{"title":"APLIKASI METODE FOAM MAT DRYING PADA PEMBUATAN BUBUK JAHE (Zingiber officinale)","authors":"F. Kurniasari, I. Hartati, L. Kurniasari","doi":"10.31942/inteka.v4i1.2679","DOIUrl":"https://doi.org/10.31942/inteka.v4i1.2679","url":null,"abstract":"Jahe merupakan salah satu jenis komoditas rempah yang memiliki beragam manfaat dan kegunaan. Jahe dalam bentuk bubuk diminati masyarakat karena lebih praktis dan lebih tahan lama. Salah satu metode pengeringan serbuk jahe yang dipandang tepat untuk diaplikasikan dalam proses produksi serbuk jahe adalah metode pengeringan busa (foam mat drying). Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji proses pengeringan busa terhadap jahe dengan menggunakan tween 80 (foam agent) dan maltodekstrin sebagai bahan pengisi untuk membantu mempertahankan konsistensi busa. Proses percobaan menggunakan pengeringan tanpa foam untuk dibandingkan dengan variabel komposisi tween 80 (4%,6%,8%) dan maltodekstrin (10%,15%,20%). Didapatkan hasil perbandingan terbaik pada sampel 4 dengan kadar air 0,07% pada menit ke 120. Hasil percobaan secara keseluruhan sudah memenuhi standar minimal produk makanan yaitu <5%. Kata kunci : Jahe, Foam mat drying, Tween 80, Maltodekstrin","PeriodicalId":133390,"journal":{"name":"Jurnal Inovasi Teknik Kimia","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129004366","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"ANALISIS OPTIMASI KADAR TSS DARI FILTRAT BUAH NANAS (Ananas comosus (L.) Merr) MENGGUNAKAN SISTEM EVAPORATOR VACUUM","authors":"Deviana Malinda","doi":"10.31942/inteka.v4i1.2687","DOIUrl":"https://doi.org/10.31942/inteka.v4i1.2687","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk memekatkan filtrat buah nanas menggunakan proses evaporasi. Dasar dari proses ini adalah pengurangan kadar air di dalam filtrat buah nanas pada tekanan pengukur 65 cmHg dengan variabel bebas meliputi suhu (40–60 °C ), konsentrasi (20–40 g/l) dan waktu (30–90 menit), serta menguji parameter terukur meliputi kadar TSS, pH, dan konduktivitas pada hasil akhir evaporasi sebagai variabel bergantung. Hasil studi parameter dioptimasi dengan penentuan variabel berpengaruh menggunakan Central Composite Rotational Design (CCRD). Penelitian memberikan hasil nilai kadar TSS optimum mencapai nilai kadar TSS lebih dari 8000 mg/L dengan konsentrasi 42–44 g/L pada suhu 48–50 °C selama 50–60 menit. Kata kunci: evaporasi, nanas, kadar TSS","PeriodicalId":133390,"journal":{"name":"Jurnal Inovasi Teknik Kimia","volume":"10 3 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129469033","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
H Catur Nilan, S. Monalisa, Afiyatun Inayah, Dwi Handayani
{"title":"EKSTRAKSI DAUN SIRIH, BATANG SEREH DAN BAWANG MERAH UNTUK PRODUKSI PESTISIDA ORGANIK","authors":"H Catur Nilan, S. Monalisa, Afiyatun Inayah, Dwi Handayani","doi":"10.31942/INTEKA.V4I1.2682","DOIUrl":"https://doi.org/10.31942/INTEKA.V4I1.2682","url":null,"abstract":"Daun sirih dengan kandungan alkaloid, steroid, tanin, fenol, saponin, flavonoid, asam amino, bawang merah dengan kandungan allisin dan alliin, flavonoid, alilpropil disulfide, fitosterol, flavonol, pektin, saponin, tripropanal sulfoksida, dan senyawa acetogenin, dan sereh dengan kandungan zat aktif sitronellal, geraniol, dan sitronellol, bahan – bahan tersebut dapat dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan pestisida organik karena kandungan zat aktif yang dimilikinya tidak disukai hama perusak tanaman. Kandungan flavonoid yang dimiliki oleh daun sirih dapat mengganggu metabolisme energi didalam mitikondria serangga dengan menghambat system pengangkutan electron, sehingga tidak disukai serangga. