.","PeriodicalId":365349,"journal":{"name":"Tahdis: Jurnal Kajian Ilmu Al-Hadis","volume":"172 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2018-06-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":"{\"title\":\"Tekstualitas Hadis Nabi saw.: Telaah Kritis atas Pemikiran Kassim Ahmad\",\"authors\":\"H. Hendri\",\"doi\":\"10.24252/tahdis.v9i1.7522\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Hadis Nabi telah ada sejak awal perkembangan Islam adalah sebuah kenyataan yang tak dapat diragukan lagi. Memperlakukan hadis Nabi sebagai teks sejarah seperti yang dilakukan oleh banyak pemikir kontemporer maupun klasik sangatlah menarik. Tulisan ini mengkaji pemikiran Kassim Ahmad dalam kaitannya hadis sebagai teks sejarah, serta implikasinya. Bagi Kassim, hadis sebagai teks sejarah artinya ia berbeda dengan al-Qur‘an dan hadis berada pada posisi kedua setelah al-Qur’an, dalam istilah lain hadis tidak berbeda dengan buku-buku lainnya, yaitu tidak mutlak kebenarannya (bukan wahyu). Bagi Kassim, dengan menempatkan hadis sebagai teks sejarah, maka implikasi positif yang muncul adalah pentingnya sebuah kajian hermeneutika terhadap teks hadis tersebut. Dengan kajian ini, akan lebih mudah membongkar dan mendeteksi kepentingan-kepentingan tertentu yang menyelimuti hadis dalam bentuk teks tersebut. Karena, dalam hermeneutika hadis ada empat hal penting yang perlu direkonstruksi, yaitu pertama , dunia pengarang ( the world of the outher ), kedua , dunia teks ( the world of the texs ), ketiga , dunia rawi atau penyampai hadis ( the world of transformator ), dan keempat , dunia pembaca ( the world of the reader ). Masing-masing element ini menjalani suatu keterbukaan satu sama lain sehingga ada unsur saling memberi dan menerima yang kemudian memungkinkan bagi lahirnya mediator yang mengantarai masa lalu dan masa kini atau antara yang asing dan yang lazim sebagai bagian dalam usaha memahami.\",\"PeriodicalId\":365349,\"journal\":{\"name\":\"Tahdis: Jurnal Kajian Ilmu Al-Hadis\",\"volume\":\"172 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2018-06-12\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"1\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Tahdis: Jurnal Kajian Ilmu Al-Hadis\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.24252/tahdis.v9i1.7522\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Tahdis: Jurnal Kajian Ilmu Al-Hadis","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.24252/tahdis.v9i1.7522","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
摘要
先知圣训从伊斯兰教发展之初就存在,这是一个不可否认的事实。像许多当代和古典思想家所做的那样,把先知圣训视为历史文本是非常有趣的。这篇文章审查了卡西姆·艾哈迈德作为历史文本及其含义的思想。对卡西姆来说,历史文献中的圣训意味着他与可兰经的不同,圣训在《古兰经》之后位列第二,圣训与其他书籍也没有什么不同,即它不是绝对的真理(不是启示)。对卡西姆来说,将圣训作为历史文本,所产生的积极影响是对圣训研究的重要性。有了这个研究,就更容易发现以文本形式包含圣训的某些利益。因为解释学圣训中,有四个重要的事情需要重建,即首先,世界(world》的作者outher),世界第二,第三世界》(文本),文本,rawi或传播世界(the world of圣训变压器),世界第四,也是《世界》(读者)。每一种元素都经历着彼此的开放,因此存在着一种相互给予和接受的元素,这种元素后来允许一种媒介的产生,这种媒介既存在于过去和现在之间,也存在于异化和普遍存在之间,作为理解努力的一部分。
Tekstualitas Hadis Nabi saw.: Telaah Kritis atas Pemikiran Kassim Ahmad
Hadis Nabi telah ada sejak awal perkembangan Islam adalah sebuah kenyataan yang tak dapat diragukan lagi. Memperlakukan hadis Nabi sebagai teks sejarah seperti yang dilakukan oleh banyak pemikir kontemporer maupun klasik sangatlah menarik. Tulisan ini mengkaji pemikiran Kassim Ahmad dalam kaitannya hadis sebagai teks sejarah, serta implikasinya. Bagi Kassim, hadis sebagai teks sejarah artinya ia berbeda dengan al-Qur‘an dan hadis berada pada posisi kedua setelah al-Qur’an, dalam istilah lain hadis tidak berbeda dengan buku-buku lainnya, yaitu tidak mutlak kebenarannya (bukan wahyu). Bagi Kassim, dengan menempatkan hadis sebagai teks sejarah, maka implikasi positif yang muncul adalah pentingnya sebuah kajian hermeneutika terhadap teks hadis tersebut. Dengan kajian ini, akan lebih mudah membongkar dan mendeteksi kepentingan-kepentingan tertentu yang menyelimuti hadis dalam bentuk teks tersebut. Karena, dalam hermeneutika hadis ada empat hal penting yang perlu direkonstruksi, yaitu pertama , dunia pengarang ( the world of the outher ), kedua , dunia teks ( the world of the texs ), ketiga , dunia rawi atau penyampai hadis ( the world of transformator ), dan keempat , dunia pembaca ( the world of the reader ). Masing-masing element ini menjalani suatu keterbukaan satu sama lain sehingga ada unsur saling memberi dan menerima yang kemudian memungkinkan bagi lahirnya mediator yang mengantarai masa lalu dan masa kini atau antara yang asing dan yang lazim sebagai bagian dalam usaha memahami.