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menguji kuantitatif senyawa flavonoid dari ekstrak daun sirih (piper batle L.), batang sereh dan bawang merah. Implementasi dalam bentuk kerja laboratorium yaitu menggunakan ekstraktor kohobasi. Identifikasi senyawa flavonoid ekstrak daun sirih, batang sereh dan bawang merah menunjukkan hasil positif jika sampel berubah warna dari coklat dan kuning tua menjadi kuning atau jingga dan bening. Pada uji kuantitatif kadar flavonoid dengan menggunakan spektrofotomoter type UV – Vis didapat hasil pengujian ekstrak variabel 1 yaitu : 0.5724%, 0.504%, 0.5364%, 0.5424%, 0.4425 dan variabel 2 yaitu: 0.201%, 0.291%, 0.327%, 0.273%, 0.246%. Jadi pada pengujian kadar flavonoid yang diperoleh menunujukkan bahwa banyaknya variabel pelarut berpengaruh terhadap kadar flavonoid karena hasil yang diperoleh menghasilkan perbedaan kadar flavonoid yang signifikan. Kata kunci: ekstrak, flavonoid, daun sirih","PeriodicalId":133390,"journal":{"name":"Jurnal Inovasi Teknik Kimia","volume":"17 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123873230","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"KINETIKA HIDROLISIS PATI SINGKONG MANIS (MANIHOT ESCULENTA) PADA SUHU RENDAH","authors":"H. Hargono","doi":"10.31942/inteka.v4i1.2680","DOIUrl":"https://doi.org/10.31942/inteka.v4i1.2680","url":null,"abstract":"Singkong manis (Manihot esculenta) merupakan tanaman perdu yang dapat tumbuh di daerah tropi, seperti di Indonesia. . Kandungan karbohidrat singkong manis mencapai 90,46% sehingga layak dikonversi menjadi gula reduksi dan etanol. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan hidrolisis enzimatik pati singkong manis pada suhu 30°C sebagai alternatif pengganti hidrolisis konvensional yang membutuhkan suhu tinggi (90-125°). Jenis enzim yang digunakan adalah granular strach hydrolyzing enzyme (GSHE) yaitu StargenTM 002 yang merupakan enzim koktail yaitu campuran dari A. kawachi α-amylase dari Trichorderma reesei dan glucoamylase dari A. niger. Hidrolisis enzimatis dilakukan pada substrat pati singkong manis pada konsentrasi 100, 200, 300 dan 400 g/L, konsentrasi enzim 1.5% (w/w pati), selama 24 jam, pH 4, dan suhu 30°C. Selama hidrolisis 24 jam, kondisi terbaik dicapai pada waktu 12 jam yang menghasilkan gula reduksi masing-masing adalah 40,12; 58,32; 60,24 dan 61,34 g/L. Gula reduksi yang dihasilkan dari hidrolisis pati singkong manis pada konsentrasi diatas 200 g/L hanya sedikit lebih besar dibandingkan gula reduksi yang dihasilkan dari hidrolisis pati singkong manis pada konsentrasi 200 g/L. Hal ini menunjukkan terjadi inhibisi substrat yang menghambat proses difusi. Parameter kinetika yaitu Vmaks dan Km ditentukan dengan persamaan Michaelis-Menten dan Lineweaver-Burk. Nilai Vmaks dan Km yang diperoleh dari hidrolisis ini adalah 9,074 g/L.jam, dan Km 104,26 g/L. Nilai Km yang kecil menunjukkan bahwa untuk mencapai proses katalitik optimal dibutuhkan konsentrasi substrat yang kecil, sehingga akan meghemat biaya proses hidrolisis. Kata kunci: GSHE, gula reduksi, parameter kinetika, pati singkong manis, suhu rendah","PeriodicalId":133390,"journal":{"name":"Jurnal Inovasi Teknik Kimia","volume":"63 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125842208","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Mey Sulistiyaningsih, L. Kurniasari, Farikha Maharani
{"title":"MODIFIKASI TEPUNG BIJI NANGKA (Arthocarphus heterophyllus lamk) DENGAN METODE ASETILASI","authors":"Mey Sulistiyaningsih, L. Kurniasari, Farikha Maharani","doi":"10.31942/inteka.v4i1.2683","DOIUrl":"https://doi.org/10.31942/inteka.v4i1.2683","url":null,"abstract":"Pemanfaatan biji nangka (Arthocarphus heterophyllus lamk) sebagai bahan baku dalam produksi makanan memiliki keterbatasan berkaitan dengan sifat fisikokimia tepungnya. Asetilasi merupakan salah satu metode modifikasi tepung yang dapat digunakan untuk meningkatkan sifat fisikokimia tepung, yakni swelling power, % solubility, dan derajat substitusi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi asam asetat (5%, 10%, 15%), waktu (10 menit dan 30 menit), dan suhu (55̊C, 65̊C, 75̊C) terhadap nilai swelling power, % solubility, dan derajat substitusi tepung biji nangka terasetilasi. Biji nangka yang sudah menjadi tepung, diproses secara asetilasi, lalu hasilnya di uji untuk mengetahui tepung yang memiliki kualitas lebih baik. Dari percobaan diperoleh hasil kondisi optimal pada pati yang dimodifikasi dengan konsentrasi 5%, suhu 55ºC, dan waktu reaksi 10 menit, dengan nilai swelling power7,40 g/g, solubility 9%, dan derajat substitusi sebesar 2,34. Kata kunci : biji nangka, asetilasi, swelling power, % solubility, derajat substitusi","PeriodicalId":133390,"journal":{"name":"Jurnal Inovasi Teknik Kimia","volume":"100 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131434762","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"UJI AKTIVITAS FOTOKATALIS TIO2 DOPAN-N KOMBINASI ZEOLIT PADA PENGOLAHAN LIMBAH FARMASI","authors":"Achmad Wildan, E. Mutiara","doi":"10.31942/INTEKA.V4I1.2701","DOIUrl":"https://doi.org/10.31942/INTEKA.V4I1.2701","url":null,"abstract":"Titanium dioksida (TiO2) adalah senyawa yang sering digunakan pada proses fotokatalisis, untuk lebih meningkatkan aktivitas fotokatalis TiO2 dapat dilakukan dengan penambahan dopan Nitrogen dari urea, selain itu digunakan pula kombinasi TiO2 dengan suatu adsorben seperti zeolit yang ditambahkan diharapkan dapat mencegah terjadinya rekombinasi electron-hole sehingga aktivitas fotokatalisis dalam mendegradasi senyawa organik dan mereduksi senyawa anorganik lebih efektif dan optimal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh keberadaan senyawa zeolit, serta lama penyinaran terhadap efektivitas proses fotodegradasi siprofloksasin yang terkatalisis TiO2 Dopan-N zeolit dengan adanya ion Cu(II). Penelitian menggunakan reaktor tertutup, pengaduk magnetik dan lampu tungsten sebagai sumber sinar tampak. Penelitian tersebut menunjukkan hasil terjadinya peningkatan siprofloksasin yang terdegradasi dengan waktu penyinaran yang semakin lama. Peningkatan ini disebabkan karena terjadinya peningkatan jumlah radikal •OH yang dihasilkan TiO2.Variasi penambahan senyawa zeolit menunjukkan semakin besar perbandingan komposisi TiO2-N : Zeolit, fotodegradasi siprofloksasin mengalami kenaikan. Kondisi optimal pada proses fotokatalisis yang menghasilkan fotodegradasi siprofloksasin paling efektif yaitu, larutan 50 mg/L sebanyak 25 ml, dengan waktu penyinaran 100 menit dan perbandingan TiO2-Ndan Zeolit adalah 35 : 1. Pada kondisi tersebut jumlah siprofloksasin yang mengalami fotodegradasi sebesar 85,49% dan jumlah ion Cu(II) yang mengalami proses reduksi sebesar 92,79%. Kata kunci: : Fotokatalis TiO2, Ion Tembaga, Siprofloksasin, Spektrofotometer","PeriodicalId":133390,"journal":{"name":"Jurnal Inovasi Teknik Kimia","volume":"55 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122196192","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
I. Hartati, L. Kurniasari, Dyah Puspa Arum, Siti Sudarmiseh
{"title":"PROSES DELIGNIFIKASI HIDROTROPI RAMI (Boehmeria nivea Gaud)","authors":"I. Hartati, L. Kurniasari, Dyah Puspa Arum, Siti Sudarmiseh","doi":"10.31942/inteka.v4i1.2681","DOIUrl":"https://doi.org/10.31942/inteka.v4i1.2681","url":null,"abstract":"Menimbang keunggulan teroritis proses delignifikasi hidrotropi maka dalam penelitian ini dikaji proses delignifikasi rami menggunakan senyawa sodium benzoate dan urea yang merupakan salah satu jenis senyawa hidrotrop yang mudah dijumpai dan umun digunakan. Hasil penelitian menunjukkan jika senyawa hidrotrop yakni urea dan sodium benzoate dapat menurunkan kadar lignin pada rami melalui proses delignifikasi. Proses delignifikasi menggunakan pemanasan gelombang mikro dengan daya 119,7W, selama 15 menit serta dengan menggunakan urea dengan konsentrasi 15% mampu menghasilkan pulp rami dengan persentase penyisihan lignin yang mencapai 73,65%. Sementara proses delignifikasi menggunakan pemanasan gelombang mikro dengan daya 119,7W, selama 15 menit serta dengan menggunakan sodium benzoat dengan konsentrasi 20% mampu menghasilkan pulp rami dengan persentase penyisihan lignin yang mencapai 66,6%. Kata kunci: delignifikasi, rami, hidrotropi","PeriodicalId":133390,"journal":{"name":"Jurnal Inovasi Teknik Kimia","volume":"6 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129545330","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Nayyifatus Sa’diyah, N. Hartati, Revy Andar Raesta, L. Kurniasari
{"title":"FORMULASI SABUN MANDI PADAT BERBASIS MINYAK BIJI KAPUK RANDU (Ceiba pentandra Gaertn) DENGAN PENAMBAHAN JASMINE OIL","authors":"Nayyifatus Sa’diyah, N. Hartati, Revy Andar Raesta, L. Kurniasari","doi":"10.31942/inteka.v3i2.2483","DOIUrl":"https://doi.org/10.31942/inteka.v3i2.2483","url":null,"abstract":"Konsumsi sabun mandi semakin meningkat seiring dengan meningkatnya angka pertumbuhan penduduk. Oleh karena itu perlu dilakukan inovasi terhadap bahan baku pembuatan sabun salah satunya dengan menggunakan minyak biji kapuk sebagai bahan baku formulasi sabun. Biji tanaman kapuk randu mengandung minyak sekitar 24-40% berat kering. Minyak biji kapuk yang dihasilkan dari biji tanaman kapuk randu dapat dijadikan alternatif untuk dimanfaatkan dalam formulasi sabun. Hal ini dikarenakan kandungan pada minyak biji kapuk menunjukkan aktivitas antibakteri karena pada ekstrak kasarnya mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin. Tujuan dari penelitian ini adalah (i) untuk mengetahui pengaruh variabel NaOH terhadap sabun yang dihasilkan, (ii) mengetahui hasil analisa sabun yang meliputi organoleptik, kadar air, alkali bebas, dan derajat keasaman (pH) terhadap sabun yang dihasilkan. Tahap dari penelitian ini yaitu formulasi sabun menggunakan 19.1 gram minyak biji kapuk dengan variabel berubah NaOH 2, 2,5, 3, 3,5 , 4 gram dengan penambahan jasmine oil sebagai aromaterapi. Hasil penelitian menunjukkan hasil formulasi sabun terbaik diperoleh dari variabel NaOH 2 gram dengan berat 4,22 gram, kadar air 0,32%, alkali bebas 0,01%, dan nilai derajat keasaman (pH) 10. Kata kunci : formulasi,minyak biji kapuk, NaOH, sabun padat","PeriodicalId":133390,"journal":{"name":"Jurnal Inovasi Teknik Kimia","volume":"58 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-11-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126495224","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"TRANSFORMASI SITRONELAL DARI DESTILASI FRAKSINASI SEREH WANGI MENJADI SITRONELOL MENGGUNAKAN KATALIS Zr4+-ZEOLIT BETA","authors":"Retno Wulandari, Harianingsih Harianingsih","doi":"10.31942/inteka.v3i2.2486","DOIUrl":"https://doi.org/10.31942/inteka.v3i2.2486","url":null,"abstract":"Minyak sereh wangi yang banyak tumbuh di Indonesia menmpunyai kandungan antara lain sitronelal, sitronelol, geraniol, limonene, sitronelil asetat dan beberapa komponen lainnya. Sitronelal merupakan komponen paling utama . Isolasi sitronelal dapat dilakukan menggunakan destilasi fraksinasi. Pada penelitian ini dilakukan transformasi dari sitronelal hasil destilasi fraksinasi menjadi sitronelol yang digunakan di dalam industry kosmetik, sabun dan parfum. Sitronelal dapat mengalami reduksi menjadi sitronelol menggunakan hidrogenasi katalis Zr4+-zeolit beta. Dari hasil penelitian diperoleh identifikasi GC MS minyak sereh wangi hasil destilasi fraksinasi yang dianalisa mempunyai kandungan sitronelal sebesar 70,09% pada peak 4. Sedangkan transformasi sitronelal menjadi sitronelol menggunakan hidrogenasi katalis Zr4+-zeolit beta menghasilkan sitronelol sebesar 40,93%. Kata kunci : sitronelal, sitronelol,zeolit","PeriodicalId":133390,"journal":{"name":"Jurnal Inovasi Teknik Kimia","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-11-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131919683","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"EKSTRAKSI SAPONIN DARI DAUN WARU BERBANTU ULTRASONIK SUATU USAHA UNTUK MENDAPATKAN SENYAWA PENGHAMBAT BERKEMBANGNYA SEL KANKER","authors":"H. Santosa, Widya Sari, Noer Abyor Handayani","doi":"10.31942/INTEKA.V3I2.2484","DOIUrl":"https://doi.org/10.31942/INTEKA.V3I2.2484","url":null,"abstract":"Saponin adalah glikosida dengan berat molekul tinggi, sebagian tersusun dari gula yang terhubung dengan triterpen atau steroid aglikon. Saponin dapat digunakan pada berbagai bidang diantaranya perikanan, tekstil, kosmetik, dan kesehatan. Di bidang perikanan saponin digunakan sebagai pembasmi hama udang, dalam industri tekstil sebagai deterjen, dalam bidang kosmetik digunakan sebagai pembentuk busa pada sampo. Di bidang kesehatan saponin dapat digunakan sebagai penghambat pertumbuhan sel kanker. Penelitian dimaksudkan untuk mengekstraksi saponin dari daun waru dengan menggunakan bantuan ultrasonik. Lebih jauh sasaran yang diinginkan dalam penelitian ini adalah (1) menentukan variabel paling berpengaruh diantara perbandingan berat umpan tiap satuan volume solvent, ukuran bahan baku, dan frekuensi ultrasonik, (2) optimasi terhadap variabel berpengaruh tersebut untuk mendapatkan hasil terbaik.Penelitian ini dilakukan melalui 3 tahapan. Tahapan pertama dimaksudkan untuk membuat tepung daun waru. Tahap kedua dimaksudkan untuk mengekstrak tepung daun waru dalam rangka menentukan variabel paling berpengaruh dan tahap optimasi untuk menentukan kondisi operasi yang relatif baik. Tahap ketiga adalah tahap uji hasil terhadap saponin yang terekstrak. Saponin dapat diekstraksi dari daun waru menggunakan pelarut larutan 30% berat etanol dengan bantuan ultrasonik. Ukuran daun waru merupakan variabel yang paling berpengaruh diantara perbandingan berat umpan tiap satuan volume solvent dan frekuensi ultrasonik. Ekstraksi lebih baik dilakukan pada daun waru dengan ukuran 0,2mm. Kata kunci: ekstraksi, hibiscus tiliaceus, saponin, ultrasound","PeriodicalId":133390,"journal":{"name":"Jurnal Inovasi Teknik Kimia","volume":"36 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-11-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132266332","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}